SOTO RUMPUT KHAS BOYOLALI
14.41 | Author: Urip SR
Wisata Kuliner di sela-sela Survey Pest List di Kota Boyolali. Selamat menikmati sajian secara Virtual di saungURIP. Semoga menambah khasanah perbendaharaan selera menu kita yang merupakan kuliner asli Indonesia.

Mendengar nama menu ini pasti mengusik rasa penasaran pemirsa, lha soto kok pakai rumput? Emang kita ini sebangsa mahluk memamah biak apa (baca: Sapi). Soto kok berbahan rumput? Jenis soto apakah gerangan ini?
Penuturan Suyadi sang pemilik kedai akhirnya memupus rasa penasaran saya. "Itu hanya trik dagang saja kok, biar agak nyeleneh aja" tuturnya sambil terkekeh.
Menurutnya, kedai soto milik ayahnya sudah dirintis sejak tahun 1981, cukup lama juga ya. Kala itu, warung sotonya yang sederhana itu mangkal di depan sebuah pasar yang menjual rumput untuk ternak, maklum kota Boyolali juga terkenal dengan peternakan sapinya (apalagi sapi glonggongan yang sering menghebohkan itu). Lama kelamaan karena nyari gampangnya akhirnya ketemu ide untuk memberi nama warung sotonya dengan nama "SOTO RUMPUT" sampai sekarang. Warung ini terletak di Jl. Prof. Dr Soeharso No. 14 telp.(0276) 322996.
Di Warung ini tersedia aneka soto, ada soto sapi, babat, paru, limpa, lidah dan otak sapi (termasuk soto ayam juga ada). Komplit...plit...plit...plit...!!!
Soto berkuah kuning tanpa santan ini disajikan bercampur nasi, taoge, daging, serta taburan seledri dan bawang goreng. Rasanya lumayan gurih...pokoke bikin lidah mak nyusss...!!!
Disediakan juga sambal, kecap, dan jeruk nipis sebagai campuran sesuai selera pengunjung. Masalah harga jangan kuatir rata-rata kota di Jawa Tengah murah meriah hanya RP. 4000,- saja per mangkuk untuk semua jenis soto.
Bagi anda yang melancong ke kota ini bisa mencoba mencicipi dan berkunjung dalam rentang waktu pk. 06.00 - 19.30 WIB.
Monggo Kerso...!!! (USR)***

Ucapan terima kasih kepada Bpk. Sugito, staf Dinas Pertanian Boyolali juga kepada Bpk Iskak Harjono Koordinator POPT Kab. Boyolali.
Semuanya I Love You Full.
.
.
Pest List OPT Sirsak
14.38 | Author: Urip SR
Episode Pest List OPT Sirsak di Kab. Boyolali dan Wonogiri
Tanggal 23 s/d 26 November 2009

Dewasa ini di Indonesia terdapat berbagai jenis OPT yang dikategorikan berbahaya oleh negara lain. Terdapatnya OPT tersebut telah menjadi hambatan utama dalam usaha peningkatan ekspor produk pertanian. International Plant Protection (IPPC) mempersyaratkan agar setiap negara anggota WTO menyusun, menyediakan, dan memperbarui secara berkala daftar OPT untuk masing-masing jenis tanaman/komoditas. Disamping itu untuk menghindari hambatan non-tarif berupa peraturan karantina maka persyaratan adanya "Pest List" dari masing-masing jenis komoditas buah-buahan yang diekspor beserta informasinya. Informasi tambahan yang diperlukan antara lain adalah biologi, ekologi, dan inang alternatif masing-masing jenis OPT.
Informasi tersebut akan digunakan oleh negara tujuan ekspor untuk melakukan analisa resiko OPT (PRA, pest risk analysis). Pest List berdasarkan hasil survey (yang didukung oleh adanya bukti spesimen atau "Voucher specimens") dan akan dilakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan apakah ada OPT baru yang ditemukan.

SIRSAK (Annona muricata L.)
Famili : Annonaceae

Tanaman sirsak dapat tumbuh di semua tempat sampai ketinggian 900 meter DPL. Sirsak merupakan pohon dengan tinggi dapat mencapai sekitar 8 meter. (Bersambung besok pagi....!!!)
CERITA DARI BANJARMASIN
15.03 | Author: Urip SR
Mengikuti Pameran MPTHI di Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Tgl 9 - 12 November 2009.

Pameran berlangsung mulai tgl 10 November, dibuka oleh Dirjen Tanaman Pangan dan Walikota Banjarbaru dan ditutup oleh Ditjen TP dan Gubernur Kalimantan Selatan.
MPTHI adalah wadah forum yang dapat mengaktualisasikan peran masyarakat perlindungan tumbuhan dan hewan sekaligus sebagai partner pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan perlindungan tumbuhan dan hewan.
Latar belakang pembentukan MPTHI didasari oleh keinginan membentuk jejaring kerja yang bersifat indipenden, yang diharapkan dapat mewadahi berbagai kepentingan masyarakat yang bergerak dibidang perlindungan tumbuhan dan kesehatan hewan. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan peran perlindungan tumbuhan dan kesehatan hewan dalam mendorong terjadinya kebersamaan langkah dalam perjuangan meningkatkan martabat petani dan pertanian Indonesia.

Rangkaian Kegiatan

Pembukaan dilaksanakan tgl 10 November 2009 pk.09.00 WITA dengan acara, pengukuhan IPPHTI Kalsel, pemberian penghargaan kepada kelompok tani SLPHT Kalsel, diskusi panel dan pelatihan praktis. Konsultasi klinik tanaman MPTHI diselenggarakan selama pertemuan berlangsung. Pameran ekspor teknologi dan temu wicara dengan seluruh peserta pertemuan nasioal MPTHI di Lapangan Dr. Murdjani Banjarbaru.(uripsr@ymail.com)

Catatan lainnya yang tercecer adalah Wisata ke Pasar Terapung di Muara Kuin, dan mengunjungi Mesjid Kuno Sultan Suriansyah.

Jumat, 13 November 2009
Pk. 03.00 WITA
Berangkat dari Ratu Elok menuju Pasar Terapung di Muara Kuin Banjarmasin.

Pasar Terapung Muara Kuin adalah Pasar Tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah shalat Subuh sampai selepas pukul 07:00 pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.

Dengan menyaksikan panoramanya, wisatawan seakan-akan sedang tamasya. Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga tersedia di pasar terapung. Ketika matahari mulai muncul berangsur-angsur pasar pun mulai menyepi, sang pedagang pun mulai beranjak meninggalkan pasar terapung membawa hasil yang diperoleh dengan kepuasan.

Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.

Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.

Potensi wisata

Obyek wisata ini sering dianggap sebagai daya tarik yang fantastik, Banjarmasin bagaikan Venesia di Timur Dunia, karena keduanya memiliki potensi wisata sungai. Namun kedua kota berbeda alam dan latar belakang budayanya. Di Banjarmasin masih banyak ditemui di sepanjang sungai rumah-rumah terapung yang disebut rumah lanting, yang selalu oleng dimainkan gelombang.

Daerah Kuin merupakan tipe permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (waterfront village) yang memiliki beberapa daya tarik pariwisata, baik berupa wisata alam, wisata budaya maupun wisata budaya. Kehidupan masyarakatnya erat dengan kehidupan sungai seperti pasar terapung, perkampungan tepian sungai dengan arsitektur tradisionalnya. Hilir mudiknya aneka perahu tradisional dengan beraneka muatan merupakan atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan diharapkan dapat dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi pembentuk citra dalam promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan. Masih di kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan Suriansyah, pulau Kembang, pulau Kaget dan pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.

Mengunjungi Masjid Kuno Sultan Suriansyah

Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali.

Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin.

Masjid Kuno

Kekunoan masjid ini dapat dilihat pada 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm yakni pada dua daun pintu Lawang Agung. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi : " Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia." Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu (tidak terbaca)" . Kedua inskripsi ini menunjukkan pada hari Senin tanghgal 10 Sya'ban 1159 telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (renovasi masjid) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1734-1759).

Pada mimbar yang terbuat dari kayu ulin terdapat pelengkung mimbar dengan kaligrafi berbunyi "Allah Muhammadarasulullah". Pada bagian kanan atas terdapat tulisan "Krono Legi : Hijrah 1296 bulan Rajab hari Selasa tanggal 17", sedang pada bagian kiri terdapat tulisan : "Allah subhanu wal hamdi al-Haj Muhammad Ali al-Najri".

Filosofi Ruang

Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut : atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut. Bentuk atap yang besar dan dominan, memberikan kesan ruang dibawahnya merupakan ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella. Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.(Sumber: Wikipedia)***

Ucapan terima kasih: kepada Bpk Ir. Erma Budianto MS ka BPSBTPH Kalsel beserta keluarga
dan Bpk Somantri (Driver spesial) yang membantu selama di Kalimantan Selatan.
.