Jenis-jenis Belalang
17.38 | Author: Urip SR
1. Belalang Kembara
(Locusta migratoria manilensis)

Dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang kembara dikenal mengalami 3 fase pertumbuhan populasi yaitu fase soliter, fase transien dan fase gregaria. Pada fase soliter, belalang hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan tanaman. Pada fase gregaria belalang kembara hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok dengan jumlah sangat besar, berpindah-pindah tempat dan menimbulkan kerusakan dahsyat.
Perubahan fase soliter ke fase gregaria biasanya dimulai pada awal musim hujan setelah melewati musim kemarau yang cukup kering (di bawah normal). Pada saat tersebut, biasanya terjadi peningkatan populasi belalang soliter yang berdatangan dari berbagai lokasi ke suatu lokasi yang secara ekologis sesuai untuk berkembang. Lokasi tersebut adalah langka penduduk, biasanya mempunyai lahan yang terbuka atau banyak rerumputan, tanahnya gembur berpasir, dekat sumber air (sungai, danau) sehingga kondisi tanahnya cukup lembab. Setelah berlangsung 3-4 generasi apabila kondisi lingkungan memungkinkan akan berkembang menjadi fase gregaria, melalui fase transien. Lokasi ini dikenal sebagai lokasi pembiakan awal.
Perubahan fase gregaria kembali ke fase soliter (melalui fase transien) biasanya apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan, terutama karena pengaruh curah hujan di atas normal, tekanan musuh alami dan atau tindakan manusia dalam usaha pengendalian.
Belalang kembara fase gregaria aktif terbang pada siang hari dalam kelompok besar. Pada pagi hari belalang terbang berputar-putar untuk pindah lokasi. Dalam kondisi angin sepoi-sepoi belalang terbang menentang arah angin, namun pada angin kencang terbang mengikuti arah angin. Pada senja hari, kelompok belalang hinggap pada suatu lokasi, biasanya untuk kawin dan bertelur pada lahan-lahan kosong, berpasir, memakan tanaman yang dihinggapi.
Pertanaman yang dihinggapi pada malam hari biasanya dimakan habis. Sedangkan Kelompok besar nimfa biasanya berpindah tempat dengan berjalan secara berkelompok . Sepanjang perjalanan biasanya memakan tanaman yang dilewatinya. Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok Graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu alang-alang, gelagah dan berbagai jenis rumput. Selain itu belalang dapat memakan daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubikayu, tomat, ubi jalar dan kapas.
Betina meletakkan telur dalam bentuk paket telur di dalam tanah, dan seekor betina mampu mnghasilkan telur sebanyak 270 butir telur. Siklus hidupnya rata-rata 76 hari, stadia telur rata-rata 17 hari, nimfa 38 hari (mengalami 5 instar), dan praoviposisi 21 hari (dengan prakopulasi 11 hari).
Belalang ini pernah eksplosif di Pulau Sumba, Lampung, Sumsel, Kalteng, Kalbar, Sultra, dan Gorontalo.

2. Valanga sp.

Jenis-jenis Valanga dikenal dengan nama walang kayu. Ukuran dan bentuknya lebih besar daripada Locusta. Belalang ini meletakkan telurnya dalam bentuk paket telur di dalam tanah. Telur dapat tidak menetas selama musim kemarau, dan menetas setelah turun hujan. Stadia telur pada tanah yang lembab menetas 4-5 minggu, stadia nimfa antara 50-80 hari, dan belalang dewasa dapat hidup selama 4 bulan.
Tanaman makanannya adalah jagung, daun/pucuk jati, acasia, albizzia, kelapa, pisang, kluwih, nangka, mangga, kapuk, aren, waru, karet, kopi, kakao, dadap, wijen, jarak. Kapas dan tebu sedikit dirusak, sedang ubi kayu kurang disukai. Pada populasi tinggi semua daun habis dimakan. Tanaman yang tidak disukai adalah padi sawah, sorgum, bambu, alang-alang dan rerumputan lain, dan ubi jalar.
Pengendalian dilakukan secara mekanis, hayati, maupun cara kimia. Di beberapa daerah jenis belalang ini disukai sebagai lauk makan maupun cemilan dan dapat dijual-beli.

3. Nomadacris (=Patanga) succincta

Belalang ini lebih besar daripada Locusta, tubuhnya agak lebih pendek daripada Valanga dengan bentuk tubuh yang ramping/ langsing, dominan berwarna coklat, coklat kemerah-merahan.
Pronotum bagian punggung mempunyai garis berwarna keputih-putihan, pada kedua sisinya terdapat satu garis keputih-putihan diantara dua garis berwarna gelap, dan mempunyai mata yang bergaris.
Ekologi belalang ini serupa dengan kedua jenis belalang di atas, berkembang di daerah kondisi kering. Belalang ini pemakan rumput, padi, jagung dan famili graminae lain, disamping juga makan tanaman kedelai, daun mangga, jeruk, cajanus. Belalang ini pernah meningkat populasinya di Kabupaten Belu (NTT) tahun 1980an menyerang tanaman jagung dan di kabupaten Jeneponto (Sulsel) tahun 2004 menyerang jagung dan kedelai.
Pengendalian Belalang Kembara
15.32 | Author: Urip SR
Belalang Kembara Mulai Serang Tanaman...(Kompas, 24/01/2012)
Kefamenanu, Kompas - Ribuan hingga jutaan belalang kembara mengancam tanaman di areal sawah tadah hujan di Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Kini, belalang masih berada di padang sekitar 1 kilometer dari sawah seluas 150 hektar milik warga.(Kompas, 24 Januari 2012).

Judul besar mengenai hama belalang kembara yang diberitakan di harian Kompas tg 24 Januari 2012 di NTT bukan hal baru lagi, daerah ini merupakan endemis Belalang Kembara setelah Propinsi Lampung. Untuk mencegah meluasnya hama tersebut perlu kiranya memahami teknik pengendalian yang tepat, berikut cara pengendalian belalang kembara yang sering menyerang tanaman komoditas unggulan. Semoga tulisan ringan ini mampu memberikan solusi.

CARA PENGENDALIAN

1). Pola tanam

Di lahan pertanian tanaman pangan yang menjadi ancaman hama belalang kembara (sekitarnya terdapat populasi gregaria) perlu dipertimbangkan untuk mengatur pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak disukai belalang dengan penanaman gilir jenis tanaman, tumpang sari atau diversifikasi.

2). Pengendalian cara mekanis

Melakukan gerakan massal pengendalian mekanis sesuai stadia populasi :
Stadia telur
Untuk mengetahui adanya lokasi telur maka harus melakukan pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif.
Pada areal tersebut atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur, dilakukan kegiatan pengumpulan kelompok telur yaitu dengan melakukan pengolahan tanah, kelompok telur diambili dan dimusnahkan, kemudian lahannya segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
Stadia nimfa
Setelah 2 minggu sejak hinggapnya kelompok belalang kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya penetasan nimfa. Pengendalian pada saat nimfa adalah kunci penting (jangan sampai menjadi dewasa). Pengendalian dapat dilakukan dengan memukul atau menjaring. Pengendalian nimfa dengan cara menghalau nimfa ke suatu tempat terbuka atau yang sudah disiapkan dan menjaring dengan jaring belalang.

3). Pemanfaatan agens hayati.

Agens hayati Metarrhizium anisopliae var. acridium, Serratia sp/bakteri merah, Beauveria bassiana, Enthomophaga sp. di beberapa negara terbukti dapat digunakan pada saat populasi rendah. Penggunaan agens hayati efektif sebagai pencegahan secara dini dan penggunaan agens hayati strain lokal lebih diutamakan.

4). Penggunaan insektisida

Apabila cara-cara lain sudah ditempuh, populasi masih tetap tinggi alternatif lainnya yaitu penggunaan insektisida yang efektif dan diijinkan sesuai dengan komoditasnya. Pengendalian yang tepat dilakukan sejak stadia nimfa kecil karena belum merusak, dalam kelompok kecil terdapat populasi yang besar, stadia nimfa lebih peka terhadap insektisida, dan aplikasi dapat dilakukan pada siang hari. Apabila terpaksa karena terlambat atau populasi tidak diketahui sebelumnya, pengendalian terhadap imago dilaksanakan pada malam hari pada saat belalang beristirahat (mulai belalang hinggap pada senja hari sampai terbang waktu pagi hari).

5). Penanaman kembali.

Pada areal yang terserang belalang dan musim tanam belum terlambat, diupayakan segera diadakan penanaman kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
.
Sampai saat ini tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) masih merupakan salah satu organisme pengganggu penting di Indonesia. Kerusakan yang ditimbulkannya tidak hanya terbatas pada pertanaman di sawah tetapi juga komoditi-komoditi dalam penyimpanan. Disamping itu distribusi kerusakan tanaman dapat tersebar pada pertanaman padi beririgasi di dataran rendah, pertanaman dataran tinggi dan pertanaman padi pasang surut. Susut hasil yang diakibatkan oleh serangan tikus swah dapat menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti.
Kerusakan serius pada pertanaman padi sampai beberapa ribu hektar dan menyebabkan kerugian yang besar pertama kali dilaporkan pada tahun 1915 di Cirebon, Jawa Barat dan selanjutnya setiap tahun kerusakan yang terjadi bertambah terus bahkan pada tahun 1961 eksplosi serangan tikus terjadi di Jawa dan Madura. Eksplosi serangan tersebut meliputi areal sekitar 1.822.000 hektar yang terdiri dari 1.000.000 hektar dengan intensitas serangan 35% dan sisanya 822.000 dengan intensitas serangan 28% (Dandi, S dkk 1978).
Tikus merupakan hama klasik yang selalu dapat dijumpai di lapang pada setiap musim tanam, sehingga menjadi kurang diperhatikan dibandingkan dengan organisme pengganggu lain termasuk cara pengendaliannya. Berbagai cara pengendalian tikus telah dilakukan oleh petani baik secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah (Kementerian Pertanian) namun hasilnya masih belum memuaskan.

Tikus sawah termasuk famili Muridae, famili ini merupakan kelompok binatang mamalia yang paling berkembang di dunia. Muridae dapat dijumpai dimana saja pada berbagai habitat, adanya tekanan ekologis hanya berpengaruh sedikit terhadap perubahan struktur dan bentuk. Semua jenis (spesies) dalam famili ini kelihatan serupa dan kadang-kadang sulit dibedakan. Muridae adalah satu dari 9 famili di dalam sub ordo Myomorpha dari ordo Rodentia. Secara skematis dapat ditulis sebagai berikut :

Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus argentiventer

Tikus dapat menyerang semua stadia tanaman, baik stadia vegetatif maupun stadia generatif dan susut hasil yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti. Usaha pengendalian yang intensif biasanya selalu terlambat, karena baru dilakukan setelah terjadi kerusakan yang luas dan berat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, salah satu yang perlu diperhatikan adalah mengenai bioekologi dari hama tersebut.

Morfologi

Tikus sawah mirip dengan tikus rumah, tetapi telinga dan ekor lebih pendek. Panjang kepala - badan dan tungkai belakang pada tikus dewasa secara keseluruhan adalah 170 - 208 mm dan 34 - 43 mm. Ekor biasanya lebih pendek dari panjang kepala-badan.

Habitat dan tingkah laku

Habitat tikus sawah sebagian besar di persawahan dan lingkungannya. Mempunyai daya adaptasi yang sangat tinggi sehingga tikus sawah dapat menyebar ke dataran rendah sampai dataran tinggi, suka menggali liang untuk berlindung dan berkembang biak. Membuat terowongan, jalur jalan (runway) sepanjang pematang dan tanggul irigasi.
Tikus sawah termasuk binatang pemakan segala (Omnivora), makan apa saja yang dijumpai. Apabila makanan berlimpah mereka cenderung memilih makanan yang paling disukai, yaitu biji-bijian khususnya padi yang selalu tersedia di lapang. Pada saat kondisi lahan diistirahatkan (bera) tikus menginfestasi ke pemukiman penduduk dan gudang-gudang (tempat penyimpanan).

Pengendalian Tikus sawah

Strategi penting dalam pengendalian tikus sawah adalah pelaksanaan metode pengendalian secara simultan. Metode pengendalian tikus dapat dibagi menjadi kultur teknis, mekanis dan kimiawi.

1, Kultur teknis
- Tanam serempak
- Meminimalkan tempat tinggal dan tempat-tempat persembunyian, dan
- Sanitasi lingkungan persawahan.

2. Cara mekanis dan kultur teknis :
- kombinasi pagar plastik dan perangkap sistem bubu

3. Cara Kimiawi
- Pengumpanan/aplikasi rodentisida
- Fumigasi liang

.
Bioekologi Wereng Batang Coklat
14.52 | Author: Urip SR
Wereng Batang Coklat/Brown Plant Hopper (Nilaparvata lugens Stal.)
Termasuk ordo Homoptera, famili Delpahacidae. Perkembangan hidupnya dari telur - Nimfa - Imago.

Telur:
- Berwarna putih bentuknya seperti pisang
- Diletakkan secara berkelompok 8-16 butir/kelompok dalam jaringan pelepah daun
- Jumlah telur 100 - 600/ekor serangga betina
- Stadium telur 7 - 10 hari.

Nimfa:
- Mengalami 5 instar
- Maing-masing dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk bakal sayap
- Nimfa muda umumnya berwarna putih, semakin tua semakin coklat
- Stadium nimfa 12 - 15 hari
- Instar 4 dan 5 dibedakan berdasarkan ada tidaknya bintik hitam pada sayap/bakal sayap
- Sayap brakhiptera transparan dan tulang sayap (vena) nampak jelas, sedangkan bakal sayap nimfa berwarna coklat tidak transparan.

Imago:
- Dewasa berwarna coklat muda atau coklat tua
- Warna sayap berbintik-bintik pada bagian pertemuan sayap depan
- Panjang serangga jantan 2 - 3 mm
- Bentuk sayap dewasa terdiri dari dua bentuk, bersayap panjang (makroptera) dan bersayap pendek (brakhiptera), terjadi karena pengaruh lingkungan (kondisi tanaman, kepadatan populasi, dan genetik)
- Bentuk brakhiptera lebih berperan untuk berkembang-biak
- Bentuk makrotera berfungsi untuk berpindah tempat, sangat tertarik cahaya lampu
- Umur serangga dewasa 18 - 28 hari
- Siklus hidup berlangsung sekitar 25 hari

Kerusakan yang ditimbulkan:
Kerusakan tanaman yang ditimbulkan dapat fatal, karena serangan terjadi pada areal yang luas dan berulang kali. Tanaman padi muda yang terserang akan menguning dan mati, sedang pada tanaman tua pertumbuhan akan merana dan bulir padi akan hampa. Wereng Batang Coklat (WBC) menghisap cairan tanaman sehingga pada tanaman padi yang terserang secara luas terlihat gejala terbakar (spot hopper burn) yang sering pula disebut puso.

Cara Pengendalian:
1. Pengaturan pola tanam
2. Penggunaan varietas tahan
3. Pengendalian hayati ( memanfaatkan patogen serangga Beauveria bassiana, Metarrizium anisopliae, Hirsutella citriformis)
4. Eradikasi (bila ditemukan serangan kerdil rumput dan kerdil hampa dengan pencabutan dan pemusnahan)
5. Penggunaan insektisida : bila dijumpai WBC 10ekor/rumpun pada tanaman berumur < 40 hst atau 20 ekor/rumpun pada tanaman > 40 hst. Insektisida yang dipilih bersifat selektif, efektif dan diizinkan untuk digunakan pada tanaman padi.

Daftar Pustaka:
Pedoman Rekomendasi PHT pada tanaman pangan
Direktorat Perlindungan Tanaman.
.
Sekolah Lapangan PHT
09.27 | Author: Urip SR
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah sekolah yang diselenggarakan di lapangan. "Sekolah Lapangan" tersebut, seperti sekolah pada umumnya, juga mempunyai kurikulum, sistem evaluasi belajar dan dilengkapi dengan sertifikat kelulusan. Pada SLPHT tidak ada istilah murid dan guru, tetapi istilahnya adalah peserta dan pemandu lapangan, karena dalam proses belajarnya peserta dipandu untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan PHT sendiri. SLPHT diikuti oleh 20 - 25 petani peserta yang belajar PHT bersama dengan satu atau dua Pemandu Lapangan. Tempat belajar utama SLPHT adalah lahan pertanian. Berikut adalah ciri-ciri SLPHT :
- Petani dan pemandu adalah warga belajar yang saling menghormati
- Perencanaan bersama oleh kelompok petani peserta
- Keputusan ditetapkan secara bersama oleh anggota kelompok petani peserta
- Cara belajar melalui pengalaman/pendekatan pendidikan orang dewasa
- Peserta melakukan sendiri, mengalami sendiri dan menentukan sendiri
- Materi belajar dan praktek terpadu dilapangan
- Lahan belajar adalah lahan usaha tani (agroekosistem)
- Belajar secara utuh selama satu siklus perkembangan tanaman
- Kurikulum yang rinci dan terpadu
- Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna, dan mudah diperoleh dari lapangan
- Demokratis, kebersamaan, keselarasan, partisipatif, dan tanggung jawab

Program SLPHT mempunyai tujuan umum agar petani peserta dan pemandu lapangan dapat memasyarakatkan PHT, sehingga SLPHT yang pada mulanya bersifat lokal, akan terus hidup dan berkembang, dengan dukungan petugas POPT, penyuluh dan aparat pemerintahan setempat. Pemahaman dan penerapan PHT yang semakin meluas diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian, serta dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan agroekosistem dan kenyamanan lingkungan hidup.
Kegiatan SLPHT juga mempunyai tujuan khusus bagi para pihak yang berperan serta:
1. SLPHT untuk petugas POPT dan Penyuluh
2. SLPHT untuk PETANI dan MASYARAKAT DESA

Prinsip-prinsip PHT dalam SLPHT

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) bukan hanya sebuah pesan ataupun paket kegiatan, tetapi lebih mendalam lagi. PHT adalah sebuah cara untuk mengelola pertumbuhan tanaman sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Ada 4 (empat) prinsip manajemen yang mendasari PHT. Keempatnya bersifat luwes dapat digunakan di mana saja, disesuaikan dengan daerah dan lahan setempat. Keempat prinsip tersebut adalah :

1. Budidaya Tanaman Sehat
- Memilih bibit yang sehat dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat.
- Mengelola kecukupan pengairan dan pemupukan yang berimbang.
- Mengelola gulma secara rasional
2.Pelestarian Musuh Alami
- Menemukan, mengenali dan mengamati musuh-musuh alami (teman petani/mitra tani) di lahan.
- Memelihara keseimbangan lingkungan lahan-lahan agar populasi musuh alami dapat berkembang. Jangan gunakan Pestisida yang membunuh musuh alami.
3. Pengamatan Berkala
- Mengamati secara berkala kondisi tanaman, air, cuaca, organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dan musuh alami.
- Menganalisis keadaan dan membuat keputusan dengan membandingkan potensi kehilangan hasil dengan ongkos pengelolaan.
4. Petani Ahli PHT
- Petani menguasai teknologi PHT dan mampu menerapkan prinsipPHT serta bertanggung-jawab terhadap lahannya sendiri.

INGAT :
PETANI MAMPU : MENYELENGGARAKAN KEGIATAN
MENGAJAR PETANI LAIN
BEKERJA SAMA DENGAN PIHAK LAIN
MEMIMPIN ORGANISASI
MENGAMBIL PRAKARSA
JANGAN LUPA..!!!
PETANI BUKAN MILIK DAN BAWAHAN SIAPAPUN.

Sumber: Pedoman SLPHT Tanaman Pangan
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
Ditjentan - Kementan (2010)
.
Jenis-jenis Penggerek Batang Padi
15.16 | Author: Urip SR
Dewasa ini di Indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri 5 jenis keluarga (famili) Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae

Tanaman semusim seperti padi keadaan ekologinya berubah-ubah terus. Hal tersebut mengakibatkan tidak stabilnya keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator, parasit, dan patogen). Pada tanaman semusim sering terjadi pemutusan masa bertanam yang akan yang akan mengakibatkan tidak berkembangnya musuh alami. Jadi, perkembangan hama meningkat terus tanpa ada faktor pembatas dari alam. Bersamaan dengan itu orang lalu menggunakan pestisida secara berlebihan, yang akhirnya mengakibatkan terjadinya resistensi pada hama, kematian musuh alami, timbulnya hama baru karena tidak adanya musuh alami, dan hama berusaha meningkatkan keturunannya karena generasinya terancam punah, terjadilah ledakan hama seperti Penggerek Batang Padi (PBP).

Jenis-jenis penggerek ini memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakan yang ditimbulkannya.

1. Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas Walkers) Pyralidae

Jumlah telur 50-150 butir/kelompok, diletakkan malam hari selama 3-5 malam sejak malam pertama, stadium telur 6-7 hari. Larva berwarna putih kekuningan, stadium larva 28-35 hari terdiri dari 5-7 instar. Pupa berwarna kekuningan atau agak putih, stadium pupa 6-23 hari. Imago jantan mempunyai bintik-bintik gelap pada sayap bagian depan. Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm. Ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap depan. Ngengat aktif pada malam hari dan tertarik cahaya. Jangkauan terbang dapat mencapai 6-10 km. lama hidup ngengat 5-10 hari dengan siklus hidup 39-58 hari.

Perubahan kepadatan populasi PBPK di lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban, varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator dan pathogen).

2. Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata Walkers) Pyralidae

Jumlah telur 170-260 butir/kelompok, diletakkan diatas daun atau pelepah, mirip telur PBPK ditutupi rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan, stadium telur 4-9 hari. Larva panjang 21 mm, berwarna putih kekuningan stadium larva 19-31 hari (kalau mengalami diapauses dapat berlangsung 3 bulan). Pupa stadium 6-12 hari. Ngengat berwarna putih, panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm, tertarik cahaya.

3. Penggerek Batang Padi Bergaris (Chilo suppresalis Walkers) Pyralidae

Jumlah telur 20-150 butir/kelompok, stadium telur 4-7 hari. Larva berwarna abu-abu kepala coklat dengan 5 garis coklat sepanjang tubuhnya. Beberapa larva dalam tiap tunas, stadium larva 33 hari berlangsung 3 bulan. Ngengat berwarna coklat muda, warna sayap depan coklat tua, panjang 1,3 mm.

4. Penggerek Batang Padi Kepala Hitam (Chilo polychrysus Meyrick) Pyralidae

Telur berkelompok pada daun dekat pangkal/pelepah, stadium telur 6 hari. Larva berkepala hitam, stadium larva 30 hari, larva ini hidup bersama-sama dalam satu tunas. Pupa berwarna coklat tua, stadium pupa 6 hari. Ngengat berkepala hitam, sayap depan bersisik, bagian tengah berwarna keperakan, sayap belakang kuning muda, panjang 10 - 3 mm. Siklus hidup 26 - 61 hari.

5. Penggerek Batang Padi Berkilat (Chilo auricillius (Aurilicia) Dudgeon) Pyralidae

6. Penggerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferens Walkers) Noctuidae

Jumlah telur 30 - 100 butir butir/kelompok diletakkan diantara pelepah daun batang padi. Tidak terttutup sisik, stadium telur 6 hari. Larva kepala merah jambu, beberapa larva tiap tunas, stadium larva 28 - 56 hari. Pupa panjang 18 mm berwarna coklat tua. Ngengat kurang tertarik cahaya, sayap depan bergaris coklat tua memanjang, sayap belakang berwarna putih, panjang ngengat 14 - 17 mm.

GEJALA SERANGAN

Semua jenis penggerek batang padi menimbulkan gejala sundep, jika menyerang tanaman padi yang belum berbunga (masa vegetatif). Pucuk batang padi menjadi kering, berwarna kuring, dan mudah dicabut. Jika batang padi digerek pada waktu tanaman berbunga (masa generatif), bulir padi menjadi hampa disebut gejala beluk.

PENGENDALIAN

Pengendalian hama Penggerek Batang Padi (PBP) dilakukan dengan cara :

· Memunguti telur/paket telur yang terdapat di persemaian dan daun padi di lapang

· Sesudah panen dilakukan penggenangan air 1 - 2 minggu, lalu dibajak dalam keadaan basah, agar ulat/pupa yang bersembunyi pada pangkal batang menjadi mati.

Daftar Pustaka:
Pedoman rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi
Direktorat Perlindungan TP. (2003)
.

HARI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA
14.58 | Author: Urip SR

Berdasarkan SKB Tiga Menteri yakni Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2011, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/VII/2011, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor SKB/03/M.PAN-RB/07/2011 , daftar libur bersama dan cuti bersama 2012 adalah sebagai berikut:

  • 1 Januari, Minggu, Tahun Baru Masehi
  • 23 Januari, Senin, Tahun Baru Imlek 2563
  • 5 Februari, Minggu, Maulid Nabi Muhammad SAW
  • 23 Maret, Jumat Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1934
  • 6 April, Jumat, Wafat Yesus Kristus; 6 Mei, Minggu, Hari Raya Waisak Tahun 2554
  • 17 Mei, Kamis, Kenaikan Yesus Kristus; 17 Juni, Minggu, Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW
  • 17 Agustus, Jumat, Hari Kemerdekaan RI
  • 19-20 Agustus, Minggu-Senin, Idul Fitri 1 Syawal 1433 H
  • 26 Oktober, Jumat, Idul Adha 1433 H
  • 15 November, Kamis, Tahun Baru 1434 H
  • 25 Desember, Selasa, Hari Raya Natal

Sedangkan cuti bersama Idul Fitri yakni

  • 18 Mei, Jumat, Cuti Bersama Kenaikan Yesus Kristus
  • 21-22 Agustus, Selasa-Rabu, Cuti Bersama Idul Fitri
  • 16 November, Jumat, Cuti Bersama Tahun Baru 1434 H
  • 24 Desember, Senin, Cuti Bersama Hari Raya Natal.

Sumber : Website Kementerian Dalam Negeri (uripsr@ymail.com)***

.

Lembaran Pertama 2012
13.48 | Author: Urip SR
Detik..demi detik, hari demi hari,hingga bulan demi bulan telah mengusung banyak cerita, suka..duka..menjadi warna nyata dalam hidup kita, tapi biarkan semua menjadi kenangan yang terpahat,kini tahun baru tlah menyambut kita,saatnya kita mengemas kegagalan menjadi kesuksesan, kita buka lembar kisah baru dengan semangat dan keceriaan.
Di lembar pertama ini mari kita torehkan semangat positif, kita tulis tujuan hidup kita, impian kita yang belum terlaksana pada tahun yang lalu, agar semua keinginan kita bisa tercapai pada tahun ini. Apa yang kita impikan, apa yang kita citakan dengan kerja keras pantang menyerah tentu ada ada hasilnya dikemudian hari, berpikir positif, mencari terobosan baru, memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Modal kita optimis, bahwa disetiap langkah kita pasti ada kesuksesan yang terselip. Dari lubuk hati yang paling dalam, kita mencoba menoreh lembaran pertama ini dengan semangat dan semangat berkarya. Harapan Tahun Baru ini Kita akan memiliki visi baru, misi baru, hidup baru, hari baru yang akan lebih baik dari hari kemarin.
Selamat tahun baru 2012.(uripsr@ymail.com)8***
.