Atasi Kutu Putih Pada Ubikayu
15.43 | Author: Urip SR
Gejala serangan Kutu Putih (Foto: Idah Faridah)
Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil singkong terbesar di dunia, bersama Brasil, Nigeria, dan Thailand.  Selain sebagai bahan untuk diversifikasi pangan, singkong juga berperan sebagai sumber pakan, bahan baku industri, dan bahan baku energi.  Sejak tahun 2010, keberlanjutan produksi singkong di Indonesia terancam oleh adanya invasi hama kutu putih Phenacoccus manihoti yang berasal dari Brasil.  Areal singkong di Indonesia yang berisiko terserang kutu P. manihoti seluas 146.000 ha, dengan potensi kehilangan hasil 882.000 hingga 2.441.000 ton per tahun. 
Petani singkong di Lampung Tengah masih belum banyak melakukan tindakan dalam mengendalikan hama penyakit, biasanya petani hanya mengendalikan gulma dengan cara mekanik dan herbisida selebihnya tidak ada tindakan pengendalian.
Ancaman hama baru ini menurut Kortikab POPT-PHP Lampung Tengah Bpk Ponijan pada tahun 2013 pun sudah ditemukan. Gejala bagian pucuk tanaman ubi kayu mengkerut, menggerombol seperti bunga dan terdapat kutu putih  didalamnya.
Terindikasi hama kutu tersebut adalah Phenacoccus manihoti. Terdapat jenis kutu lainya yang ditemukan di tanaman singkong di Lampung Tengah. Kutu Phenacoccus manihoti merupakan hama invasif/asing berasal dari negara inang nya yaitu ubi kayu Amerika Latin (Brazil dan Paraguay), masuk ke Kongo Afrika tahun 1970 dan menimbulkan kerusakan sampai 82%, tahun 2000 seluruh Afrika terserang kutu tersebut, hingga menimbulkan kerusakan parah pada singkong. Di Thailand, hama itu masuk pada Tahun 2009 dan menyerang 230.796 hektar (21%) dan sejak saat itu menjadi hama utama singkong disana.  Menurut Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc dari IPB, di Indonesia hama ini ditemukan pertama kali di Bogor, Jawa Barat pada tahun 2010. Serangan hama ini akan lebih berkembang di musim kemarau, dilaporkan Kehilangan hasil di Asia mencapai 30- 50%.
Morfologi
Morfologi dan siklus hidup Phenacoccus manihoti  menurut CABI, 2013. Telur berbentuk lonjong berwarna kuning keemasan tertutup ovisacs wol berwarna putih panjang 0,30 – 0,75mm, lebar 0,15 –0,30 mm.  Antena pada instar pertama terdiri dari 6 bagian, sedangkan instar selanjutnya 9 bagian tapi kadang kadang terlihat 7-8 bagian, nimfa dan dewasa  berwarna pink, instar pertama mempunyai panjang dan lebar tubuh 0,40 – 0,75 mm dan 0,20 – 0,30 mm, Instar kedua mempunyai panjang dan lebar tubuh 1,00 – 1,10 mm dan 0,50 – 0,65 mm, Instar tiga mempunyai panjang dan lebar 1,10 – 1,150 dan 0,50 – 0,60 mm, Instar empat/dewasa mempunyai panjang dan lebar 1,10 – 2,6 mm dan 0,50 – 1,40 mm. Betina dewasa berbentuk bulat berwarna pink berselimut lilin tepung putih, mata lebih menonjol, kaki berkembang dengan baik, segementasi tubuh sangat jelas terlihat.     Siklus hidup Phenacoccus manihoti rata rata dari telur – dewasa sekitar 28,48 harihari,telur akan menetas 7-8 hari setelah diletakan, nimpha instar 1 rata-rata 4,85 Hari, instar 2 rata rata 4,20 hari, instar 3 rata-rata 4,58 hari. Betina mempunyai umur lebih panjang yaitu 34,38 hari, rata2 mampu bertelur 570 butir. Kutu putih merupakan serangga Parthenogenesis artinya bisa berkembang biak tanpa kehadiran kutu jantan, kutu putih hanya menghasilkan keturunan betina.
Gejala serangan
Gejala serangan menurut sumber literatur menyebutkan ketidanormalan daun dan tunas, daun menguning dan keriput/keriting, mati pucuk, melemahnya batang sehingga tidak dapat digunakan untuk bibit, memendeknya ruas batang.  Pemencaran kutu lewat angin, hewan, bahan tanaman, pakaian.
Pengendalian
 Upaya pengendalian kutu putih yang dilakukan dengan pendekatan PHT antara lain sebagai berikut :
Menanan varietas tahan (sampai saat ini belum ada vareitas yang tahan terhadap kutu putih)
Pengendalian biologi (agen hayati: seperti parasitoid Anagyrus lopezi, predator Plesiochrysa ramburi, cendawan Beauveria Bassiana dan Metarhizium sp dan pestisida nabati)
Praktek budidaya tanaman (sanitasi pada lahan yang sebelumnya terserang, pembersihan tanah 2 minggu sebelum tanam)
Pengendalian mekanis : memotong bagian tanaman terserang dan membakarnya
Monitoring dan dukungan kebijakan.
Pestisida (prefentif  seperti merendam bibit dalam larutan pestisida kimia sebelum ditanam, dan kuratif)
Keberadaan hama kutu putih singkong spesies Phenacoccus manihoti di Indonesia masih sangat terbatas dan masih belum banyak informasi penyebaranya, oleh karena itu monitoring, pemantauan serta pelaporan hama kutu putih ini sangat diperlukan.
Semoga bermanfaat! (Idah Faridah/Urip SR)***

Referensi :
http://eviekepompong.blogspot.com/
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64214
www.cabi.org/isc/datasheet/40173
www.plosone.org
Makalah kutu putih singkong di Indonesia dan upaya pengendalian hayati dengan parasitoid, Aunu Rauf, 2014, disampaikan dalam seminar kutu putih vs parasitoid pengelolaan hama asing invasif berbasis ekologi, Bogor  24 September 2014.
.

Kumbang Landak (Dactylispa baliyi Gest.)
Beberapa orang atau petani mungkin belum terlalu familiar dengan salah satu hama pada tanaman jagung ini. Saya termasuk salah satu orang yang beruntung dapat melihat serangan hama ini di Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, karena menurut POPT setempat yang sudah selama puluhan tahun bertugas baru kali ini melihat serangan hama ini.
Kumbang mini ini memiliki nama kumbang landak (Dactylispa baliyi Gest.) yang termasuk ke dalam famili Hispidae, Ordo Coleoptera. Kumbang landak memiliki daerah sebaran di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Selain tanaman jagung, hama ini memiliki tanaman inang yaitu Sorgum, padi dan ilalang. Kumbang landak banyak ditemui di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 800 m. Hama ini sering ditemukan bila curah hujan cukup yaitu lebih dari 50 mm/bulan. Bila hujan kurang dari jumlah tersebut, larva akan mengalami hambatan pertumbuhan dan akhirnya mati.
Bioekologi
Telur : diletakkan di jaringan daun muda sebelah atas di antara epidermis daun (6 – 13 hari)
Larva : Larva yang baru ditetaskan akan langsung menggerek dan makan pada jaringan daun. Larva hidup dan makan di dalam jaringan daun. Pada serangan berat, dalam sehelai daun dapat ditemukan lebih dari 150 ekor larva. Stadia larva I-IV sekitar 18 – 24 hari.
Pupa : berada pada daun yang mengering (8 – 14 hari)
Imago : Sayap depan tebal dan sayap belakang tipis berwarna hitam, Seekor betina bertelur sampai 75 butir.
Gejala Serangan
Serangan kumbang landak terjadi pada umur 43 – 70 hst. Hama ini merusak daun, menggerek jaringan daun sejajar dengan tulang daun dan meninggalkan bekas gigitan yang memanjang atau membentuk gorong-gorong di dalam daun. Hama ini menyerang tanaman berumur lebih dari satu bulan. Serangan yang berat dapat menyebabkan daun mengering.
Cara Pengendalian :
a.    Pengendalian dengan musuh alami :
-    Parasit telur dan larva dari famili Eulophidae dan Braconidae
-    Predator dari kumbang famili Pentatomidae
-    Parasit/predator, yaitu spesies Tuchinidae, Sarcophagidae, Icheunomidae, katak.
b.    Kultur Teknis/pola tanam
-    Penanaman lebih awal
-    Waktu tanam serempak
-    Pergiliran tanaman
c.    Pengendalian Fisik dan Mekanis
-    Sanitasi iang air
-    Pembakaran sisa tanaman
d.    Pengendalian kimiawi dengan insektisida berbahan aktif isoksation, khlorpirifos, sianofenfos, diazinon, karbofuran.
(Dewi Nirwati, POPT Ahli Pertama/Urip SR)***
.
Penyakit Gosong Bengkak (Smuts)
13.28 | Author: Urip SR
Penyakit Gosong Bengkak (Foto Suci Niscahya Bhakti)
Tongkol jagung saya membengkak berwarna hitam, ada beberapa yang muncul.  Bahkan hampir setiap kali menanam jagung selalu ada yang bengkak.  Saya petani dari kecamatan Campaka Purwakarta, yang mau saya tanyakan adalah
“Tanaman jagung saya terserang apa, dan bagaimanakah cara mengendalikannya?”
Mohon penjelasannya. Terima kasih.

Endang Sulaiman
Petani Kec. Campaka, Kab. Purwakarta
Jawa Barat

Jawab :
Cendawan ini menyerang butiran jagung, butiran yang terserang menjadi besar, dari warna putih menjadi coklat kehitaman sehingga disebut penyakit gosong (Smuts).  Jagung yang sudah terserang tidak dapat dipanen lagi.  Pembesaran butiran jagung karena patogen merangsang pertumbuhan sel inang.
Gejala :
Cendawan penyebabnya yaitu Ustilago maydis. Penyakit ini menyerang tanaman jagung, terutama pada tongkolnya.  Sampai sekarang serangannya tidak begitu mendatangkan kerugian di Indonesia, tetapi di Amerika Serikat penyakit ini sangat menurunkan produksi.
Penyebaran :
Pertumbuhan patogen cocok pada kondisi kering disertai suhu tinggi pada awal pertumbuhannya.  Penyebaran patogen melalui benih (seed borne), tanah, aliran air, dan angin.
Pengendalian :
Jarak tanam jangan terlalu rapat.  Tanaman jagung yang terlalu subur akan mengakibatkan kelembaban yang tinggi.  Biasanya tanaman seperti itu mudah terserang penyakit cendawan hitam.
Hindari penggunaan kompos atau pupuk kandang yang berbibit penyakit.
Perlakuan benih dengan fungisida, tetapi prosedur ini tidak efektif jika tanah yang ditanami mengandung spora Ustilago maydis.
Tanaman yang sakit dibakar dan jangan diberikan ternak atau digunakan dalam pembuatan kompos.
Penanaman dengan varietas yang resisten
Biji sebelumnya di disinfeksi, misalnya dengan larutan sublimat
Penerapan rotasi tanaman atau jangan terus menerus menanam jagung di suatu tempat.
Selamat Mengendalikan…!!!(Urip SR & Suci Niscahya Bhakti)***
.
Ciplukan Atasi Stroke
13.24 | Author: Urip SR
Ciplukan (Physalis peruviana) (c) Repro
Tanaman ciplukan Physalis peruviana mengandung flavonoid sumber antioksidan yang manjur menggempur penyakit stroke.  Ciplukan tumbuh liar di sawah atau pekarangan kosong.  Buahnya bulat dan berubah menjadi kuning ketika matang.  Buah ciplukan berlindung di balik kantong.  Physalis berarti kandung kemih, peruviana merujuk pada salah satu asal Negara, yakni Peru.  Tanaman ciplukan sering dianggap sebagai gulma di sawah.
Penyakit stroke  disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah dan pecahnya pembuluh darah yang mengarah ke otak.  Terganggunya aliran darah ke otak mengakibatkan terganggunya juga pengaturan kinerja syaraf motorik, itulah penyebab kelumpuhan pada sebagian organ tubuh.
Namun penyakit tersebut bisa diatasi dengan ramuan herbal daun ciplukan atau buah ciplukan.
Senyawa-senyawa aktif dalam ciplukan antara lain saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin.  Senyawa flvonoid mencegah radikal bebas penyebab terganggunya metabolism lemak termasuk kolesterol dalam tubuh.  Metabolisme lemak yang terganggu pangkal penumpukan lemak jahat di saluran darah penyebab stroke.

Cara membuat 

1. Ramuan daun

Setengah genggam daun ciplukan diseduh dengan air panas mendidih
Aduk merata dan biarkan 5-10 menit.
Setelah air berwarna kecoklatan minum selagi hangat 3 kali sehari masing-masing satu gelas

 2. Ramuan buah

Rebus 5 buah dengan 110 ml air selama 10 menit sambil diaduk.
Setelah itu saring air rebusan, dinginkan dan diminum 2 kali sehari.
Untuk mempercepat proses penyembuhan hindari konsumsi olahan daging, seafood dan jeroan.
Kontrol tekanan darah dan kolesterol, tekanan darah normal 120/80 mmHg dan kolesterol 255 mg/dl.
Selamat Mencoba semoga bermanfaat..! (USR)***
.
Lalampah Ka Baduy
11.53 | Author: Urip SR
Leuit (lumbung padi) suku Baduy, Gula Aren & Tenun (c) Urip SR
Bukan katanya lagi, sekarang menikmati langsung keindahan alam Baduy beserta adat istiadatnya, walau hanya di masyarakat Baduy luar.  Mepetnya waktu sehingga tidak sampai ke Baduy dalam (Kampung Cibeo, Cikartawana, Cikeusik) maklum menuju ke lokasi ini butuh waktu 5 jam jalan kaki.
Seluruh warga Baduy kehidupan ekonominya mengandalkan dari hasil pertanian ladang dengan bercocok tanam pangan padi huma serta tanam pisang, dan umbi-umbian.
Mereka sepanjang hari kesibukan aktifitas diladang serta hasilnya dijual ke penampung di Terminal Ciboleger untuk dibawa ke Pasar Rangkasbitung.
Beberapa hasil ladang itu bila musim kemarau seperti saat ini dijual ke pasar Rangkasbitung, antara lain durian,gula aren,daun serai,pisang,petai,manggis dan aneka kerajinan tangan juga budidaya madu hutan.
Menurut Ki Sanati (65), selama ini petani Baduy mengembangkan pertanian tanaman pangan tanpa menggunakan pupuk kimia  karena bertentangan dengan adat setempat. Penggunaan pupuk kima itu,kata dia, selain dilarang oleh kebiasaan adat, juga bisa menyebabkan rusaknya alam lingkungan.
Oleh karena itu lanjut dia, masyarakat Baduy hingga kini lebih memprioritaskan pupuk organik dari sampah ataupun kompos.
Umumnya petani Baduy bertanam itu diladang  perbukitan secara nomaden (berpindah tempat) sampai kembali ke kebun asal hingga kondisi tanah subur lagi.  Kearifan lokal ini terjaga secara turun temurun.
“Disini sampai saat ini belum pernah kelaparan karena hasil bumi selalu mencukupi, seperti panen padi huma hanya untuk keperluan keluarga saja.” ujar Ki Sanati yang menjadi tempat tinggal sementara waktu peliputan.
Ia mengatakan bahwa orang-orang Baduy memercayakan ekonomi dari hasil bumi dengan bercocok tanam di lahan darat.
Mereka mengembangkan lahan pertanian perbukitan karena cocok ditanam padi huma dengan masa panen mencapai umur 6 bulan.
Padi Huma ditanam dilereng bukit (Foto: Urip SR)
Masyarakat Baduy tetap mempertahankan produksi pangan dari nenek moyangnya, termasuk larangan memiliki media elektronika juga jaringan aliran penerangan listrik.
Saridi maupun Narisa, mengatakan bahwa dirinya tiap hari ke kebun untuk menyadap nira (bahan gula aren) dan memetik pisang dikebun untuk dijual.  Ia saat ini sibuk dikebun untuk masa tanam padi huma.  Untuk jangka pendek ia memanen daun serai maupun pisang untuk dijual ke penampung dipasar Rangkasbitung.
“Kami sangat terbantu ekonomi dari hasil pertanian itu,” Jelasnya.
Kearifan lokal yang mampu menopang ketahanan pangan di masyarakat baduy, ia mampu memberdayakan komunitasnya tanpa harus berteriak-teriak minta bantuan.  Masyarakat yang mandiri yang mampu membaca isyarat alam dan selalu bersyukur atas hasil bumi yang melimpah sehingga masyarakat baduy memperlakukan alam dengan sangat hati-hati.  Karena dengan merawat alam maka akan terhindar dari Mala.
Peliput : Urip SR (BBPOPT) dan Hendi (POPT Leuwidamar)***
.
Penyakit Blas pada Padi
11.28 | Author: Urip SR
Gejala Blas pada daun (Repro)
Masalah :
Sejak beberappa tahun terakhir ini , tanaman padi saya terserang hama dengan ciri-ciri timbul bercak-bercak. Kata PPL yang pernah saya temui ini terserang penyakit blas (Pyricularia grisea).
Pertanyaan saya adalah : “Apakah penyakit blas itu dan bagaimana cara mengatasinya ? Mohon penjelasan. Terima kasih “
(H. Moeis Gardumukti,Subang,Jawa Barat)


Penyakit Blas (Pyricularia grisea) pada tanamn padi tersebar hamper di seluruh Indonesia, terutama di daerah pertanaman padi lahan kering. Infeksi penyakit blas pada lahan kering sering lebih terjadi daripada di lahan sawah, walaupun tergantung juga pada varietas padi yang ditanam.Varietas padi unggul yang responsive terhadap pupuk nitrogen, pertanaman yang rapat, dan suhu tanah yang tidak mendukung juga mendorong perkembangan penyakit blas.
Penyakit blas ditularkan melalui konidia yang disebarkan oleh angin.Konodia berbentuk seperti buah alpukat, meruncing kea rah ujung, dan memiliki dua sekat.Pembentukan dan pelepasan konodia sangat tergantung pada keadaan lingkungan.Makin tinggi kelembaban udara, maka makin banyak konodia yang dihasilkan.Satu bercak dapat menghasilkan 2.000 – 6.000 konodia setiap hari selama 14 hari.
Faktor iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan penyakit blas. Suhu yang cocok untuk pembentukan spora berkisar antara 10 C -35 C dengan suhu optimum 28 C dan kelembaban > 92% Pembentukan spora (sporulasi) meningkat dengan meningkatnya kelembaban.
Jamur Pyricularia oryzae mampu bertahan pada jerami dan gabah, yang merupakan sumber inoculum primer di lapangan. Tanaman inang penyakit blas di antaranya adalah Agropyron repons, jajagoan  (Echinochloa crusgalli), rumput belulang (Elcusine indica), barley (Hordium vulgare), dan lain-lain.
Gejala penyakit blas berupa bercak-bercak pada daun, buku, malai, dan gabah.Pada daun padi, berbentuk oval atau elips dengan kedua ujung meruncing, seperti belah ketupat.
Bagian tengah bercak biasa nya berwarna kelabu atau keputih-putihan, dengan tepi berwarna coklat atau merah kecoklat-coklatan.Bentuk dan warna bercak sangat bervariasi tergantung pada lingkungan, umur bercak, dan tingkat ketahanan varietas padi.Pada varietas padi yang rentan, bercak tidak membentuk tepi yang jelas dan bercak dikelilingi oleh warna kuning pucat, yang di sebut “halo”. Blas yang menyerang pada buku batang padi akan terlihat pada pangkal pelapah daun yang membusuk, kemudian akan berubah menjadi kehitam-hitaman , dan mudah patah. Bercak bisa terjadi pada leher malai dan yang terinfeksi berubah menjadi kehitam-hitaman dan patah, sehingga mengakibatkan malai menjadi hampa.Mirip gejala serangan beluk.
Pengendalian penyakit blas (Pyricularia grisea) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.Pergiliran tnaman dengan tnaman bukan padi, terutama tanaman yang tidak menjadi inang.
2.Penanaman varietas padi yang tahan.
3.Pengaturan jarak tanam, yaitu pada setiap beberapa baris dibuat jarak tanam selebar dua kali jarak tanam biasanya .
4.Pemupukan berimbang
5.Penyemprotan pupuk mikro Silika (Si) dan seng (Zn), misalnya Biomax dan Zilfo 90 WP yang masing-masing mengandung Silika 20%. Konsentrasi anjuran untuk BioMax 2 ml/l air dan Zilfo 90 WP 2 g/l air
6.Dan dikombinasikan dengan penyemprotan fungsida yang terdaftar untuk penyakit blas.
7.Di daerah-daerah yang selalu mengalami serangan berat dapat dilakukan perlakuan benih dengan fungsida yang sesuai dengan aturan. (Advertorial)****
.

Kuliner Khas Ambon
15.32 | Author: Urip SR
Insya Allah selama perjalanan ke AMBON, penulis akan menyempatkan wisata kuliner khas kepulauan Ambon yang akan ditayangkan di blog ini.
Pesen lapak dulu..!!!
.
MPTHI XIII' 2015 DI AMBON
15.29 | Author: Urip SR
Untuk mendorong terjadinya kebersamaan langkah dalam perjuangan meningkatkan martabat petani dan pertanian Indonesia, diperlukan suatu wadah yang mampu mengakomodasi dan menggalang pemikiran, pandangan, gagasan, aspirasi dan potensi semua pemangku kepentingan perlindungan tanaman dan kesehatan hewan. Wadah tersebut diberi nama "Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia" yang akan melaksanakan Munas ke XIII di Ambon pada tanggal 2-3 September 2015.
Tema Munas MPTHI XIII kali ini adalah : "Peluang dan Tantangan Perubahan Iklim dalam Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Berbasis Kepulauan untuk Mencapai Kedaulatan Pangan".
Sampai ketemu di Ambon ya...! (Salam MPTHI)***
.
CORRA Annual Meeting ke-19
13.21 | Author: Urip SR
Partisipasi BBPOPT Jatisari dalam rangka meramaikan pelaksanaan Council for Partnership On Rice Research In Asia (CORRA) membuka stand di Auditorium Agro Inovasi BB-Padi Sukamandi dari tanggal 4-7 Agustus 2015. Tanggal 4 Agustus 2015 dihadiri peserta delegasi negara (setingkat kepala badan litbang pertanian) Cambodia, China, India, Indonesia, Japan, South Korea, Lao PDR, Malaysia, Nepal, Pakistan, Philippines, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Vietnam, Timor Leste, IRRI HQ.
Materi Field Trip (4 Agustus 2015)
- Exsibisi indoor ( Pelisensi alat mesin pertanian, pelisensi padi hibrida, solar bubble dryer, penangkar binaan, beras fungsional BB-Padi, dll.
- UPBS
- Field Visit ( Galur, Varietas, Kolam rendaman, penelitian.
Ekspose lanjutan 5 - 7 Agustus 2015
Dalam rangka temu teknologi padi 2015
Pengunjung : Petani, Penyuluh dan Pemangku Kebijakan.
Ketentuan2 :
Pameran Indoor :
- Tidak dipungut biaya
- Mitra menyiapkan materi dan bertanggungjawab menjaganya
- Ukuran ruang 2x3 meter
- Karpet saja tanpa partisi
- Konsumsi untuk 1 orang (lunch box)
Pameran Outdoor :
- Tidak dipungut biaya (swakelola)
- Konsumsi untuk 1 orang (lunch box)

Untuk yg tanggal 4 Agustus 2015 :
Diharapkan penjaga stand dapat berbahasa Inggris aktif.
.
Kegiatan kajian pengendalian Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) skala luas dilaksanakan di kecamatan Tambak Dahan, Kab. Subang, Jawa Barat.  Pengamatan pada petak pendampingan seluas 50 hektar di Desa Gardu Mukti, Kec. Tambak Dahan dan Petak Kontrol seluas 50 Hektar di Desa Mariuk, Kec. Tambak Dahan.  Dipilihnya kedua desa tersebut berdasarkan laporan dari POPT bahwa pada musim sebelumnya merupakan daerah endemis WBC dan tinggi dalam pemakaian pestisida kimia sehingga diharapkan pada pertemuan mingguan sedikit demi sedikit merubah pola budidaya padi yang responsif terhadap pestisida kimia ke arah budidaya yang ramah lingkungan (pemakaian pestisida kimia) sesuai kebutuhan (tidak terjadwal) seperti yang biasa petani lakukan selama ini.  Merubah maindset petani memang tidak semudah membalik telapak tangan butuh kesabaran dan bimbingan di lapangan yang kontinyu.
(Bersambung)...
Sudah terbit....
10.15 | Author: Urip SR
Majalah Peramalan OPT Volume 14 No.1 Mei 2015 sudah terbit dengan cover story Kunjungan Presiden Jokowi di kabupaten Indramayu (17/3) didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Pekerjaan Umum.  Sampul belakang "Membakar Semangat THL-POPT" pada saat Pelatihan Teknologi Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Teknologi P3OPT) di Jatisari (25 Mei - 7 Juni 2015) yang ikuti 30 peserta dari seluruh Provinsi di Indonesia.
(USR)***
.
Hama Kacang Hijau Fase vegetatif
08.36 | Author: Urip SR
Pengamatan kacang Hijau (Foto: Urip SR)
Pada awal fase vegetatif, daun majemuk pertama telah membuka penuh, tanaman tumbuh dan berkembang hingga berbunga pada umur 20 hst. Namun, pada fase vegetatif ini, banyak ditemukan OPT, baik hama, penyakit, maupun virus. Hama utama yang mungkin di jumpai di pertanaman ialah ulat grayak, ulat jengkal, penggerek pucuk, pelipat/penggulung daun, kumbang tanah, dan tungau merah.Sedangkan penyakit yang muncul adalah busuk pangkal batang, penyakit layu, embun tepung, bercak daun, dan kudis. Pada fase fase vegetatif ini virus penting juga muncul, yaitu virus mozaik kacang hijau dan virus mozaik kuning buncis. Cara pengelolaan OPT yang dapat diterapkan adalah melalui cara mekanik, eradikasi tanaman terserang, penggunaan agens hayati, dan penggunaan pestisida apabila sungguh-sungguh diperlukan.
Pertanyaan saya adalah: “Bagaimana cara-cara tersebutn diaplikasikan?” Mohon penjelasan.Terima kasih.


(Sulistyo,Tanggamus, Lampung)

Solusi :
Pengendalian hama kacang hijau fase vegetatif antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Pengendalian secara mekanik:
Kerusakan daun pada fase ini relatif tidak menurunkan produksi secara nyata. Oleh karena itu, pengendalian hama daun seperti ulat grayak cukup dilakukan dengan cara mekanis, karena biasanya pada fase ini hama tersebut baru mulai meletakkan telur atau larva kecil masih mengelompok dan kemungkinan besar populasi musuh alami mulai meningkat. Untuk menekan populasi hama secara awal dapat dilakukan dengan:
a. Mengumpulkan dan mematikan ulat grayak instar 1 – 2 yang masih mengelompok pada permukaan bawah daun dan kelompok telur pada daun bagian atas
b. Mengumpulkan dan mematikan ulat jengkal instar dewasa;
c. Mengumpulkan daun yang terserang penggulung daun.
2. Pengendalian secara eradikasi:
Tanaman yang mati karena penyakit layu R. solani, virus mozaik kacang hijau, dan virus mozaik kuning buncis segera dicabut dan dimusnahkan dengan cara dibakar ditempat lain. Selain itu, sanitasi dapat dilakukan terhadap tanaman inang lain yang dapat menjadi sumber inkulum virus dan tempat hidup vektor pembawa virus.
3. Pengendalian dengan memanfaatkan agen hayati:
Apabila secara operasional memungkinkan dan populasi ulat grayak dominan, maka dapat diupayakan dengan menggunakan S1-NPV (Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus). Sedangkan untuk menekan populasi ulat buah dapat dilakukan dengan penyemprotan Ha-NPV (Heliothis armigera Nuclear PolyhedrosisVirus).
4. Pengendalian dengan menggunakan insektisida:
Apabila populasi OPT telah mencapai ambang batas dapat dikendalikan dengan aplikasi pestisida efektif.  Hama ulat dianggap telah mencapai ambang batas apabila:
a. Ulat grayak:  180 instar 2/10 rumpun; 10 instar 3/10 rumpun atau 25% kerusakan daun.
b. Ulat jengkal: 200 instar 1/10 rumpun; 120 instar 2/10 rumpun; 20 instar 2/10 rumpun atau > 25% kerusakan daun.
c. Ulat buah: 50 instar 1/10 rumpun
d. Embun tepung, bercak daun dan penyakit kudis, intensitas kerusakan 20%.
.
Kepik Hijau Kedelai
08.19 | Author: Urip SR
Kepik Hijau (Nezara viridula) (Foto : Cabi)

Tanaman kedelai saya terserang serangga menyerupai kepik berwarna kehijau-hijauan. Setelah saya perhatikan, ternyata kepik itu merusak polong kedelai.  Jika hal itu didiamkan, maka akan mempengaruhi hasil kedelai saya.
Pertanyaan saya adalah: “Bagaimana cara mengendalikan kepik hijau tersebut?” mohon penjelasan. Terimakasih

(Suparno, Paron - Ngawi, Jawa Timur)
Sejak tumbuh ke permukaan tanah hingga tanaman tua, kedelai tidak luput dari serangga hama. Hama yang menyerang tanaman kedelai cukup banyak namun hanya beberapa jenis saja yang berstatus penting dan sering menimbulkan kerugian di antaranya adalah kepik hijau (Nezara viridula L).
Kehidupan kepik hijau sangat bervariasi tergantung pada keadaan  iklim dan tanaman inangnya.Kepik meletakkan telur secara berkelompok pada bagian bawah daun.Satu kelompok terdapat 10-50 butir dan satu ekor induk betina dapat memproduksi 100-250 butir telur. Bentuk telur seperti cangkir berwarna kuning dan tertata rapi.Setelah 5-7 hari telur menetas menjadi nimfa. Nimfa instar 1 bergerombol di atas kulit telur, setelah berganti kulit pindah ke plong untuk makan dan hidup. Nimfa instar 3,4,5 dan imago diam di permukaan daun bagian atas, pada pagi hari setelah pukul 09.00 pindah ke polong untuk makan. Imago meletakkan telur mulai pukul 15.00 sampai 21.00.
Nimfa dan kepik mertusak polong dengan cara menusuk stiletnya pada kulit polong dan biji lalu mengisap cairan biji. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong/biji menyebabkan polong/biji kempis, mengering dan gugur. Serangan pada fase pengisapan biji, menyebabkan biji menjadi hitam dan busuk.Serangan pada polong tua, menyebabkan kualitas biji menurun karena ada bintik hitam pada biji atau biji menjadi keriput.
Gejala Serangan jelas terlihat pada kulit biji dan kulit polong bagian dalam berupa bintik hitam atau coklat. Kerusakan di lapangan biasanya terjadi bersamaan dengan pengisap polong yang lain dan tanda serangannya tidak dapat dibedakan.
Populasi kepik mulai dijumpai di pertanaman sejak fase pembentukan bunga sekitar umur 35 hari setelah tanam (hst) sampai menjelang panen. Stadia tanaman yang paling disukai sekitar umur  58 hst serta puncak populasi imago dan nimfa terjadi pada umur 50 hst. Periode kritis tanaman adalah fase pembentukan polong sampai pengisap biji (49-70 hst)
Tanaman Inang, kepik hijau bersifat polifag selain memakan tanaman kedelai juga memakan tanaman kacang hijau, kacang panjang, kacang tunggak, padi/wijen, jagung, kentang, tembakau, kapas, dan orok-orok.
Pengendalian :
Pengendalian hama kepik hijau pada tanaman kedelai antara lain dapat di lakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
. Sanitasi tanaman inang liar jauh sebelum tanam.
. melakukan tanam secara serentak dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
. Di daerah endemis dapat menggunakan tanaman perangkap kacang hijau varietas merak atau Sesbania rostrata yang ditanam sekeliling/pinggir lahan terutama di lahan yang berbatasan dengan sumber serangan. Kacang hijau varietas merak ditanam bersamaan dengan tanam kedelai, sedang Sesbania rostrata ditanam 14 hari sebelum tanam kedelai.
. Melakukan pengamatan atas serangan ham akepik hijau, terutama dilakukan pada tanaman berumur 42, 49, 56, 63, dan 70 hst terhadap imago, telur dan nimfa.
. Penggunaan pestisida dilakukan apabila populasi mencapai ambang pengendalian, misalnya Insektisida yang mengandung dua jenis bahan aktif siap pakai yaitu Starban 585 EC dengan konsentras 20 ml/tangki;
. Ambang pengendalian bila terdapat 2 ekor/10 rumpun tanaman atau intensitas kerusakan lebih besar dari 2,5% polong terserang.
Selamat mengendalikan..!!
(USR)***
.
Membuat Pesnab secara sederhana
13.52 | Author: Urip SR


Pahitan berpotensi sbg Pesnab (Urip SR)
Perebusan Ekstrak Bahan Nabati :
Disamping menggunakan etanol/alkohol 70 %, cara lain untuk menekan/mematikan enzim/zat pengurai adalah   dengan cara

pemanasan/perebusan. 
Adapun langkah kegiatannya adalah sebagai berikut :
Bahan tanaman ditumbuk/digiling.
Bahan tanaman yang sudah ditumbuk/digiling, dicampur air dengan   perbandingan 75 gr bahan tumbuhan dalam 1(satu) liter air untuk bahan tanaman berbentuk daun, dan 25-50 gr untuk bahan tanaman berbentuk buah, biji, umbi dan rimpang.
Tambahkan 2 (dua) gram deterjen (pengganti Latron sebagai pengemulsi), kedalam larutan tersebut pada alat perebusan (Panci).
Rebuslah ekstrak bahan campuran tadi sampai mendidih.
Biarkan rebusan ekstrak bahan campuran tadi sampai menjadi dingin, kemudian lakukan penyaringan. 
Penggunaan pestisida nabati (Pesnab) secara sederhana di tingkat petani dapat dilakukan dengan cara
Penyemprotan cairan perasan tumbuhan.
Pengasapan (pembakaran bagian tanaman yang mengandung bahan insektisida).

.
Materi Pelatihan P3OPT
14.10 | Author: Urip SR
Materi dan Praktek yang akan dibahas dalam pelatihan meliputi :
1. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan
2. Prakiraan dan evaluasi prakiraan serangan OPT tanaman pangan
3. Metodologi pelatihan
4. Kebijakan perlindungan tanaman pangan
5. Pengenalan hama dan musuh alami tanaman padi
6. Pengenalan penyakit dan agens antagonis tanaman padi
7. Pengambilan sampel dan koleksi OPT padi
8. Identifikasi dan preparasi koleksi OPT padi
9. Pedoman pengamatan dan pelaporan OPT Tanaman Pangan
10. Pengamatan Tetap (Petak tetap, light trap, SMPK)
11. Pelaporan dan evaluasi hasil pengamatan petak tetap
12. Pengamatan keliling
13. Pelaporan dan evaluasi hasil pengamatan keliling
14. Pedoman pengamatan dan pelaporan DPI
15. Surveilannce
16. Pelaporan dan evaluasi hasil surveillance
17. Pengenalan dan perbanyakan agens hayati padat

18. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Pangan
19. Pengenalan dan perbanyakan agens hayati cair
20. Ekobiologi dan peramalan OPT
21. Identifikasi, pengamatan dan penilaian kerusakan oleh Wereng Batang Coklat (WBC)
22. Uji Ketahanan varietas dan kehilangan hasil akibat serangan WBC
23. Pengelolaan dan teknologi pengendalian WBC
24. Ekobiologi dan peramalan Penggerek Batang Padi (PBP)
25. Identifikasi, pengamatan & penilaian kerusakan oleh PBP
26. Perbanyakan parasitoid Penggerek Batang Padi Trichogramma sp.
27. Pengenalan dan perbanyakan pestisida nabati
28. Pengelolaan dan teknologi pengendalian PBP
29. Epidemiologi dan peramalan penyakit tanaman padi.
30. Identifikasi, pengamatan dan penilaian kerusakan oleh penyakit.
(Bersambung)....
.
.
Membakar Semangat THL-POPT
13.45 | Author: Urip SR
Pre Test Ballot Box (Foto: Urip SR)
Jatisari (6/5). Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang perlindungan tanaman pangan sangat dibutuhkan mengingat salah satu tuntutan tugas SDM Perlindungan Tanaman adalah mengamankan produksi pangan dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).  Manfaat dari peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang perlindungan tanaman adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas perlindungan tanaman dalam hal pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT pangan, dengan harapan diaplikasikan dalam melaksanakan tupoksi sehingga serangan OPT pangan dapat ditekan, dan dapat meningkatkan produksi pangan secara nyata.  Setiap tahun Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT)  menyelenggarakan Pelatihan Peningkatan Kemampuan SDM Perlindungan Tanaman Pangan, dan terus dievaluasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.  Sehubungan dengan hal tersebut maka BBPOPT melaksanakan Pelatihan Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT) bagi Tenaga Harian Lepas Pengendali OPT (THL-POPT) tahun 2015.
Dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang P3OPT, yang sasarannya adalah terwujudnya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan 30 orang THL-POPT di bidang P3OPT.  Adapun manfaatnya adalah pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT yang diperoleh selama pelatihan dapat menambah kemampuan petugas pengamat OPT dalam melaksanakan tugas.
Selamat Datang Peserta Pelatihan P3OPT bagi THL-POPT Angkatan - I (6-19 Mei 2015) di Kawah Candradimuka Perlindungan Tanaman.
(uripsr@ymail.com)
.

Mengenal Kutu Daun (Aphis glicines)
15.13 | Author: Urip SR
Kutu daun (Aphis glicines) Foto: Repro
Aphis glycines yang biasa disebut dengan aphis dikelompokkan ke dalam ordo         Homoptera dengan famili Aphididae.  Tubuh aphis berukuran kecil, lunak dan berwarna hijau agak kekuningan.  Panjang tubuh aphis dewasa berkisar antara 1 - 1,6 mm.  Nimfa aphis dapat dibedakan dengan imagonya dengan cara menghitung jumlah antenanya.  Pada umumnya , nimfa instar satu mempunyai antena sebanyak 4-5 ruas.  Sedangkan nimfa instar kedua berantena sebanyak 5 atau 6 ruas, dan imago sebanyak 6 ruas.
Sebagian besar jenis serangga ini tidak bersayap, tetapi bila populasi meningkat, sebagian serangga dewasanya membentuk sayap yang bening.  Selanjutnya, serangga yang bersayap pindah ke pertanaman kedelai lain untuk membentuk koloni baru. Serangga ini menyukai bagian-bagian muda dari tanaman inangnya, baik nimfa dan imago mengisap cairan tanaman.
Aphis juga bertindak sebagai vektor (serangga penular) berbagai penyakit virus kacang-kacangan (soybean mosaic virus, soybean yellow mosaic virus, bean yellow mosaic virus, soybean dwarf virus, dan peanut stripe virus).
Tanda serangan Aphis
Aphis menyerang tanaman kedelai muda sampai tua, serangan pada pucuk tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil.  Cuaca yang panas pada musim kemarau sering menyebabkan populasi hama kutu daun ini tinggi.
Cara pengendalian Aphis
Tanam serempak
Pemantauan lahan secara rutin dan pemusnahan kelompok telur dan imago.
Penggunaan pestisida nabati.
Jika populasi tinggi, semprot dengan insektisida yang direkomendasikan, antara lain yang berbahan aktif : amitraz, heksitiazok, dikofol, dan propargit.
.
Anda Termasuk yang Mana?
10.53 | Author: Urip SR
Ilustrasi (Urip SR)
5 Tipe Karyawan
Di kantor kita
Sebuah renungan bagi kita semua
Oleh: KH Abdullah Gymnastiar
(Ide dasar ini diambil dari pendapat Emha Ainun Najib “Budayawan Muslim”)

Pejabat/karyawan “Wajib”
Tipe ini memiliki ciri:
•    Keberadaannya sangat disukai, dibutuhkan, harus ada sehingga ketiadaannya sangat dirasakan kehilangan.
•    Dia sangat disukai karena pribadinya sangat mengesankan, wajahnya yang selalu bersih, cerah dengan senyum tulus yang dapat membahagiakan siapapun yang berjumpa dengannya.
•    Tutur katanya yang sopan tak pernah melukai siapapun yang mendengarnya, bahkan pembicaraannya sangat bijak, menjadi penyejuk bagi hati yang gersang, penuntun bagi yang sesat, perintahnya tak dirasakan sebagai suruhan, orang merasa terhormat dan bangga untuk memenuhi harapannya tanpa rasa tertekan.
•    Akhlaknya sangat mulia, membuat setiap orang merasakan bahagia dan senang dengan kehadirannya, dia sangat menghargai hak-hak dan pendapat rang lain, setiap orang akan merasa aman dan nyaman serta mendapat manfaat dengan keberadaannya.
Pejabat/karyawan “Sunah”
Tipe ini memiliki ciri:
•    Kehadiran dan keberadaannya memang menyenangkan, tapi ketiadaannya tidak terasa kehilangan.
•    Berprestasi, etos kerjanya baik, pribadinya menyenangkan, hanya saja ketika tiada lingkungannya tidak merasa kehilangan, kenangannya tidak begitu mendalam.
•    Andai saja kelompok kedua ini lebih berilmu dan bertekad mempersembahkan yang terbaik dari kehidupannya dengan tulus dan sungguh-sungguh, niscaya dia akan naik peringkatnya ke golongan yang lebih atas, yang lebih utama.
Pejabat/karyawan “Mubah”
Tipe ini memiliki ciri:
•    Ada dan tiadanya sama saja.
•    Sungguh menyedihkan memang menjadi manusia mubadzir seperti ini, kehadirannya tak membawa arti apapun baik manfaat maupun mudharat, dan kepergiannyapun tak terasa kehilangan.
•    Pejabat/karyawan tipe ini adalah orang yang tidak mempunyai motivasi, asal-asalan saja, asal kerja, tidak memikirkan kualitas, prestasi, kemajuan, perbaikan dan hal produktif lainnya.  Sehingga kehidupannya pun tidak menarik datar-datar saja.
•    Sungguh menyedihkan memang jika hidup sekali-kalinya ini tidak bermakna. Harus segera dipelajari latar belakang dan penyebabnya, andaikata bisa dimotivasi dengan kursus, pelatihan, rotasi kerja, mudah-mudahan bisa meningkat semangatnya.
Pejabat/karyawan “Makruh”
Tipe ini memiliki  ciri:
•    Adanya menimbulkan masalah tiadanya tidak menjadi masalah.
•    Bila di kantor akan mengganggu kinerja dan suasana walaupun tidak sampai menimbulkan kerugian besar, setidaknya membuat suasana tidak nyaman dan kenyamanan kerja serta kinerja yang baik dapat terwujud bila ia tidak ada.
•    Misalkan dari penampilan dan kebersihan badannya mengganggu, kalau bicara banyak kesia-siaan, kalau diberi tugas dan pekerjaannya selain tidak tuntas, tidak memuaskan juga mengganggu kinerja karyawan lainnya.
Pejabat/karyawan “Haram”
Tipe ini memiliki  ciri:
•    Kehadirannya sangat merugikan dan ketiadaannya sangat diharapkan karena menguntungkan.
•    Orang tipe ini adalah orang termalang dan terhina karena sangat dirindukan “ketiadaannya”.  Tentu saja semua ini adalah karena buah perilakunya sendiri, tiada perbuatan yang tidak kembali kepada dirinya sendiri.
•    Akhlaknya sangat buruk bagai penyakit kronis yang bisa menjalar.  Sering memfitnah, mengadu domba, suka membual, tidak amanah, serakah, tamak, sangat tidak disiplin, pekerjaannya tidak pernah jelas ujungnya, bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi pembuat masalah. Pendek kata dia adalah “trouble maker”.
Penutup :
Silahkan anda renungkan , kita termasuk kategori yang mana???Semoga semua ini menjadi bahan renungan agar hidup yang hanya sekali ini kita bisa merobah diri dan mempersembahkan yang terbaik dan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat nanti. Jadilah manusia “Wajib Ada”.

.
Selasa, 31 Maret 2015.  Persiapan pameran (Memasang back drop, menata materi) petugas : Urip SR, Eri, B, Masalah (Driver).
Rabu, 1 April 2015 (Pembukaan Pameran) Info Guide : Memed Jamhari, Suci Niscahya Bhakti.
Kamis, 2 April 2015 : Cahyadi Irwan, Dedi Darmadi
Jum'at, 3 April 2015 : Yadi Kusmayadi, Yoyok Kusprayogie
Sabtu, 4 April 2015 : Urip SR, Anton Yustiano, Suwandi Irawan
Minggu, 5 April 2015 : Doel, Turyadi
Senin, 6 April 2015 : Dianto MS, Busyaeri LA
Selasa, 7 April 2015 : Eri B, Urip SR, RTP (Driver)
Selamat Bertugas....!!!!
.


Tema : GAPURA WUJUD NYATA NGAWANGUN KAMANDIRIAN SANGKAN KATARA
TURKARASA KU RAHAYAT SUBANG
Momentum : Hari Jadi ke-67 Kabupaten Subang
Pelaksanaan Pameran :Tanggal 1 April s/d 7 April 2015
Pukul : 09.00 s/d 22.00 WIB (acara harian)
Tempat : Lapangan Bintang Cidongkol Subang
Pendaftaran Peserta : Tanggal : 10 s/d 17 Maret 2015
Pukul : 09.00 s/d 15.00 WIB
Tempat : Ruang Bidang Yankom Diskominfo
Agenda : Pekan Seni Budaya dan Parawisata
·   Pagelaran seni / Budaya Kab. Subang 
·   Kontes Burung Berkicau
·   Kontes Domba HPDKI
·  Dll
Segment  : Pejabat / Dinas Pemerintah dan Profesi, Kelompok Informasi Masyarakat,
Pengunjung Pelaku Bisnis dan Wirausaha Daerah / Nasional, Buyer, Investor, eksportir, 
unsur pendidikan dan kelembagaan, insan pers dan multimedia, insan seni, budayawan, masyarakat 
umum.
                                         
Paitan (Tithonia tagetiflora Desf)
Pestisida cenderung digunakan karena praktis dan mudah didapat.  Padahal dari segi biaya dan efek sampingnya sering dipertanyakan.  Alternatif lain sebagai solusinya adalah tanaman Paitan
(Tithonia tagetiflora Desf) dapat dijadikan sebagai pengganti pengendali hama dan penyakit.
Ada dua cara membuat larutan paitan, yang pertama, paitan direndam dalam air sampai busuk (sekitar 2 minggu) kemudian diambil larutannya.  Perbandingan air dan paitan kira-kira 1:2.  Selanjutnya laruan paitan dicampur garam sampai terasa asin sebelum siap disemprotkan.
Kedua, paitan dijemur di panas matahari sampai kering lalu dibakar. Hasil pembakaran dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian di tambahkan pula ¼ kg garam. Larutan dibiarkan agak lama sebelum diencerkan kembali dengan 10 liter dan sesendok kecil deterjen.  Dikocok sebentar kemudian siap untuk diaplikasikan.
Untuk aplikasi dilapangan larutan paitan disemprotkan pada daun tanaman yang terserang, bisa dengan kompresor atau sprayer.  Untuk hasil yang lebih memuaskan sebaiknya penyemprotan diulang dua kali.  Untuk tindakan pencegahan, maka penyemprotan dilakukan 15 hari sekali. Jumlah paitan yang dibutuhkan per luas lahan sangat tergantung pada tingkat serangan, disamping musim serta jenis komoditas yang juga turut menentukan.
Biaya memanfaatkan paitan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan menggunakan pestisida sintetis yang tersedia di toko saprotan.  Jadi mengapa tidak mencoba pengendalian ala tradisional ini?  Di masa mendatang mungkin tumbuhan yang tidak bernilai ekonomis ini akan diperebutkan karena bisa juga digunakan sebagai pupuk penyubur tanaman sebagai pupuk hijau.
Biologi tumbuhan
Tanaman tahunan yang berbentuk perdu tegak, berkayu dengan tinggi antara 1 – 2 meter.  Bunga cakram berbentuk tabung dan bunga tepi berbentuk pita.  Dikenal sebagai tanaman pagar atau tanaman hias.  Manfaat sebagai insektisida dan fungisida.  Senyawa aktif mengandung sesquiterpenlakton, tagitin A, tagitin C, hispidulin dan (z) beta ocimene.
Cara kerjanya mempengaruhi reproduksi, menghambat perkembangan serangga dan jamur (cendawan) dan antifeedant (penolak makan).
Sasaran OPT selain tersebut di atas adalah Helopeltis sp, Empoasca sp, Ulat jengkal (Hyposidra talaca), Tribolium castaneum, dan Pestalotia sp. (Dari berbagai sumber)***
.
Membuat Wolkaponik
10.34 | Author: Urip SR
Salah satu contoh Wolkaponik (Foto: Urip SR)
Agenda acara pendukung pada JFSS-3 antara lain "Demo Pembuatan Wolkaponik" yang diselenggarakan pada hari kamis (12/02) bertempat di stand KRPL - BPTP Jakarta, Kementerian Pertanian.
Pertanian perkotaan identik dengan lahan yang sempit, untuk itu dibutuhkan inovasi agar lahan yang sempit tersebut dapat menjadi produktif.
Wolkaponik, merupakan gabungan teknologi antara wallgardening dan aquaponik dalam budidaya sayuran dan pemeliharaan ikan.  Dengan luasan lahan yang sama dapat diperoleh dua komoditas sekaligus, yaitu sayuran dan ikan.  Bentuknya didesain secara vertikal sehingga menghemat tempat dan dapat menghasilkan sayuran dengan jumlah yang besar.
Pada sistem wolkaponik, tanaman ditanam di dalam pot-pot sedang kemudian diletakkan dalam paralon ataupun talang yang berisi aliran air dari kolam ikan.  Dalam budidaya sayuran, sisa pakan dan kotoran ikan yang mengandung hara konsentrasi tinggi dimanfaatkan oleh tanaman yang berada diatasnya sebagai pupuk.
Sementara itu, media tanam dan tanaman yang berada diatas kolam ikan akan menyaring air.
Air yang kembali ke kolam ikan memiliki kualitas yang baik, karena bebas dari sisa pakan dan kotoran ikan, sehingga akan mendorong pertumbuhan ikan menjadi baik.
Jenis tanaman sayuran yang cocok dengan teknologi wolkaponik adalah seledri, pakchoy, bayam, sawi, kailan, kangkung, selada, dan lain-lain.
Jenis ikan yang cocok dengan teknologi wolkaponik adalah ikan lele, patin, dan nila.  Dengan teknologi wolkaponik, produk pertanian organik yang sehat dapat dihasilkan di pekarangan sendiri.
(Sumber: Brosur Demo Pembuatan Wolkaponik, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jakarta)
.
Pangan Lestari untuk Masyarakat
10.04 | Author: Urip SR
Pameran Pangan Nasional(12-14/02/15)
Jakarta (12/02).  Judul tersebut diatas merupakan sebuah tema pada acara Pameran Pangan Nasional (Jakarta Food Security Summit-3) yang diselenggarakan dari tanggal 12-14 Februari 2015 bertempat di Assembly Hall, JCC - Jakarta.  JFSS dibuka secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo pada hari kamis (12/02).
Berbagai produk pangan dan teknologi pangan dipamerkan, kegiatan selama tiga hari yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia tersebut bertujuan mendorong tingkat produktifitas pangan nasional untuk mencapai swasembada pangan.
Melalui penyelenggaraan JFSS-3 diharapkan dapat memberikan terobosan di era pemerintahan baru untuk lebih fokus memprioritaskan sektor pertanian sebagai kunci utama berkembangnya pembangunan sektor lainnya. JFSS-3 bertujuan mengkoordinasikan dan mensinkronkan upaya-upaya sinergistik para pemangku kepentingan dalam rangka mewujudkan program nyata peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing komoditas pangan strategis dengan prinsip berkelanjutan.
Merumuskan masukan dan rekomendasi kepada pemerintah serta para pihak berkenaan dengan kebijakan yang perlu ditempuh agar lebih fokus memajukan dan mengembangkan sektor pertanian sebagai pendukung berkembangnya sektor lainnya.
Acara dihadiri sekitar 1000 tamu undangan, dari luar negeri dan dalam negeri.
(USR)***
.
Hama Belalang
15.33 | Author: Urip SR
Serangan belalang pada ubikayu (Foto: C. Irwan)
Belalang yang jumlahnya sedikit tidak masalah, malah senang untuk dilihat ketika mereka terbang kesana kemari. Namun, jika jumlah belalang tersebut banyak, khususnya jenis walang pemakan daun yang umum menyerang tanaman padi membuat petani klabakan.  Di daerah saya di Lampung Tengah, pernah terjadi ledakan populasi belalang yang mengakibatkan tidak sedikit petani yang gagal panen.
Pertanyaan saya adalah: “Bagaimana cara mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan populasi belalang?” Mohon penjelasan. Terima kasih..!!!
(Parjono, Trimurjo - Lampung Tengah)


Belalang Kembara Lampung (Foto: Cahyadi Irwan)
Jawab:
Meningkatnya serangan hama belalang secara umum dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor, antara lain:
Pengaturan/penerapan pola tanam dan strategi budi    daya tanamn yang belum sesuai dengan rekomendasi;
Pergiliran varietas belum berjalan sebagaimana mestinya;
Terjadinya fenomena iklim yang kondusif;
Penurunan aktivitas petani dalam mengawal pertanaman yang belum sejalan dengan prinsip budi daya tanaman sehat;
Terkendalanya tanaman sehat oleh karena kelangkaan sarana produksi; dan
Belum tercapainya kesamaan persepsi dalam menerapkan prinsip dan strategi PHT.
Mengenai tanaman inangnya, bila dilihat per komoditas, hama belalang banyak menyerang tanaman padi (baik padi sawah maupun padi gogo) dan tanaman jagung. Belalang kembara cenderung memilih makanan yang disukainya, yaitu spesies tumbuhan dari family Graminae (padi, jagung, sorgum, tebu, gelaga, alang-alang, dan rerumputan).    Disamping tumbuhan dari familiGraminae, belalang ini juga sering menyerang daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, dan kubis daun.Sedangkan tanaman kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas tidak disukai oleh belalang.
Jika populasi belalang dilapangan masih tinggi dan keadaan curah hujan sangat rendah, hama belalang tetap berpotensi menyerang pertanaman terutama padi dan jagung yang masih ada di sekitar kelompok belalang dan daerah lain yang masih dalam jangkauan migrasinya. Oleh karena itu, perlu segera melakukkan usaha-usaha pengendalian untuk menurunkan ledakan populasi belalang secara cepat dan tuntas untuk mengamankan pertanaman yang masih ada dilapangan. Usaha-usaha pengendalian belalang antara lain sebagai berikut:Pelatihan, bimbingan, dan koordinasi sebagai bekal operasional: Petugas (POPT-PHP) dan petani/kelompok tani perlu diberi bekal melalui pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis serta organisasinya.     Dengan demikian, mereka mampu memantau perkembangan populasi belalang  sekaligus dapat mengantisipasi pengendaliannya. Selain itu, mereka harus melakukan koordinasi dengan semua Dinas, Instansi terkait (kehutanan, perkebunan dan perusahaan perkebunan), dan masyarakat pada umumnya.  Pengamatan dan pelaporan: Pengamatan bertujuan untuk memantau/memonitor terjadinya penerbangan belalang dewasa, tempat dan konsentrasi belalang dewasa hinggap, terjadinya penetasan telur dan ditemukannya nimpha. Dengan pengamatan tersebut, maka dengan mudah dapat dilakukan pengendalian. Tindakan pengendalian yang telah dilakukan ini kemudian dilaporkan kepada aparat yang lebih tinggi dan berwenang.
Pengendalian secara fisik dan mekanik: pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan menggunakan lampu/obor pada malam hari untuk menangkap dan mengumpulkan belalang dewasa untuk dimusnahkan. Sedangkan pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan memasang perangkap dari jarring ikan atau sapu lidi.
Pengendalian secara kimiawi: Belalang instar 1-3 dan dewasa 4-5 menggunakan hand sprayer, mist blower, dan swing fog. Untuk instar 4-5 menggunakan jarring dan pengusiran dengan menggunakan asap belerang.
Jangka panjang: Beberapa program kegiatan dan strategi jangka panjang yang dapat diterapkan adalah identifikasi terjadinya eksplosi dan studi lapangan, pemantauan berkelanjutan dan pengendalian, dan mengurangi areal padang alang-alang.
(Sumber : Majalah Peramalan OPT Vol.13/2/Nop/2014)***
.
Sensus Burung Hantu di Lereng Lawu
15.31 | Author: Urip SR
Sensus Burung Hantu (Foto: Urip SR)
Bersama Koordinator POPT Kab. Ngawi di PPAH
Adalah Pusat Pengembangan Agens Hayati (PPAH) di Kab. Ngawi, yang menangkarkan Burung Hantu (Tyto alba) yang pertama kali melakukan penagkaran burung hantu ini, letaknya di Desa Giriharjo  yang memiliki ketinggian sekitar 450 meter dpl.  PPAH yang beralamat di Dusun Munggur RT 01 RW 02, Desa Giriharjo Kec. Ngrambe, Kab. Ngawi ini merupakan spesialis penangkar burung hantu.  Dari desa ini pula berawal penggunaan pagupon sebagai tempat / rumah bagi Tyto alba. Awalnya pada desa ini hanya ada 2 (dua) pagupon saja didirikan pada tahun 1996 di areal persawahan. Untuk mengisi pagupon tersebut diambil burung hantu yang bersarang di sekolah-sekolah, jembatan, atau pohon-pohon di sekitar desa. Dengan memindahkan anakan Tyto alba maka indukan akan ikut serta pindah ke pagupon yang telah disiapkan tersebut. Setiap pagupon diisi dengan sepasang burung hantu. Dari hasil yang telah dirasakan di desa Giriharjo, maka penyebaran pembangunan pagupon secara pelan tetapi pasti mulai meluas keseluruh kecamatan di kabupaten Ngawi melalui sosialisasi-sosialisasi pembangunan pagupon yang diadakan PPAH kepada kelompok-kelompok tani yang ada. Hingga tahun 2014 jumlah pagupon yang telah berdiri di Kabupaten Ngawi berjumlah 186 buah, yang berasal dari dana swadaya PPAH maupun dukungan dari dinas terkait.
Ngrambe adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan ini terletak sekitar 30 km barat daya ibu kota Kabupaten Ngawi dan berhawa sejuk karena berada di lereng utara Gunung Lawu.  Di kecamatan ini merupakan pusat penangkaran Burung Hantu.
Penulis mencoba menelusuri kecamatan ini untuk menggali potensi sumber daya alam yang ada. Kecamatan Ngrambe berbatasan dengan Kecamatan Jogorogo, sebelah utara dengan Kecamatan Walikukun, dan sebelah barat berbatasandengan Kecamatan Sine. Sedang sebelah selatan berbatasan langsung dengan hutan Gunung Lawu.
Sarana transportasi menuju Ngrambe cukup mudah, meski kalau terlalu malam (di atas jam 18.30) sulit untuk didapatkan karena angkutan umum biasanya sudah tidak  tersedia.
Sebagai alternatif, bisa menggunakan jasa ojek sepeda motor. Ada 3 jalur untuk mencapai Ngrambe. Dari arah timur tersedia bus umum dari Ngawi yang bertujuan Ngrambe melalui Jogorogo. Sedangkan dari arah barat, kita dapat melalui Sine.
Dari arah utara, bisa melalui Walikukun dengan naik bus di terminal Gendingan yang dilalui jalur bus Surabaya-Yogya. Jalur ini adalah jalur terdekat dari jalan provinsi (±16 km) sehingga menjadi jalur termudah untuk mencapai Ngrambe serta didukung angkutan yang cukup banyak, karena terdapat 2 trayek bus yang menuju Ngrambe via Gendingan, yaitu bus dari arah Ngawi dan dari arah Kota Sragen.
Kegiatan PPAH awalnya merupakan misi sosial karena bentuk PPAH juga merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tetapi dengan terus berkembangnya penangkaran Tyto alba secara alami, maka PPAH mulai “kelabakan” dalam memenuhi pakan burung hantu ini di kandang karantina. Hal ini dikarenakan pakan burung hantu saat ini adalah marmut bukan lagi tikus, karena saat ini sudah sulit sekali untuk mendapatkan tikus disekitar desa. Di lain pihak permintaan akan burung hantu Tyto alba mulai berdatangan utamanya dari perkebunan-perkebunan kelapa sawit untuk mengatasi serangan hama tikus. Sejak tahun 2007, PPAH sudah mengirim lebih dari 100 pasang Tyto alba ke berbagai daerah, antara lain Gorontalo, Kutai Kertanegara, Menado, Sampit, Demak, Pontianak, Boyolali, Klaten, Yogyakarta, Blitar, Jombang, Mojokerto, Kendal, dan Tulungagung.
Saat ini, jumlah tikus di desa giriharjo sudah jauh menurun sehingga sudah biasa bagi warga melihat burung hantu mengejar tikus di wilayah pemukiman dan rumah-rumah warga di desa tersebut.
Burung hantu  dengan nama latin (Tyto alba) ini dikenali sebagai burung hantu putih yang memiliki ukuran  ± 34cm (dewasa) Muka berbentuk jantung dengan warna putih dan tepiannya coklat. Ciri lain adalah matanya menghadap kedepan, bulu lembut, berwarna tersamar, bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat tersebar pada bulu, juga tanda mengkilat pada sayap dan punggung.
Bagian bawah berwarna putih dengan sedikit bercak hitam. Bulu pada kaki jarang. Kepala besar, kekar dan membulat. Iris mata berwana hitam. Paruh tajam, menghadap kebawah, warna keputihan. Kaki warna putih kekuningan sampai kecoklatan. Jantan-betina hampir sama dalam ukuran dan warna meski betina seringkali lebih besar 25%. Betina dan burung hantu muda umumnya punya bercak lebih rapat.
Menurut Jumangin (48) Tyto alba biasanya bertelur dalam setahun hanya sekali. Normalnya jumlah telur rata-rata 3 hingga 4 butir saja, tapi pada lokasi-lokasi yang ketersediaan pakan berlimpah maka jumlah telur dapat mencapai hingga 7 butir. Jumlah penetasan hampir mendekati angka 100% pada jumlah telur yang 3-4 butir dibanding pada jumlah telur yang 7 butir. Musim bertelur dari burung hantu ini biasanya pada bulan Juni tetapi pernah juga dijumpai burung ini bertelur pada bulan Februari, hal ini dimungkinkan pengaruh dari kelimpahan makan (tikus). Tikus biasanya mulai berkembangbiak pada bulan Mei hingga bulan Agustus mencapai puncaknya.
Proses penetasan telur burung hantu di pagupon tetap harus diawasi, karena pada telur yang menetas terlebih dahulu akan tumbuh anakan yang lebih besar dibanding dengan anakan yang dari telur yang menetas belakangan. Dan ianakan yang awal akan mulai menyerang anakan yang belakangan menetas. Untuk itu, telur yang menetas lebih dahulu harus segera dipindahkan ke tempat lain. Maka pada tahun 2004 didirikanlah kandang karantina yang bertempat di belakang kantor / sekretariat PPAH di desa Giriharjo. Burung hantu anakan akan menempati kandang karantina ini paling lama selama 3 bulan, hal ini untuk menghindari agar burung hantu tersebut tidak kehilangan naluri liarnya. Dari kandang karantina biasanya akan ditaruh pada pagupon baru atau dikirim ke daerah lain yang memesannya, jika tidak maka akan dilepaskan di habitat aslinya.
Kegiatan sensus burung hantu yang dilakukan pada bulan Agustus tahun 2014 ini untuk mengetahui populasi burung hantu dan sebaran pagupon di kecamatan Ngrambe.Dalam sejarahnya, Burung Hantu (Tyto alba javanica Gmel.) telah diintroduksi dari ekosistem perkebunan kelapa sawit ke ekosistem persawahan untuk mengendalikan hama tikus. Tikus sawah merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan pada tanaman padi diantara hama utama lainnya yang ada di Indonesia. Peningkatan serangan hama tikus di daerah sentra produksi padi dampaknya sangat nyata dan dirasakan oleh petani sangat memberatkan. Pengendalian tikus yang biasa digunakan di Indonesia dengan mengandalkan rodentisida pada awalnya dapat menurunkan populasi, tetapi jangka panjang kurang menguntungkan karena akan terjadi kompensasi populasi dan berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu agar pengendalian dapat berkelanjutan dan dampak negatif terhadap lingkungan dapat dihindari, maka pengendalian hayati menjadi pilihan utama. Pengendalian hayati terhadap hama tikus memberikan harapan yang baik di masa mendatang. Hal ini dapat terjadi karena jika agens pengendali hayati telah mapan di suatu tempat sifatnya berkelanjutan dan ramah terhadap lingkungan. Pemanfaatan burung hantu Tyto alba javanica sebagai agens pengendali hayati hama tikus telah memberikan hasil yang cukup baik di sektor perkebunan kelapa sawit. Burung serak merupakan pemangsa tikus yang berpotensi karena kemampuan mencari dan mengkonsumsi mangsa lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemangsa lain dari Kelas Reptilia dan Mammalia. Mangsa utama burung serak lebih dari 90% adalah jenis tikus, dengan kemampuan memangsa antara 3-5 ekor tikus per hari.
Sepasang burung hantu dapat menjangkau wilayah pengendalian seluas 25 ha. Pemanfaatan burung hantu untuk mengendalikan hama tikus selain di perkebunan kelapa sawit juga telah dirintis di beberapa ekosistem persawahan dengan mengintroduksi dari areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara. Beberapa wilayah di Indonesia yang telah mengintroduksi burung hantu antara lain, Bali,Jawa Tengah, Kalimantan dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Malaysia juga telah memanfaatkan burung hantu untuk mengendalikan tikus sawah (Widodo, 2000; Mangoendihardjo &Wagiman, 2001; Hafidzi, 2003 ) Namun demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kemapanan burung hantu di ekosistem persawahan belum pernah dikaji secara mendasar. Kemapanan burung hantu dalam suatu ekosistem sangat tergantung pada ketersediaan habitat yang sesuai. Habitat adalah tempat beserta komponen-komponennya dimana burung hantu dapat hidup dan berkembang secara optimal.
Usaha penangkaran yang dipelopori oleh pak Jumangin ini  memang perlu mendapat dukungan yang serius dari semua pihak sehingga dapat sukses dan dilihat hasilnya. Kesuksesan ini juga berkat adanya kerjasama dengan Kabupaten Boyolali, Demak, Klaten, Gorontalo dan Manado. Di daerah tersebut burung hantu juga dikembangkan untuk tujuan yang sama sebagaimana di Ngawi yaitu untuk melawan hama tikus, dan daerah tersebut juga mengambil anakan burung hantu dari tempat penangkaran di Desa Giriharjo.
(Majalah Peramalan OPT Vol.13/2/Nop/2014)***
.