|
Gelar Teknologi Pemanfaatan Biopestisida (Rips) |
Jakarta, 10/12/2014. Gelar Teknologi Pemanfaatan Biopestisida dalam Pengendalian OPT Ramah Lingkungan dilaksanakan di Balai Proteksi Tanaman (BPT) Provinsi DKI Jakarta tanggal 10-12 Desember 2014, Jl. Raya Jambore No. 1 Cibubur Jakarta Timur, sejalan dengan Undang-undang No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman menegaskan bahwa pembangunan pertanian berasaskan manfaat, lestari dan berkelanjutan. Oleh karena itu pembangunan pertanian selain didasarkan pada wawasan produksi untuk ketahanan pangan, ekonomi dan agribisnis, keterpaduan dan saling keterkaitan, juga berwawasan lingkungan, sehingga setiap kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan harus memperhatikan kelestarian ekosistem.
Dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) sesuai Undang-Undang No.12 1992 tersebut diatas, Pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Sistem PHT adalah suatu usaha pengelolaan OPT yang menggunakan cara pengendalian yang sesuai dalam satu sistem yang kompatibel. Pelaksanaan Gelar Teknologi Pemanfaatan Biopestisida dalam Pengendalian OPT Ramah Lingkungan, merupakan strategi pengenbdalian yang mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan petani.
Beberapa manfaat dari kegiatan tersebut bahwa bahan alami memiliki potensi untuk pengendalian OPT yang sejalan dengan prinsip-prinsip PHT, antara lain :
• Penggunaan bahan alami khususnya yang berasal dari tumbuhan sebagai salah satu taktik pengendalian OPT mempunyai peluang yang baik dalam rangka penerapan dan pemasyarakatan PHT, karena sifatnya yang relative spesifik dan tidak persisten.
• Negara Indonesia yang kaya dengan flora memopunyai potensi yang cukup sebagai penghasil bahan nabati yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian OPT. beberapa jenis tumbuhan diketahui mengandung senyawa penolak, p[enghambat pertumbuhan, pencegah peletakan telur, dan mematikan OPT. Tumbuhan tersebut antara lain Mimba, mindi, tuba, tembakau, srikaya, buah nona, dan culan (Aglaia sp.).
• Dampak negative penggunaan pestisida sintetik yang berspektrum luas menyebabkan masalah pengendalian OPT menjadi lebih sulit dan kompleks serta diikuti dengan masalah akibat residu pestisida yang mencemari hasil pertanian dan lingkungan. Pengendalian OPT dengan Bio Pestisida menjadi alternative yang menjanjikan oleh karena relative sedikit menimbulkan dampak negatif.
Hal ini untuk menangkal pemakaian pestisida kimia yang tidak bijaksana, akibat perilaku tersebut menyebabkan perubahan ekologi yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan sebaliknya menguntungkan OPT.
Pameran Gelar Teknologi Pemanfaatan Biopestisida dalam Pengendalian OPT Ramah Lingkungan dilaksanakan di Balai Proteksi Tanaman (BPT) Provinsi DKI Jakarta tanggal 10-12 Desember 2014, Jl. Raya Jambore No. 1 Cibubur Jakarta Timur.
Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari berpartisipasi ikut mengisi stand pameran dalam kegiatan tersebut sesuai surat undangan dari Dinas Kelautan dan Pertanian Balai Proteksi Tanaman No.492/-1.823.123 tanggal 25 November 2014.
Peserta Pameran :
1. Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administratif Jakarta Timur
2. Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administratif Jakarta Barat
3. Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administratif Jakarta Utara
4. Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administratif Jakarta Selatan
5. Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Administratif Jakarta Pusat
6. Pusbang Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta
7. Departemen Proteksi Tanaman IPB
8.
Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT) Jatisari, Karawang
9. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DKI Jakarta
10. Balai Penelitian Tanaman rempah dan Obat, Bogor Jawa Barat
.
|
HPS ke-34 2014 di Makasar (Foto: Urip SR) |
Peringatan Hari Pangan
Sedunia (HPS) dimulai sejak Food and Agriculture Organization (FAO) menetapkan
World Food Day melalui Resolusi PBB No. 1/ 1979 di roma italia, dimana dipilih
tanggal 16 Oktober yang bertepatan dengan terbentuknya FAO. Sejak saat itu
disepakati bahwa mulai tahun 1981, seluruh negara anggota FAO termasuk
indonesia memperingati HPS secara Nasional setiap tahun.
Penyelenggaraan HPS di
indonesia dijadikan momentum dalam meningkatan pemahaman dan kepedulian
masyarakat dan para stakeholder terhadap pentingnya penyediaan pangan yang
cukup dan bergizi dalam rangka percepatan perbaikan gizi masyarakat, baik bagi
masyarakat indonesia maupun dunia. Rangkaian kegiatan peringatan HPS tersebut
di harapkan dapat menstimulasi peningakatan pemahaman dan kepedulian terhadap
penyediaan pangan, melalui berbagai kegiatan seperti seminar, pengabdian
masyarakat, gelar teknologi, perlombaan dan tour diplomatik bagi para Duta
Besar negara sahabat.
Peningkatan jumlah penduduk,
konversi lahan untuk pemukiman dan industri, perubahan iklim menjadi tantangan
bagi pengembangan sektor pertanian, perikanan dan kelautan serta kehutanan.
Namun demikian peningkatan ketersediaan pangan melalui sektor pertanian,
perikanan dan kelautan serta kehutanan, harus tetap memperhatikan keseimbangan
ekosistem dan ramah lingkungan serta tidak mengancam keanekaragaman hayati.
Disamping itu, ketahanan
pangan nasional suatu negara berbasis sumber daya lokal juga menghadapi
tantangan di era globalisasi dan perdagangan bebas, dimana produk pangan impor
membanjiri pasar konsumen. Apabila hal ini dibiarkan maka kerawanan pangan akan
menjadi lebih rentan, bukan hanya diakibatkan oleh bencana alam dan mitigasi
dampak perubahan iklim, namun juga faktor lainnya seperti inflasi dan kenaikan
harga produk pangan impor yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan dan
daya beli masyarakat dalam negeri. Oleh karena itu, optimalisasi sumber daya
lokal sangat diperlukan untuk mencapai kemandirian pangan.
Kerjasama dan sinergitas
diantara berbagai stakeholder sangat diperlukan, dalam peningkatan produksi
pangan yang bergizi dan berkelanjutan, untuk pemenuhan pangan secara nasional,
yang pada akhirnya juga dapat berkontribusi terhadap pemenuhan pangan dunia.
Peringatan HPS ke-34 di
indonesia akan dilaksanakan bergabung dengan pelaksanaan Pekan Flori Nasional
(PF2N) ke-7 yang merupakan agenda tahunan Direktorat Jenderal Hortikultura,
Kementerian Pertanian. PF2N merupakan momentum istimewa bagi pelaku agribisnis
hortikultura yang bertujuan untuk mengangkat eksistensi pengembanagan
hortikultura nusantara sebagai komoditas komersial. Mengingat besarnya potensi
hortikultura (buah-buahan, sayuran, florikultura dan tanaman obat) serta
keragaman budaya dan alam indonesia yang layak untuk menjadi industri,
domestik, substitusi impor, ekspor, pariwisata maupun untuk mengangkat citra baik indonesia di dunia internasional.
PF2N merupakan salah satu
kegiatan nasioanal Direktorat Jenderal Hortikultura sebagai momentum istimewa
bagi pelaku bisnis hortikultura. Ajang ini untuk mengangkat eksistensi
pengembangan hortikultura nusantara sebagai komoditas komersial. Disamping itu
sebagai wahana menyampaiakan pesan kepada masyarakat luas bahwa pemerintah
pusat maupun daerah mempunyai komitmen tinggi dalam membangu n industri
horitukultura di indonesia.
(USR)***
.