Pengendalian Belalang Kembara
15.32 | Author: Urip SR
Belalang Kembara Mulai Serang Tanaman...(Kompas, 24/01/2012)
Kefamenanu, Kompas - Ribuan hingga jutaan belalang kembara mengancam tanaman di areal sawah tadah hujan di Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Kini, belalang masih berada di padang sekitar 1 kilometer dari sawah seluas 150 hektar milik warga.(Kompas, 24 Januari 2012).

Judul besar mengenai hama belalang kembara yang diberitakan di harian Kompas tg 24 Januari 2012 di NTT bukan hal baru lagi, daerah ini merupakan endemis Belalang Kembara setelah Propinsi Lampung. Untuk mencegah meluasnya hama tersebut perlu kiranya memahami teknik pengendalian yang tepat, berikut cara pengendalian belalang kembara yang sering menyerang tanaman komoditas unggulan. Semoga tulisan ringan ini mampu memberikan solusi.

CARA PENGENDALIAN

1). Pola tanam

Di lahan pertanian tanaman pangan yang menjadi ancaman hama belalang kembara (sekitarnya terdapat populasi gregaria) perlu dipertimbangkan untuk mengatur pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak disukai belalang dengan penanaman gilir jenis tanaman, tumpang sari atau diversifikasi.

2). Pengendalian cara mekanis

Melakukan gerakan massal pengendalian mekanis sesuai stadia populasi :
Stadia telur
Untuk mengetahui adanya lokasi telur maka harus melakukan pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif.
Pada areal tersebut atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur, dilakukan kegiatan pengumpulan kelompok telur yaitu dengan melakukan pengolahan tanah, kelompok telur diambili dan dimusnahkan, kemudian lahannya segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
Stadia nimfa
Setelah 2 minggu sejak hinggapnya kelompok belalang kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya penetasan nimfa. Pengendalian pada saat nimfa adalah kunci penting (jangan sampai menjadi dewasa). Pengendalian dapat dilakukan dengan memukul atau menjaring. Pengendalian nimfa dengan cara menghalau nimfa ke suatu tempat terbuka atau yang sudah disiapkan dan menjaring dengan jaring belalang.

3). Pemanfaatan agens hayati.

Agens hayati Metarrhizium anisopliae var. acridium, Serratia sp/bakteri merah, Beauveria bassiana, Enthomophaga sp. di beberapa negara terbukti dapat digunakan pada saat populasi rendah. Penggunaan agens hayati efektif sebagai pencegahan secara dini dan penggunaan agens hayati strain lokal lebih diutamakan.

4). Penggunaan insektisida

Apabila cara-cara lain sudah ditempuh, populasi masih tetap tinggi alternatif lainnya yaitu penggunaan insektisida yang efektif dan diijinkan sesuai dengan komoditasnya. Pengendalian yang tepat dilakukan sejak stadia nimfa kecil karena belum merusak, dalam kelompok kecil terdapat populasi yang besar, stadia nimfa lebih peka terhadap insektisida, dan aplikasi dapat dilakukan pada siang hari. Apabila terpaksa karena terlambat atau populasi tidak diketahui sebelumnya, pengendalian terhadap imago dilaksanakan pada malam hari pada saat belalang beristirahat (mulai belalang hinggap pada senja hari sampai terbang waktu pagi hari).

5). Penanaman kembali.

Pada areal yang terserang belalang dan musim tanam belum terlambat, diupayakan segera diadakan penanaman kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
.
|
This entry was posted on 15.32 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: