SPOT STOP (Gerakan melawan Hama Wereng)
11.50 | Author: Urip SR
Sejak dicanangkan Program "Spot Stop" oleh Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS) di Kabupaten Lamongan tahun 2011, gaungnya sampai saat ini masih terasa, sebuah gerakan untuk melawan hama Wereng Batang Coklat (WBC). Pada waktu itu Dirjen TP menyampaikan disela-sela acara Workshop Penanganan WBC di Kab. Lamongan, Jawa Timur.
Spot Stop sendiri mempunyai arti upaya memberhentikan laju populasi WBC agar tidak eksplosif (meledak) sehingga tidak menimbulkan titik spot (hopper burn). Gerakan itu dari hari kehari terus dikampanyekan melalui berbagai kesempatan baik melalui pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Sasarannya jelas meningkatkan produktifitas hasil panen padi.

Bagaimana meningkatkan hasil panen?

Sebuah tantangan bersama bahwa upaya peningkatan produkktifitas menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat (Ditjen TP Kementerian Pertanian), Pemerintah daerah dan masyarakat tani yang tergabung dalam Gapoktan. Selain melalui upaya2 penyuluhan, pengawalan, juga melalui input bantuan sosial berupa benih unggul berkualitas, bantuan pupuk dan sarana penunjang produksi lainnya. Bantuan sosial digulirkan sebagai stimulan kepada petani sebagai pelaku utama agribisnis padi agar selalu bergairah menanam padi dan terjadi peningkatan produksi tiap tahunnya. Program seperti itu terus dan terus bergulir melalui kelompok tani maupun gabungan kelompok tani sebagai wadah yang memenejemen SDM petani di pedesaan. Selain itu juga dilakukan pengawalan melalui surveylance OPT padi untuk membantu petani dalam rangka pengendalian OPT, surveylance ini bertujuan untuk memonitoring perkembangan hama dan penyakit di tingkat lapang. Hasil akhirnya adalah memberikan rekomendasi pengendalian kepada petani melalui petugas di daerah (PPL, POPT dan Mantri Tani).

Namun dari berbagai sumber tentang semboyan Spot Stop, salah satu strateginya adalah "menurunkan serangan OPT". Pemahaman umum terhadap strategi tersebut adalah pengendalian dengan Pestisida, karena itu yang mudah diaplikasikan dilapangan serta terbukti hasilnya. Lha kalau ini terjadi seperti pada era 70an, maka racunlah yang akan mengisi tanah air kita. Jadi sia-sialah program perlindungan ramah lingkungan yang telah dibangun selama ini. Lagi pula kelihatannya pejabat di pusat dan daerah menerapkan semboyan spot stop tersebut untuk semua opt dan komoditi. Bahkan ada pejabat perlindungan yang menargetkan intensitas serangan maksimal 5 %. Bisakah semua tanpa pestisida ? Mampukah agensia hayati dan sejenisnya menjawab keinginan pejabat yang sedang mempertahankan kedudukannya ? Kegalauan seorang pembaca dari blog ini sengaja saya repost, sebagai bahan renungan bagi kita bersama. Bagaimana menurut anda???
(USR)***
.
Ciamis, (14/02/12) Sepanjang mata memandang diantara lereng-lereng bukit menghampar tanaman jagung menguning siap panen, sebuah pemandangan yang menakjubkan benar-benar "gemah ripah loh jinawi" setiap jengkal di perbukitan dusun Cariang Girang tumbuh komoditas jagung dan Ubikayu. Dibibir lereng yang terjal tumbuh Pohon Manggis sebagai penahan longsor sebuah konsep Agrowisata yang cukup menjanjikan di sudut kota Ciamis.
Perjalanan kali ini menjadi peliput sekaligus menempatkan diri sebagai ajudan Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian yang diwakili oleh Kepala Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, dalam rangka acara Panen Raya Perdana Tanaman Jagung di Desa Sukamaju, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis.
Kepala Balai Besar Peramalan OPT (mewakili Dirjen TP) bersama Bupati Ciamis secara simbolik melakukan panen perdana tanaman jagung di lahan milik Kelompok Tani "Harapan Laksana III".
Hadir pada acara tersebut unsur Muspida Kabupaten Ciamis, DPRD, esselon II dari Kementerian Pertanian, esselon II lingkup Pemda Ciamis dan para undangan petani, wanita tani dan kelompok tani se Kabupaten Ciamis.
Acara:
• Pembukaan oleh Panitia
• Sambutan dari Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Ciamis
• Sambutan dari Bupati Ciamis (Bpk. E. Komara)
• Sambutan dari Dirjen Tanaman Pangan yang di wakili oleh Kepala Balai Besar Peramalan OPT Jatisari (Ir. Wahono Gaib Subroto, MM)
• Penyerahan bansos Kementerian Pertanian kepada Kelompok Tani "Harapan Laksana III" senilai Rp. 130 juta oleh Ditjen TP untuk pembenihan jagung disaksikan oleh Bupati dan unsur Muspida.
• Penutup/Doa.
• Silahturahmi dengan stake holders
Prosesi panen raya perdana jagung di laksanakan dilereng bukit yang ditanami jagung seluas kurang lebih 300 hektar. Pada kesempatan tersebut Bupati menginstruksikan kepada dinas terkait untuk membantu program Kementerian Pertanian dalam swasembada jagung, Bupati juga berjanji akan membuka lebih luas lagi budidaya jagung pada lahan-lahan tidur yang ada di wilayahnya. Dukungan dari pusat berupa dana stimulant bansos untuk pembenihan jagung diharapkan mampu meningkatkan produktifitas jagung di wilayah Kabupaten Ciamis.
Lewat jajaran perlindungan Ditjen TP juga menghimbau agar selalu sinergis antara POPT, PPL dan KCD bersama-sama meningkatkan pelayanan kepada petani untuk selalu aktif mengawal semua komoditas tanaman pangan yang ada di Kabupaten Ciamis.
Melalui kerjasama tripartit inilah diharapkan semua permasalahan lapang dapat diatasi secara komprehensif. Mengamati, melaporkan dan merekomendasikan kepada petani terkait permasalahan OPT tanaman pangan merupakan tanggung jawab bersama sehingga dengan cepat informasi diterima oleh petani/kelompok tani untuk segera mengendalikan OPT. Keharmonisan kinerja seperti inilah yang sangat diharapkan oleh petani.
Melalui bantuan sosial (bansos) Kementerian Pertanian tersebut Bupati menghimbau kepada kelompok tani yang menerima untuk memanfaatkan dana tersebut secara bijaksana sesuai peruntukan yaitu untuk usaha pembenihan jagung.
Di sela-sela acara Dirjen TP bersama Bupati Ciamis Engkon Komara menanam pohon Manggis (Garcinia mangostana) di lereng bukit sebagai kenang-kenangan. Penanaman pohon manggis ini sebagai tetenger dimulainya kebulatan tekad masyarakat Ciamis untuk berswasembada jagung secara berkelanjutan.
Sebagai penutup acara Bupati Ciamis bersama Ditjen TP melakukan Press Conference terkait kebijakan pembangunan pertanian secara umum, baik ditingkat regional maupun ditingkat nasional. Acara dimeriahkan juga dengan pameran out door dari pihak stake holder yang menampilkan produk-produk bibit jagung unggul seperti dari PT Tanindo ,PT. Pertani, dan PT. Sang Hyang Seri.(Uripsr@ymail.com)***