Pengelolaan Burung Hantu
18.37 | Author: Urip SR
Sangkar Burung Hantu (dok.Pribadi)
Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang potensial, seekor burung hantu dewasa mampu memangsa rata-rata 2 - 5 ekor tikus setiap hari.  Pemanfaatan burung hantu untuk tujuan mengendalikan hama tikus secara biologis sudah banyak dipraktekan di beberapa daerah seperti di Ngawi dan Jombang, Jawa Timur, perkebunan kelapa sawit di Sumut.
Pemahaman tentang perilaku burung hantu sangat membantu dalam pengembangan populasi burung hantu di lapangan.  Dibawah ini adalah beberapa sifat-sifat penting burung hantu :
Siklus Hidup:
Seekor induk burung hantu mampu bertelur 2-3 kali dalam setahun.  Setiap kali masa bertelur diproduksi 6-11 butir, sehingga seekor induk dalam setahun mampu bertelur sebanyak 12 hingga 33 butir.
Keluarnya telur tidak teratur setiap hari tetapi berselang 2 - 4 hari.  Telur-telur tersebut akan menetas setelah dierami oleh induknya selama 27-30 hari.
Setelah berumur 3 bulan anak burung hantu menjadi dewasa dan dapat mencari makan sendiri.  Selanjutnya burung hantu tersebut mulai bertelur setelah berumur 8 bulan.  Umur burung hantu dapat mencapai 6 tahun.
Perilaku :
Hidup berkelompok dan makanan spesifik adalah tikus.  Seekor burung hantu dewasa mampu memangsa 2-5 ekor tikus setiap hari.
Kemampuan berkembang biak amat tinggi (2-3 kali dalam setahun) dan dapat mencapai umur 6 tahun.
Mempunyai kawasan perburuan yang teratur dan daya jelajah sampai 12 km dari nest box (kandang) jika tikus sulit di dapat.
Memiliki pendengaran sangat tajam, mampu mendengar suara tikus hingga 500 meter.
Setia terhadap kandangnya selama tidak diganggu oleh hewan pemangsa dan manusia.
Kelemahan Burung Hantu :
Mudah stress, tidak tahan dalam kondisi lingkungan yang buruk (misalnya iklim ekstrim, kandang kotor, dll).
Kandang penangkar/nest box harus aman dari gangguan manusia dan hewan serta lalu lalang kendaraan bermotor.
Suka menyelam di air sewaktu bulan purnama sehingga beresiko mati bila terjebak dalam air berlumpur di waduk.
Tahapan Pengembangan Burung Hantu :
Agar pengembangan burung hantu berhasil dengan baik maka diperlukan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan secara sistematis sebagai berikut :
Mengidentifikasi keberadaan burung hantu alami di dalam dan disekitar lingkungan kebun (gudang, menara).
Mendirikan “kandang pemikat” dengan sepasang atau lebih burung hantu yang dipelihara didalamnya.
Introduksi burung hantu dari kawasan perkebunan lain sebagai populasi awal jika disuatu kebun tidak dijumpai burung hantu alami.
Mendirikan beberapa nest box disekitar “kandang pemikat” dan secara bertahap jumlahnya ditingkatkan disesuaikan dengan peningkatan populasi burung hantu.
Monitoring populasi burung hantu secara rutin setiap bulan (tingkat hunian, telur, anakan terbang), serangan tikus dan kondisi nest box..
Identifikasi Keberadaan Burung Hantu alami :
Burung Hantu spesies Tyto alba dapat dibedakan dari jenis burung hantu lainnya dari bentuk fisiknya yang spesifik, antara lain : tubuh lebih besar, permukaan wajah datar berbentuk seperti potongan jantung dan pada saat terbang malam seolah-olah seluruh bagian tubuh berwarna putih, meskipun bulu sayap bagian luar dan punggungnya berwarna agak coklat keemasan  bila dilihat pada siang hari.
Pada umumnya bersarang didalam lobang pohon besar dan dilangit-langit/atap bangunan seperti gudang, kantor, sekolah, mesjid, dan bangunan lain.  Tanda-tanda yang dapat dijadikan parameter tentang keberadaan burung hantu adalah : ditemukan sisa muntahan dari mulut burung hantu dalam bentuk pellet (terdiri dari sisa tulang dan dan bulu tikus yang tidak dapat dicerna burung hantu) dan cairan kotoran berwarna putih kapur (basah atau kering) di atas permukaan tanah atau lantai.  Selain itu burung hantu (terutama anakannya) akan mengeluarkan suara mendesis apabila sarangnya diganggu oleh manusia atau hewan.
Pada malam hari burung hantu alami akan datang dan berkumpul disekitar kandang pemikat atau sarang alami (umumnya setelah jam 22.00 WIB).  Kehadiran burung hantu alami dicirikan oleh suara pekikannya yang khas dan bersahut-sahutan untuk memanggil burung hantu lainnya. (Dari Berbagai Sumber)***
.
This entry was posted on 18.37 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: