LANGKAH NYATA PENGENDALIAN WBC
14.52 | Author: Urip SR
Karawang-saungURIP (29/07/2010). Wereng Batang Coklat (WBC) masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar petani, saat ini sampai dengan minggu ke IV di bulan Juli (MK.2010) mass media cetak rajin mewartakan serangan hama wereng batang coklat. Sebagai contoh harian nasional paling sering menulis tentang hama ini.
Namun terkadang pemberitaan ini dirasa kurang adil karena hanya melihat sisi serangan semata tanpa memuat upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh Pemerintah (Kementerian Pertanian).
Padahal sejak pertama kali hama wereng batang coklat merebak, institusi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui unit pelaksana teknis Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) seringkali melaksanakan surveilance/monitoring lapangan dalam rangka kegiatan Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT).
Seperti pada hari ini (29/07/2010) telah dilakukan upaya pengendalian pada daerah yang terancam serangan WBC seluas 48,5 hektar di Desa Jatiragas, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Kegiatan semacam telah dilakukan sebelumnya sejak bulan April 2010 di Kabupaten Subang yang waktu itu menempatkan Posko WBC di Kompleks Perumahan BB-Padi yang berdekatan dengan sumber serangan, kurang lebih 1000 hektar lahan padi yang terancam telah dikendalikan namun karena berbagai faktor upaya tersebut seakan sirna padahal upaya tersebut sedikit meringankan beban petani.
Road show penanganan hama WBC terus berlanjut hingga kini sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat tani. Selain membagikan bahan pengendali OPT (baca: Pestisida) secara gratis tim dari Posko WBC BBPOPT juga mengadakan penyuluhan tentang Penggunaan Pestisida yang baik dan benar sesuai dengan kriteria 6 (enam) tepat yakni tepat jenis, tepat konsentrasi, tepat dosis, tepat volume semprot, tepat cara, tepat waktu, dan tepat sasaran.
Selain itu tim juga menyampaikan informasi tentang upaya-upaya dalam penanganan WBC.
Pada daerah-daerah tertentu dengan kondisi pengairan yang memungkinkan untuk tanam 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun maka perlu dilakukan:
Pengawalan dan pendampingan oleh petugas lapang (POPT) yang sangat ketat (pengamatan dilakukan paling lambat 2 minggu sekali) untuk mengetahui perkembangan OPT utama dan tindakan pengendalian yang harus dilakukan apabila terjadi peningkatan serangan/populasi OPT.
Implementasi PHT secara tepat dan akurat dalam setiap pelaksanaan SL-PTT.
Pengairan berselang (intermitten irrigation) sebagai upaya mengurangi jumlah populasi dan memperbaiki iklim mikro di pertanaman.
Apabila terjadi peningkatan populasi WBC diatas ambang pengendalian segera lakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida yang dianjurkan secara spot treatment.
Jangan menggunakan pestisida yang diduga akan menimbulkan resurjensi, tetapi gunakan pestisida yang direkomendasikan seperti Buprofezin, Fipronil, Tiametoksam dan Imidakhloprid.
Melakukan uji resistensi pestisida terhadap WBC paling lambat 2 tahun sekali.
Melakukan monitoring secara intensif di daerah yang terserang WBC.
Menyiapkan/mendekatkan bantuan pestisida di daerah yang mengalami serangan OPT.
Meningkatkan koordinasi antar Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan.
Menyampaikan hasil surveilance berupa ramalan OPT dan rekomendasi pengendalian pada setiap periode pengamatan surveilance kepada masing-masing daerah.
Melakukan gerakan pengendalian WBC.
Membentuk posko WBC.(berdiri Posko Pengendalian WBC di Jalur Pantura Jawa Barat tepatnya di BBPOPT).
Road show pengendalian masih terus berlanjut sesuai dengan permintaan masyarakat tani yang membutuhkan sampai situasi benar-benar dapat dikendalikan.
Pengendalian selanjutnya Minggu depan tepatnya hari Senin (2/08/2010) meliputi 2 desa yakni Desa Jatisari dan Desa Cikalongsari.
Selain itu BBPOPT mengerahkan tim surveilance ke berbagai kota (50 kab/kota di 6 Propinsi).
(uripsr@ymail.com)***

Ucapan terima kasih kepada UPTD Kec. Jatisari (Ir. Gunaedi), POPT (Asep Kostaman, SP) THL-PPL (Harliyana Irawan), Kelompok Tani Mandiri Jatiragas (Oman). Tak lupa Tim BBPOPT (Yadi Kusmayadi, Edi Suryadi, Lilik Retnowati, Dadan Hardiyana,Dulhalim, Toto Yanuar Santoso.
.

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul mulai menggelar langkah antisipatif agar serangan hama wereng tidak terulang kembali. Pos pemantauan wereng pun telah didirikan di beberapa titik perbatasan dengan Jawa Tengah.

"Di masing-masing posko, petugas dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Gunung Kidul telah siap memberikan sosialisasi pencegahan hingga pembasmian hama wereng. Intensitas serangan wereng masih pada taraf ringan," kata Supriyadi, Rabu (28/7/2010).

Menurut Pelaksanaa Tugas Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Supriyadi, enam posko pemantauan wereng telah didirikan di Kecamatan Karangmojo, Semin, Ponjong, Ngawen, Gedangsari, dan Patuk. Enam kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan Klaten dan Wonogiri, Jawa Tengah.

Petugas juga akan menggelar observasi ke lapanga n untuk mendeteksi gejala dini serangan wereng. Jika ditemukan minimal dua ekor hama wereng di petakan seluas satu meter persegi, petani harus mulai waspada. Masing-masing posko juga telah dilengkapi cadangan 20 liter pestisida.

Pencegahan serangan hama wereng terutama dilakukan di lahan sawah dengan luasan 500 hektar di Gunung Kidul. Wilayah Gunung Kidul bagian tengah dan selatan dengan tradisi pertanian tadah hujan cenderung aman dari serangan wereng ka rena seluruh petani di wilayah tersebut sudah tidak menanam padi. Musuh alami wereng seperti laba-laba kembali diperkenalkan ke petani untuk mengatasi wereng

Sebelumnya, Kepala Desa Bejiharjo, Karangmojo, Yatno mengatakan lebih dari 5 hektar sawah di wilayahnya gagal panen akibat serangan wereng cokelat. Hasil panenan semakin jelek karena perubahan musim yang disebabkan sering turunnya hujan di musim kemarau.

Perubahan musim, lanjut Supriyadi, menjadi salah satu faktor penyebab turunnya produktivitas padi hingga 0,3 persen. Produktivitas padi tadah hujan saat ini 44,32 kuintal per hektar. M eskipun produktivitasnya turun, produksi padi Gunung Kidul tahun ini justru meningkat 0,5 persen karena adanya tambahan luasan areal lahan pertanian. (Kompas, Rabu, 28 Juli 2010 | 22:07 WIB)

Sumber:

http://regional.kompas.com/read/2010/07/28/22072266/Pos.Pemantau.Wereng.Didirikan.di.Perbatasan.Gunung.Kidul..

.

Petani Tak Dapat Info
08.53 | Author: Urip SR
BATAM, KOMPAS - Kenaikan harga produk pertanian di pasaran akhir-akhir ini tidak banyak dinikmati petani. Keuntungan lebih banyak dinikmati pedagang. Penyebabnya, petani tidak mendapat informasi harga terkini sehingga harga ditentukan sepenuhnya oleh tengkulak.

Hal itu dikemukakan Menteri Pertanian Suswono pada pembukaan Pekan Flori dan Flora Nasional 2010 di Batam, Kepulauan Riau, Kamis (15/7). Hadir pula Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani dan Wali Kota Batam Ahmad Dahlan.

Petani tidak menikmati kenaikan harga karena tidak mendapat informasi harga terkini. Selain itu, kondisi ekonomi yang pas-pasan menyebabkan petani menjual hasil panen dengan harga seadanya. Tengkulak yang menentukan harga.

Untuk melindungi petani dalam jangka pendek, Suswono menyatakan akan merevitalisasi kelembagaan petani sehingga posisi tawarnya lebih kuat. ”Informasi harga harus diketahui petani,” kata Suswono.

Ketua Kelompok Tani Makmur Suhartono menyatakan, posisi tawar petani di Batam sangat lemah. Harga lebih banyak dikendalikan tengkulak. ”Tidak pernah ada pendampingan dari pemerintah. Jadi, petani serba sendiri. Tidak pernah ada pembinaan,” katanya.

Penyakit dan cuaca

Lonjakan harga sejumlah sayuran juga disebabkan oleh gangguan pasokan akibat penyakit dan anomali cuaca.

Benny A Kusbini, Presiden Direktur Mitra Agro Unggul, sebuah perusahaan pertanian, hari Kamis di Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, gangguan pasokan cabai terjadi mulai empat bulan lalu. Penyebabnya, kebun cabai di Sumatera dan Jawa terkena virus daun kuning. Virus terus berkembang jika tidak diatasi. Obat untuk penyakit itu ada di Institut Pertanian Bogor. ”Tinggal kesiapan pemerintah memproduksi secara massal,” katanya.

Anomali cuaca juga mengakibatkan lahan tidak sehat. Setelah panas dalam jangka panjang, tiba-tiba turun hujan. ”Anomali cuaca membuat tanaman shock dan tidak berkembang normal,” katanya.

Hal itu juga dialami petani kentang, tomat, dan bawang. Akibatnya, komoditas pertanian itu langka di pasar.

Serangan hama wereng batang cokelat (Nilapavarta lugens) masih mengancam sekitar 25.583 hektar lahan pertanian di Jawa Barat. Pemerintah provinsi meminta petani menyemprot pestisida secara tepat dan meningkatkan pemanfaatan musuh alaminya.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, ancaman wereng tersebar di 13 kabupaten di Jabar. Sebanyak 22.028 hektar di antaranya di wilayah sentra padi, seperti Kabupaten Subang, Indramayu, Cirebon, Bekasi, Karawang, dan Majalengka. Sisanya tersebar di tujuh daerah lain.

Menurut Kepala Dispertan Jabar Endang Suhendar, itu sebagian terjadi akibat pembasmian hama oleh petani belum maksimal. Mayoritas petani menyemprot hanya di bagian atas tanaman.

Peneliti Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Jatisari, Karawang, Mustaghfirin, menyatakan, untuk mengantisipasi serangan wereng, petani dan pihak terkait perlu mengupayakan pemakaian benih tahan wereng, menyerempakkan penanaman, meningkatkan pengamatan dini, serta mencegah perkembangan wereng dengan mengelola musuh alami wereng, seperti laba-laba, kepik, dan cendawan, serta menyemprotkan pestisida secara baik.

Hal senada dikemukakan Sekretaris Kontak Tani dan Nelayan Andalan Jabar Rali Sukari.(LAS/RAZ/MKN/GRE)
Sumber: http://m.kompas.com/news/read/data/2010.07.16.04430433
.
Manggung di Batam dalam Rangka PF2N
16.14 | Author: Urip SR
Kotabaru 13 Juli 2010
Persiapan seminggu sudah cukup untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tema hortikultura, maklum kali ini mengikuti Pekan Flori dan Flora Nasional di Batam yang diselenggarakan dari tanggal 15 s/d 22 Juli 2010.
Wah..asyik bisa mengunjungi kota Batam, hari ini (13/07/2010) adalah persiapan terakhir menyiapkan ubo rampe pameran, tiket pesawat Jakarta - Batam PP sudah dipesan satu hari sebelumnya. Sekarang lebih fokus lagi bagaimana menyiapakan pameran semeriah mungkin agar tampil elegan dan informatif.
Rencana pk 07.10 terbang dari Soekarno-Hatta menuju Batam (kalau tidak delay)
Seperangkap bahan pulikasi sudah siap di bagasi Isuzu De Max, untuk mengejar waktu harus meluncur dari kantor pk 02.00 WIB, driver (Toto YS) sudah dibooking untuk mengantar ke Bandara.
Bersambung.....
.