Ibu Kholipah Perintis Lingkungan (Foto: Urip SR)
Perjuangan seseorang terkadang mengalami perjuangan yang cukup berat bahkan terkadang banyak sekali cibiran masyarakat tentang upaya yang sedang di gelutinya, bagi orang awam mungkin mustahil tetapi bagi yang sedang berjuang tidak ada kata mustahil sebelum apa yang diperjuangkannya membuahkan hasil.
Seperti perjuangan Ibu Cholifah pada saat pertama kali berkiprah sebagai petani alumnus SLPHT tahun 1997, ibu dari dua orang anak ini mencoba mempraktekan ilmunya seperti memberbanyak parasitoid Trichogramma sp, sebagai parasit telur hama padi penggerek batang padi (Scirpophaga sp), dengan tekad ingin memenuhi kebutuhan sendiri bagi sawahnya agar tidak tergantung oleh pestisida dan pupuk pabrikan.  Cholifah dengan mendapat dukungan dari suaminya berhasil mengembangkan parasitoid Trichogramma sp dan membuat pupuk organik padat untuk memenuhi kebutuhan sendiri bagi lahan sawahnya yang hanya seluas 0,5 hektar. (Bersambung)...
.
Kegiatan PPAH Tani Makmur (Foto: Urip SR)
Pusat Pelayanan Agens Hayati (PPAH) Tani Makmur yang diketuai Cholifah, warga Desa Kedungringin, Beji cukup menarik perhatian untuk diliput sebagai bahan motivasi bagi kelompok tani maupun PPAH lainnya. Untuk itu Majalah Peramalan OPT Jatisari tertarik pada profil PPAH Tani Makmur yang memproduksi dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan kelompoknya maupun untuk disebarkan melalui kelompok tani yang lainnya seputar Jawa Timur, produksinya antara lain pupuk organik cair bermerek BOCA, Agens Hayati Verticillium sp, Pias Trichogramma sp, dan PGPR. BBPOPT Jatisari melakukan peliputan dalam rangka pencarian bahan publikasi untuk konsultasi ke instansi terkait dalam rangka penerbitan Majalah Peramalan OPT edisi II tahun 2013 untuk rubrik “Kolom Petani”.
Rencana mengunjungi PPAH Tani Makmur di Desa Kedungringin, Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ini ketika melihat tayangan yang disiarkan oleh TV Swasta Nasional Trans7 pada tanggal 3 Mei 2013 pada acara bertajuk “Merajut Asa”, bermula dari sinilah tim liputan Majalah Peramalan meluncur ke Pasuruan.  Merajut Asa adalah sebuah program acara reality show yang mengangkat kisah-kisah masyarakat kecil dan mereka-mereka yang kerap mengalami berbagai permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan yang ada tidak lantas membuat mereka menyerah untuk mengatasinya, bahkan mereka menjadi penggerak bagi lingkungan disekitarnya.  Seperti sosok Cholifah peraih Kalpataru 2010 sebagai perintis lingkungan hidup melalui karyanya berupa Perbanyakan parasitoid Trichogramma sp untuk mengendalikan hama penggerek batang padi, penyuplai agens hayati Beauveria sp, Metarizhium, Coynebacterium, dan pupuk organic padat maupun cair.  Ibu merupakan sosok problem solving dalam budidaya pertanian ramah lingkungan.
    Sejak program nasional SL-PHT pada tahun 1989 banyak sekali mencetak professor-profesor andal di lapangan, salah satunya adalah seorang ibu dari desa Kedungringin, alumnus SLPHT tahun 1997 ini merupakan sosok ibu rumah tangga yang gigih dalam menerapkan ilmu bercocok tanam yang ramah lingkungan.
Konsep PHT yang ia terapkan di lahan sawahnya sejak 1997 telah menghantarkan sosok Cholifah menuju Istana Negara untuk menerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan Hidup pada tahun 2010.  Ibu rumah tangga kelahiran 10 Agustus 1968 ini sarat dengan berbagai prestasi, beberapa penghargaan berjejer rapi didinding rumahnya yang sekaligus sebagai tempat pelatihan bagi para petani.
Sederet penghargaan itu antara lain :
1.    Perintis Lingkungan Hidup 2002 oleh Gubernur Jawa Timur.
2.    Petani SLPHT Terbaik tk nasional 2006 oleh Presiden SBY.
3.    Petani Teladan Tingkat Nasional 2007 oleh Presiden SBY.
4.    Penyelaman Lingkungan 2008 oleh Gubernur Jawa Timur.
5.    Kalpataru kategori Perintis Lingkungan Hidup 2012 oleh Presiden SBY.
6.    Kartini Award 2011 oleh Ibu Ani Yudhoyono.
Dan seringkali menjadi narasumber pada berbagai seminar yang diselenggarakan oleh lembaga Pemerintah maupun swasta.  Keberhasilan PPAH Tani Makmur dalam mengembangkan agens hayati akhirnya mengantarkan kelompok tani ini menjadi Pusat Pelatihan Pertanian dan Peternakan Swadaya (P4S) Kab. Pasuruan.(USR)***
Liputan 21-23 Mei 2013.
Pengumpulan Kel Telur PBP di sawah (Foto:Urip SR)
Salah satu upaya dalam konservasi musuh alami Penggerek Batang Padi (PBP) adalah inokulasi dan pelepasan parasit baik parasit asal setempat maupun introduksi melalui proses baik parasit asal setempat maupun introduksi melalui proses jalaur parasit antar lapang.  Untuk perbanyakan dan pelepasan parasitoid PBP yaitu Tetrastichus sp. dan Telenomus sp. ada 3 tahapan yaitu :
1. Penampungan parasitoid asal serangga inang (kelompok telur) dari lapang
2. Perbanyakan parasitoid asal serangga inang (kelompok telur) dari hasil pemeliharaan ngengat dalam kurungan, dan pelepasan.
Sedangkan untuk Trichogramma sp. dapat dibiakkan secara massal dengan menggunakan serangga inang alternatif khususnya telur ngengat beras Corcyra cephalonica.  Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembiakan dan pelepasan musuh alami ini adalah :
- Menyiapkan media biakan serangga inang alternatif.
- Pengumpulan telur serangga inang alternatif.
- Pembuatan pias.
- Pembiakan massal Trichogramma sp. dan
- Pelepasan
Dalam upaya penerapan pengendalian biologi PBP khususnya pelepasan parasitoid, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Pelepasan parasitoid di daerah endemik diupayakan seawal mungkin, agar parasitasi kelompok telur yang sangat tinggi dapat dicapai pada generasi lebih awal.
- Pelepasan parasitoid hendaknya dilakukan pada waktu yang tepat, agar kehadirannya sinkron dengan inangnya.
- Berkembangnya musuh alami dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, oleh karena itu pelepasannya dilakukan pada waktu cuaca tidak panas dan tidak hujan.
(USR)***



Pengelolaan Burung Hantu
18.37 | Author: Urip SR
Sangkar Burung Hantu (dok.Pribadi)
Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang potensial, seekor burung hantu dewasa mampu memangsa rata-rata 2 - 5 ekor tikus setiap hari.  Pemanfaatan burung hantu untuk tujuan mengendalikan hama tikus secara biologis sudah banyak dipraktekan di beberapa daerah seperti di Ngawi dan Jombang, Jawa Timur, perkebunan kelapa sawit di Sumut.
Pemahaman tentang perilaku burung hantu sangat membantu dalam pengembangan populasi burung hantu di lapangan.  Dibawah ini adalah beberapa sifat-sifat penting burung hantu :
Siklus Hidup:
Seekor induk burung hantu mampu bertelur 2-3 kali dalam setahun.  Setiap kali masa bertelur diproduksi 6-11 butir, sehingga seekor induk dalam setahun mampu bertelur sebanyak 12 hingga 33 butir.
Keluarnya telur tidak teratur setiap hari tetapi berselang 2 - 4 hari.  Telur-telur tersebut akan menetas setelah dierami oleh induknya selama 27-30 hari.
Setelah berumur 3 bulan anak burung hantu menjadi dewasa dan dapat mencari makan sendiri.  Selanjutnya burung hantu tersebut mulai bertelur setelah berumur 8 bulan.  Umur burung hantu dapat mencapai 6 tahun.
Perilaku :
Hidup berkelompok dan makanan spesifik adalah tikus.  Seekor burung hantu dewasa mampu memangsa 2-5 ekor tikus setiap hari.
Kemampuan berkembang biak amat tinggi (2-3 kali dalam setahun) dan dapat mencapai umur 6 tahun.
Mempunyai kawasan perburuan yang teratur dan daya jelajah sampai 12 km dari nest box (kandang) jika tikus sulit di dapat.
Memiliki pendengaran sangat tajam, mampu mendengar suara tikus hingga 500 meter.
Setia terhadap kandangnya selama tidak diganggu oleh hewan pemangsa dan manusia.
Kelemahan Burung Hantu :
Mudah stress, tidak tahan dalam kondisi lingkungan yang buruk (misalnya iklim ekstrim, kandang kotor, dll).
Kandang penangkar/nest box harus aman dari gangguan manusia dan hewan serta lalu lalang kendaraan bermotor.
Suka menyelam di air sewaktu bulan purnama sehingga beresiko mati bila terjebak dalam air berlumpur di waduk.
Tahapan Pengembangan Burung Hantu :
Agar pengembangan burung hantu berhasil dengan baik maka diperlukan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan secara sistematis sebagai berikut :
Mengidentifikasi keberadaan burung hantu alami di dalam dan disekitar lingkungan kebun (gudang, menara).
Mendirikan “kandang pemikat” dengan sepasang atau lebih burung hantu yang dipelihara didalamnya.
Introduksi burung hantu dari kawasan perkebunan lain sebagai populasi awal jika disuatu kebun tidak dijumpai burung hantu alami.
Mendirikan beberapa nest box disekitar “kandang pemikat” dan secara bertahap jumlahnya ditingkatkan disesuaikan dengan peningkatan populasi burung hantu.
Monitoring populasi burung hantu secara rutin setiap bulan (tingkat hunian, telur, anakan terbang), serangan tikus dan kondisi nest box..
Identifikasi Keberadaan Burung Hantu alami :
Burung Hantu spesies Tyto alba dapat dibedakan dari jenis burung hantu lainnya dari bentuk fisiknya yang spesifik, antara lain : tubuh lebih besar, permukaan wajah datar berbentuk seperti potongan jantung dan pada saat terbang malam seolah-olah seluruh bagian tubuh berwarna putih, meskipun bulu sayap bagian luar dan punggungnya berwarna agak coklat keemasan  bila dilihat pada siang hari.
Pada umumnya bersarang didalam lobang pohon besar dan dilangit-langit/atap bangunan seperti gudang, kantor, sekolah, mesjid, dan bangunan lain.  Tanda-tanda yang dapat dijadikan parameter tentang keberadaan burung hantu adalah : ditemukan sisa muntahan dari mulut burung hantu dalam bentuk pellet (terdiri dari sisa tulang dan dan bulu tikus yang tidak dapat dicerna burung hantu) dan cairan kotoran berwarna putih kapur (basah atau kering) di atas permukaan tanah atau lantai.  Selain itu burung hantu (terutama anakannya) akan mengeluarkan suara mendesis apabila sarangnya diganggu oleh manusia atau hewan.
Pada malam hari burung hantu alami akan datang dan berkumpul disekitar kandang pemikat atau sarang alami (umumnya setelah jam 22.00 WIB).  Kehadiran burung hantu alami dicirikan oleh suara pekikannya yang khas dan bersahut-sahutan untuk memanggil burung hantu lainnya. (Dari Berbagai Sumber)***
.
Suasana Teknikal Meeting (Foto: Urip SR)
Jatisari,7/5/2013.  Bertempat di ruang pertemuan bbpopt telah dilakukan technical meeting Pekan Peramalan OPT Tanaman Pangan yang akan dilaksanakan pada tanggal 26-30 Agustus 2013.  Hadir pada acara tersebut sebanyak 13 perusahaan formulator untuk mendapatkan nomor stand dan penjelasan teknis tentang pelaksanaan Pekan Pameran, ke 13 perusahaan tersebut antara lain : PT. Mitra Kreasidharma, PT. Syngenta, PT. Biotis Agrindo, PT. Petrokimia Kayaku, PT. Saputra Global Harvest, PT. Tritama Wirakarsa (NORDOX), PT. Arysta LifeScience, PT. Sanitas, PT. Prosper Biotech Indonesia, PT. Surfindo, PT. Sejahtera Bintang Lestari, CV. Tri Mitra Agro Utama dan CV. Dwi Agro Hayati.
Pengundian nomer stand berjalan lancar dilakukan pada sessi terakhir yang sebelumnya dilakukan pemaparan teknis terkait pelaksanaan Pekan Peramalan OPT Tanaman Pangan.  Ada beberapa kesepakatan antara pihak panitia dan peserta pameran terutama tentang teknis di lahan demplot maupun di stand pameran.  Acara technical Meeting berakhir pukul 01.00 WIB.  Pameran demplot pada lahan seluas 4 hektar penuh pada acara hari itu juga, perusahaan yang tadinya tidak ikut pameran demplot, setelah mendengarkan pemaparan akhirnya pada booking lahan percobaan, sehingga lahan didalam ratpan seluas 4 hektar terisi hal ini sesuai harapan panitia penyelenggara.  Acara tecnical Meeting dipimpin oleh Ketua Panitia Ir. Muhammad Antulat Taufiqurachman, didampingi Kepala Bidang Yantekindo Ir. Baskoro Sugeng Wibowo dan Kepala Seksi Pelayanan Teknis Ir. Lilik Retnowati.
Tim yang telibat langsung Technical Meeting Urip SR, Eri Budiyanto, Retno Ayu, Siyam, Suwandi Irawan, Ade Suhendar Asyari.  Sukseskan Pekan Peramalan OPT Tanaman Pangan 26-30 Agustus 2013.
Keep Spirit...!!!
.
Gerakan massal pengumpulan kel telur PBP
Karawang/3/5/2013.  Dalam rangka pengamanan produksi tanaman padi MT. 2013 dilakukan gerakan massal pengumpulan kelompok telur Penggerek Batang Padi (PBP) di lahan percobaan bbpopt seluas 12 hektar.  Hal ini mengantisipasi tingginya populasi penggerek batang padi yang puncak penerbangannya terjadi pada minggu pertama bulan mei.  Melibatkan seluruh karyawan/wati bbpopt telah dikumpulkan sebanyak 28.000 kelompok telur PBP, selanjutnya kelompok telur tersebut diinokulasikan pada bumbung parasitoid yang terdapat di sekeliling lahan sawah.  Upaya tersebut sebagai langkah konservasi musuh alami jenis parasitoid Trichogramma sp.  Untuk tujuan pelestarian musuh alami sebagai salah satu prinsip dasar penerapan PHT di lapang, musuh alami perlu dikelola dengan sebaik-baiknya dan apabila mungkin dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia dalam pengendalian hama.
Upaya pengelolaan musuh alami diartikan sebagai upaya peningkatan efektivitas musuh alami melalui perbaikan teknik bercocok tanam yang mampu menyediakan sumberdaya, dan upaya melindungi musuh alami dari pengaruh buruk seperti pestisida atau keadaan lainnya.  Upaya pengelolaan tersebut dikatakan pula sebagai konservasi yaitu upaya pelestarian musuh alami dengan cara mendorong daya tahan hidup dari tekanan lingkungan dan upaya meningkatkan populasinya.  Pengertian pelestarian musuh alami dapat dikatakan pula sebagai usaha untuk memanfaatkan musuh alami yang sudah ada di pertanaman padi dengan cara memanipulasi lingkungan sedemikian rupa sehingga perannya dalam menekan populasi hama dapat ditingkatkan.
Bumbung bambu parasitoid (Urip SR)
Berikut penulis sajikan langkah praktis untuk koservasi musuh alami, antara lain:
1. Menghindarkan penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan ceroboh.
2. Menghindarkan pemusnahan total populasi OPT yaitu dengan cara menggunakan pestisida secara bijaksana berdasarkan hasil pengamatan sehingga diperoleh selektifitas yang tinggi.
3. Pengelolaan ekosistem menyeluruh mencakup daerah di luar ekosistemnya yang menjadi tempat berlindung, sumber makanan tambahan (nektar, embun madu, tepung sari), dan sumber inang alternatifnya.
Pengelolaan ekosistem menyeluruh tersebut dapat mengurangi kematian musuh alami.  Kematian musuh alami antara lain karena adanya :
o Interferensi serangga lain yang dapat mengganggu kehadiran musuh alami.
o Pengaruh buruk tanaman (rambut2 daun mengusir predator/parasitoid)
o Sifat tanaman yang menghasilkan bahan tertentu misalnya nikotin yg dpt meracuni parasitoid.
o Penggunaan pestisida.
Maka harus bijaksana dalam menggunakan pestisida, bukan anti pestisida tetapi menggunakan pestisida merupakan alternatif terakhir. Tulisan terkait "Operasional Pembiakan parasitoid PBP".
(USR)***
.