Kupu-kupu adalah fase puncak dari kehidupan serangga. Sebelum itu ia hanya sebuah kepompong. Sebelumnya lagi ia ulat yang buruk dan rakus. Sebelumnya lagi telur yang diam. Pernahkah mendengar tentang makhluk rakus, makan banyak, merusak tanaman, dan harus dihukum? ia harus bertobat, berdoa, berpuasa bahkan bertpa di dalam ruang yang sempit. Ia berdoa sepenuh hatinya, sampai tubuhnya yang buruk menjelma menjadi indah, bersayap warna-warni dan terbang mengelilingi bumi.
(Eka Budianta, Aktifis Lingkungan dan Kebudayaan, Pengelola Jababeka Botanik Garden di Cikarang, Bekasi)
Kalimat tersebut diatas adalah penggalan dari tulisan Pak Eka Budianta dalam "Ilmu Kupu-kupu" yang dimuat di Trubus 474/Mei 2009 hal. 122. Saya sangat mengagumi beliau lewat tulisan-tulisannya yang cerdas dan memberikan motivasi. Saya pribadi 2 kali bertemu beliau pada saat acara "Amprokan Blogger Bekasi" pada tahun 2010 dan 2011. Seperti biasa beliau memberikan sambutan hijaunya, sesuai dengan tugas beliau sebagai pengelola "Jababeka Botanic Garden".
Ada ucapan yang begitu menyentuh pada saat acara penanaman pohon oleh para blogger pada waktu itu.
Seperti apa ucapan beliau yang menyentuh itu?
Tunggu sambungannya.....!
.
Menurut Pak Warno aktifitas di club ini tidak hanya melulu tentang automotf saja, tetapi juga melakukan kegiatan lain yang bersifat sosial seperti membantu suplay logistik pada daerah bencana (pada saat bencana Merapi di Magelang) Trinil Jeep Club Ngawi (TJCN) ikut berpartisipasi. Itulah sedikit tentang si Trinil.
Kembali keaktifitas offroad, kalau diamati olah raga ini melatih kesabaran, menumbuhkan kesetiakawanan, juga melatih disiplin. Menurut pak Warno ada jargon yang berkembang diantara offroader katanya "Bagi elo Rimba, bagi gue jalan raya" begitulah secara kelakar bahwa jalan yang sulit bukan rintangan tapi tantangan yang harus diselesaikan. Seperti judul tersebut diatas "Tantangan bukan Rintangan" barangkali merupakan kalimat yang sudah dipatenkan oleh offroader. Hehehehe keren ya ...top gan..!
Hutan Kali Kangkung
Daerah ini merupakan tempat latihan para offroader TJCN, katanya setiap hari libur selalu ada yang latihan ketangkasan menyetir disini. Kalau melihat topografinya sih lumayan menantang. Lahan yang berbukit ini merupakan hutan jati hasil budidaya, vegetasi yang tumbuh disini antara lain pohon jati (Tectona grandis), pohon mahoni (Swietenia mahagoni), akasia (Acasia auliformis), dan perdu basah khas hutan tropis. Hewan liar yang masih ditemukan disini hanya Ayam alas (apakah masih termasuk hewan yang dilindungi..???).
Hutan ini tumbuh dibantaran sungai bengawan solo, panorama alam cukup aduhai kalau dilihat pada pagi dan sore hari. Menurut aq sih ini wisata jenis baru menikmati suasana jalur off road merasakan suasana yang lebih nature ber off road di hutan.
Wisata off road ini secara tidak langsung melatih fisik dan mental. Olah raga yang sering mengadakan event2 nasional seperti yang akan berlangsung di Gresik pada akhir bulan April mendatang, olah raga yang dinaungi oleh IOF (Indonesian Offroad Federation) organisasi otomotif yang menaungi kegiatan offroad.
Memacu adrenalin di hutan kali kangkung
Bersambung ya gan....:-)
.
Menikmati Panorama Senjakala
Inilah saat-saat yang ditunggu manakala senja mulai tiba, ribuan kelelawar beterbangan berkonfigurasi di langit bebas mulai beraktifitas mencari makanan dimalam hari. Konfigurasi indah meliuk-liuk diudara sekumpulan kelelawar keluar dari Benteng Pendhem, mengingatkan kita pada Istana Drakula. Beberapa turis domestik mengabadikan fenomena munculnya ribuan kelelawar keluar dari sarangnya, sementara hewan-hewan liar seperti ayam alas sudah mulai menyambut sang dewi malam.
Moment ini yang paling ditunggu-tunggu setelah berkeliling mengagumi bangunan tua peninggalan Belanda, bangunan kokoh ini menjadi salah satu obyek wisata peninggalan bersejarah kota Ngawi. Benteng yang berdiri di pinggir aliran sungai bengawan solo ini teronggok kumuh kurang perawatan, kalau dikelola secara profesional Benteng ini mampu menyedot wisatawan lokal maupun mancanegara. Sayang aset yang berharga ini dikelola secara asal-asalan.
Letak Benteng Pendhem
Benteng Pendem atau disebut juga sebagai Benteng Van Den Bosch dibangun pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1839 – 1845 dengan nama Font Van Den Bosch . Terletak di Kelurahan Pelem , Kecamatan Ngawi wisata sejarah ini mudah dijangkau dengan alat transportasi karena letak dekat dengan pusat kota Ngawi.
Pemandangan yang eksoktik pada saat senja kala, bangunan tua yang antik sering dipakai sebagai obyek foto pre wedding.
Rasanya masih ingin mengeksplor lebih dalam lagi tentang misteri benteng pendhem ini, ada segudang pertanyaan yang menyelimuti benak ini, berapa korban saat pembangunan benteng ini, sekitar 8 tahun baru selesai dibangun lalu untuk apa dibangun diwilayah tersebut, kapan pertama kali benteng ini ditemukan? Hal ini sangat menarik untuk bahan kajian, paling tidak melengkapi sejarah masa lalu yang suram dari sebuah negara yang lama dijajah oleh Belanda sekitar 350 tahun bangsa ini dibelenggu oleh penjajah.
Masih tertarik ??? Tunggu ekspedisi selanjutnya, (USR)***
.
Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementrian Pertanian, Sarsito Wahono Gaib Subroto, dalam acara konferensi pers “Fenomena Serangga Tomcat”, di Jakarta, Senin (26/3), menjelaskan, kumbang bernama latin Paederus Fuscipes ini, sangat potensial untuk digunakan dalam pengendalian hama wereng batang (coklat dan punggung putih), serta wereng daun hijau.
Sarsito menjelaskan, dalam satu hari seekor kumbang tomcat dapat memangsa 3,58 ekor wereng batang. Hal ini tentu sangat membantu petani dalam menjaga area persawahan. Pelepasan predator ini pada tanaman kedelai juga secara nyata dapat menekan hama perusak daun/polong kedelai.
Sarsito menduga, musim panen adalah pemicu perkembangan pesat tomcat. Hal ini dikarenakan persediaan bahan makannnya yang tinggi, yakni wereng batang coklat dan hama lainnya. Sehingga perkembangan predatornya (dalam hal ini, tomcat) juga meningkat pesat.
Selain itu, banyaknya rumah penduduk, disertai pembangunan perumahan dan apartemen, di sekitar sawah atau bahkan di bekas lahan saswah, menjadi pemicu kumbang tomcat ini untuk “mampir”, karena mereka tertarik dengan cahaya.
Untuk itu, Sarsito mengimbau agar masyarakat secara berhati-hati menanggulangi tomcat, mengingat jasanya yang begitu besar bagi petani. “Mari kita bantu petani dengan melestarikan keberadaan kumbang tomcat. Boleh dibunuh, tapi jangan dimusnahkan populasinya,” ujar Sarsito. [WS]
Sumber: http://www.gatra.com/kesehatan/73-kesehatan/10550-kumbang-tomcat-sahabat-lama-petani