|
Add caption |
Kebiasan di suatu daerah berbeda dengan daerah yang lain seperti kata pepatah "Lain ladang lain belalang lain lubuk lain pula ikannya" pepatah ini berlalu pula untuk kuliner di Nusantara ini, kebiasan makan antara orang Pulau Jawa berbeda pula dengan kebiasan makan orang2 di luar Pulau Jawa seperti Orang Sumatra dan Sulawesi cenderung lebih menyukai hidangan Ikan Laut.
Pengalaman berwisata kuliner di Gorontalo selama 4 hari berturut-turut tidak lepas dari menu Ikan Laut dengan berbagai kreasinya dari Goreng ikan, Cobek ikan, sop ikan dan lain sebagainya. Semua serba ikan dihidangkan bersama sambel yang super pedas untuk ukuran lidah orang Jawa seperti saya.
Hidangan selamat datang dari kawan2 di Gorontalo dilalui disebuah resto yang menunya serba ikan. Ikan segar yang berada di akuarium langsung dimasak secara mendadak, sehingga citarasanya begitu nikmat.
Pengalaman yang tidak terlupakan selama 4 hari berturut-turut. Ikan dimasak apa saja memang selalu cocok dilidah apalagi dicocol sambel, memang ini pasangannya. (Bersambung..!!!)***
Survey OPT Jagung edisi tgl. 18 - 21 September 2012 di Gorontalo.
Jagung termasuk komoditas penting di Indonesia, baik sebagai bahan pangan dan pakan maupun bahan baku industri. Masalah yang dihadapi dalam budidaya jagung antara lain adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Maka untuk mengantisipasi lonjakan OPT pada jagung dilakukan surveilance OPT Jagung pada berbagai stadia tanam. Berikut adalah hasil laporan surveilance di Provinsi Gorontalo.
Provinsi Gorontalo terletak antara Oo 19' — 1° 15' Lintang Utara dan 121° 23' — 123° 43' Bujur Timur.
Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua provinsi lain, diantaranya Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini.
Luas Provinsi Gorontalo secara keseluruhan adalah 11.967,64 km2. Jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah provinsi ini hanya sebesar O,63 persen.
Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 1 (kota), yaitu Kabupaten Boalemo, Kabu paten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kota Gorontalo. Kabupaten sampel yang disurvey adalah Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato, pemilihan kedua kabupaten tersebut berdasarkan luas tanaman dan sisa pertanaman yang ada, kabupaten yang lain sudah panen dan kondisi lahan sedang dalam pengolahan tanah.
OPT yang dilaporkan menyerang adalah Penggerek Batang (
Ostrinia furnacalis) seluas 184.55 Ha, Penggerek Tongkol (
Helicoverpa armigera) seluas 244.15 Ha, Tikus (117.7 Ha), Ulat Grayak (25 Ha), Belalang (37 Ha), lalat bibit (37.75 Ha), penyakit bulai (29.2 Ha), penyakit bercak daun (4.3 Ha), dan wereng jagung seluas (15.5 Ha). Total luas serangan OPT adalah 695.15 Ha dari luas tanam 27.588.5 Ha.(Berdasarkan laporan periode Juli II 2012, sumber BPTPH Gorontalo)
Hasil Surveylance OPT Jagung di Kab. Boalemo :
Pengamatan dilaksanakan di 3 (tiga) Kecamatan yakni : 1) Kec. Dulupi meliputi Desa Polohungo, Tanah Putih, dan Kota Raja, 2) Kec. Tilamuta, meliputi Desa Lahumbo, Mohunggo, dan Hungayonaa, 3) Kec. Botumoito, meliputi Desa Potanga, dan Botumoito.
Umur tanaman jagung di kecamatan Dulupi berkisar antara 85 – 100 HST, Kec. Tilamuta (75 – 98 HST), Botumoito (60 – 75 HST). Fase tanaman jagung rata-rata pemasakan tongkol, hanya di kecamatan Botumoito fase vegetatif.
Keadaan Intensitas serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang ditemukan antara lain adalah Penggerek Tongkol (
Helicoverpa armigera) dengan intensitas serangan minimum berkisar antara 4.54 – 5.18 %, dan intensitas serangan maksimum ( 8.42 – 10.54 %). Penggerek batang (
Ostrinia furnacalis) intensitas serangan maksimum (0.00 – 9.16 %), Tikus intensitas serangan maksimum (1.11 – 1.75 %).
Keadaan populasi hama yang ditemukan hama belalang (
Locusta migratoria) berkisar antara 0.00 – 0.17 ekor/batang (minimum), 0.20 – 0.30 ekor/batang (maksimum), Kutu Aphis 0.00 – 0.10 ekor/batang, dan wereng jagung (
Peregrimus maydis) (2.07 – 8.13) ekor/batang.
Keadaan penyakit yang ditemukan antara lain Hawar Daun Jagung (Helminthosporium turcicum) dengan intensitas serangan berkisar antara 4.81 – 7.03 %, dan Penyakit Karat daun (Puccinia polysora) 0.00 – 2.96 %.
Keadaan populasi musuh alami (OPMS) berkisar antara 0.07 – 0.77 ekor/batang. Musuh alami yang paling dominan adalah spider (laba-laba).
Hasil Surveylance OPT Jagung di Kab. Pohuwato :
Pengamatan dilaksanakan di 3 (tiga) Kecamatan yakni : 1) Kec. Marisa meliputi Desa Marisa Selatan, Marisa Utara dan Teratai, 2) Kec. Paguat, meliputi Desa Libuo, Kemiri, dan Paguat, 3) Kec. Tilong Kabila, meliputi Desa Moutong, Tamboo, Motilango, yang terakhir masuk kabupaten Bone Bolango.
Umur tanaman jagung di kecamatan Marisa berkisar antara 65 – 90 HST, Kec. Paguat (75 – 98 HST), Tilong Kabila (35 – 45 HST). Keadaan tanaman jagung fase pembentukan biji sampai dengan bobot maksimum (Kec. Paguat), fase penyerbukan dan pembungaan (Kec. Marisa) dan fase vegetatif (Kec. Tilong Kabila, Kab. Bone Bolango).
Keadaan Intensitas serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang ditemukan antara lain adalah Penggerek Tongkol (
Helicoverpa armigera) dengan intensitas serangan minimum berkisar antara 0.00 – 5.55 %, dan intensitas serangan maksimum ( 10.54 – 13.64 %). Penggerek batang (
Ostrinia furnacalis) intensitas serangan maksimum (0.00 – 9.16 %), Tikus intensitas serangan maksimum (0.00 – 1.75 %).
Keadaan populasi hama yang ditemukan hama belalang (
Locusta migratoria) berkisar antara 0.10 – 0.17 ekor/batang (minimum), 0.20 – 0.30 ekor/batang (maksimum), Kutu Aphis 0.00 – 0.10 ekor/batang, dan wereng jagung (Peregrimus maydis) (1.50 – 8.40) ekor/batang.
Keadaan penyakit yang ditemukan antara lain Hawar Daun Jagung (
Helminthosporium turcicum) dengan intensitas serangan berkisar antara 0.00 – 4.81 % (Minimum), dan 5.55 – 7.03% (Maksimum)
Keadaan populasi musuh alami (OPMS) berkisar antara 0.07 – 0.77 ekor/batang. Musuh alami yang paling dominan adalah spider (laba-laba).
Saran Pengendalian pada OPT utama Jagung di lokasi Surveylance :
Kondisi pertanaman jagung yang di survey dominan berumur tua (Fase pemasakan tongkol) OPT utama yang perlu mendapat perhatian adalah Penggerek Tongkol (
Helicoverpa armigera). Rekomendasi pengendalian yang diberikan antara lain :
Pengendalian Hayati :
Pemanfaatan musuh alami parasit
Trichogramma sp yang merupakan parasit telur penggerek tongkol dan Eriborus argentitiopilosa parasit larva muda penggrek tongkol.
Pemanfaatan cendawan
Metarhizium anisopliae, menginfeksi larva.
Pemanfaatan bakteri
Bacillus thurigensis
Pemanfaatan virus HaNPV menginfeksi larva.
Kultur Teknis :
Pengolahan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi Helicoverpa armigera (penggrek tongkol).
Kimiawi :
Untuk mengendalikan larva
H. armigera pada jagung, penyemprotan insektisida dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dengan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.(USR)***
Ucapan trima kasih kepada Bpk Yusbar Ismail, Bu Haira Mappa, Sofyan Nento, Bu Yucke Hongi Dkk
Purwakarta (4/9/2012) Acara Panen Padi sawah Varietas Unggul baru (VUB) dilaksanakan pada tanggal 4 September 2012 di Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Prosesi acara secara keseluruhan meliputi Panen padi sawah varietas unggul baru ( Inpari 14 Pakuan dan Inpari 15 Parahyangan), penyerahan bantuan benih oleh Direktur Perbenihan kepada Kelompok Tani 4 kabupaten ( Purwakarta, Indramayu, Sumedang dan Majalengka).
Varietas Unggul Baru merupakan salah satu komponen teknologi budidaya yang paling mudah diadopsi petani, dan nyata peranannya dalam peningkatan produksi hasil pertanian.
Tingginya tingkat adopsi petani terhadap varietas unggul, khususnya varietas unggul padi tercermin dari gigihnya upaya petani mencari benih varietas unggul yang baru dilepas.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu lumbung padi Nasional yang cukup berperan dalam penyediaan stock pangan Nasional. Lahan sawah di daerah tersebut setiap tahun ditanami sejumlah varietas unggul yang produktivitasnya berbeda.
Varietas berproduktivitas tinggi yang dominan ditanam adalah, Ciherang, Inpari 10 dan 13, Sidenok, dan Situbagendit.
Salah satu unggulan milik Jawa Barat yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada bulan April 2011 adalah Inpari - 14 Pakuan, Inpari - 15 Parahyangan.
Pada kesempatan yang sama diadakan demo panen menggunakan mesin panen bermotor oleh pihak swasta.
(USR)***
.
Jakarta - DPR RI dan Pemerintah akhirnya menyetujui anggaran tambahan untuk pemberian remunerasi atau tunjangan kinerja untuk 20 kementerian atau lembaga pada tahun ini.
Wakil Ketua Badan Anggaran Djoko Udjianto menyebutkan anggaran yang disetujui untuk dicairkan dari sebesar Rp 2,81 triliun.
"Jadi tambahan anggaran atas permintaan pemerintah ini disetujui untuk dicairkan," tegasnya dalam rapat dengan pemerintah, Selasa (4/9/2012).
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menilai pemberian anggaran ini guna
meningkatkan kinerja dan produktivitas PNS. Meskipun, hal ini dapat menambah beban belanja pegawai.
"Kita memberikan alokasi anggaran, meskipun peningkatan bagi beban pegawai, tapi tidak apa-apa, karena honorarium dapat dihilangkan, dan dapat meningakatkan pelayanan masyarakat dan produktivitas pegawai," ujarnya.
Agus Marto menyebutkan ada 20 K/L yang sudah disetujui tim reformasi birokrasi untuk diberikan remunerasi. Oleh karena itu, Kemenkeu meminta izin DPR RI untuk menyetujui pencairan anggarannya. Keduapuluh K/L itu adalah:
1. BPPT
2. LKPP
3. BKN
4. BKPM
5. Kementerian Pertanian6. Lemhanas
7. LAN
8. Kemenristek
9. Kementerian Perindustrian
10. BATAN
11. BPOM
12. BPS
13. BNPT
14. ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia)
15. BKKBN
16. LESANEG
17. LSN
18. LIPI
19. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
20. Kementerian Perumahan Rakyat.
Namun, lanjut Agus Marto, Kemenpera masih butuh pembahasan dengan Komisi V, sementara Kemen PP tidak membutuhkan pembahasan dari komisi apapun.
(Sumber : http://finance.detik.com)
(Foto: Koleksi pribadi)***
.