1. Belalang Kembara
(Locusta migratoria manilensis)
Dalam kehidupan dan perkembangan koloni belalang kembara dikenal mengalami 3 fase pertumbuhan populasi yaitu fase soliter, fase transien dan fase gregaria. Pada fase soliter, belalang hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan tanaman. Pada fase gregaria belalang kembara hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok dengan jumlah sangat besar, berpindah-pindah tempat dan menimbulkan kerusakan dahsyat.
Perubahan fase soliter ke fase gregaria biasanya dimulai pada awal musim hujan setelah melewati musim kemarau yang cukup kering (di bawah normal). Pada saat tersebut, biasanya terjadi peningkatan populasi belalang soliter yang berdatangan dari berbagai lokasi ke suatu lokasi yang secara ekologis sesuai untuk berkembang. Lokasi tersebut adalah langka penduduk, biasanya mempunyai lahan yang terbuka atau banyak rerumputan, tanahnya gembur berpasir, dekat sumber air (sungai, danau) sehingga kondisi tanahnya cukup lembab. Setelah berlangsung 3-4 generasi apabila kondisi lingkungan memungkinkan akan berkembang menjadi fase gregaria, melalui fase transien. Lokasi ini dikenal sebagai lokasi pembiakan awal.
Perubahan fase gregaria kembali ke fase soliter (melalui fase transien) biasanya apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan, terutama karena pengaruh curah hujan di atas normal, tekanan musuh alami dan atau tindakan manusia dalam usaha pengendalian.
Belalang kembara fase gregaria aktif terbang pada siang hari dalam kelompok besar. Pada pagi hari belalang terbang berputar-putar untuk pindah lokasi. Dalam kondisi angin sepoi-sepoi belalang terbang menentang arah angin, namun pada angin kencang terbang mengikuti arah angin. Pada senja hari, kelompok belalang hinggap pada suatu lokasi, biasanya untuk kawin dan bertelur pada lahan-lahan kosong, berpasir, memakan tanaman yang dihinggapi.
Pertanaman yang dihinggapi pada malam hari biasanya dimakan habis. Sedangkan Kelompok besar nimfa biasanya berpindah tempat dengan berjalan secara berkelompok . Sepanjang perjalanan biasanya memakan tanaman yang dilewatinya. Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok Graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu alang-alang, gelagah dan berbagai jenis rumput. Selain itu belalang dapat memakan daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubikayu, tomat, ubi jalar dan kapas.
Betina meletakkan telur dalam bentuk paket telur di dalam tanah, dan seekor betina mampu mnghasilkan telur sebanyak 270 butir telur. Siklus hidupnya rata-rata 76 hari, stadia telur rata-rata 17 hari, nimfa 38 hari (mengalami 5 instar), dan praoviposisi 21 hari (dengan prakopulasi 11 hari).
Belalang ini pernah eksplosif di Pulau Sumba, Lampung, Sumsel, Kalteng, Kalbar, Sultra, dan Gorontalo.
2. Valanga sp.
Jenis-jenis Valanga dikenal dengan nama walang kayu. Ukuran dan bentuknya lebih besar daripada Locusta. Belalang ini meletakkan telurnya dalam bentuk paket telur di dalam tanah. Telur dapat tidak menetas selama musim kemarau, dan menetas setelah turun hujan. Stadia telur pada tanah yang lembab menetas 4-5 minggu, stadia nimfa antara 50-80 hari, dan belalang dewasa dapat hidup selama 4 bulan.
Tanaman makanannya adalah jagung, daun/pucuk jati, acasia, albizzia, kelapa, pisang, kluwih, nangka, mangga, kapuk, aren, waru, karet, kopi, kakao, dadap, wijen, jarak. Kapas dan tebu sedikit dirusak, sedang ubi kayu kurang disukai. Pada populasi tinggi semua daun habis dimakan. Tanaman yang tidak disukai adalah padi sawah, sorgum, bambu, alang-alang dan rerumputan lain, dan ubi jalar.
Pengendalian dilakukan secara mekanis, hayati, maupun cara kimia. Di beberapa daerah jenis belalang ini disukai sebagai lauk makan maupun cemilan dan dapat dijual-beli.
3. Nomadacris (=Patanga) succincta
Belalang ini lebih besar daripada Locusta, tubuhnya agak lebih pendek daripada Valanga dengan bentuk tubuh yang ramping/ langsing, dominan berwarna coklat, coklat kemerah-merahan.
Pronotum bagian punggung mempunyai garis berwarna keputih-putihan, pada kedua sisinya terdapat satu garis keputih-putihan diantara dua garis berwarna gelap, dan mempunyai mata yang bergaris.
Ekologi belalang ini serupa dengan kedua jenis belalang di atas, berkembang di daerah kondisi kering. Belalang ini pemakan rumput, padi, jagung dan famili graminae lain, disamping juga makan tanaman kedelai, daun mangga, jeruk, cajanus. Belalang ini pernah meningkat populasinya di Kabupaten Belu (NTT) tahun 1980an menyerang tanaman jagung dan di kabupaten Jeneponto (Sulsel) tahun 2004 menyerang jagung dan kedelai.
OPT
|
This entry was posted on 17.38 and is filed under
OPT
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
1 komentar:
lebih baik lagi kalau setiap spesies diberikan gambar dan mungkin spesiesnya perlu ditambah lagi. :) terima kasih