Mewasdapai OPT Pasca Banjir
13.40 | Author: Urip SR
Hawar Daun Bakteri (Foto: Urip SR)
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang seringkali muncul pasca banjir adalah Hawar Daun Bakteri (HDB), dan Wereng Batang Coklat (WBC), timbulnya HDB sering terjadi pada air yang tergenang dengan kelembaban tinggi.  Penyakit HDB perlu diwaspadai pasca banjir karena dapat menimbulkan kerusakan yang cukup tinggi (75%) sehingga menurunkan hasil panen. Bila sel bakteri masuk melalui akar atau batang pada tanaman padi muda dapat menimbulkan gejala yang disebut kresek.
Bagaimana mengendalikan HDB?
- Tanam varietas tahan (varietas angke dan code)
- Pemupukan berimbang, pada tanaman yg dipupuk urea tinggi akan menimbulkan kerusakan berat.  Dianjukan pemupukan pada tanaman rentan adalah 76 Kg N/ha (165 kg Urea/Ha)
- Pengairan hemat air (intermitten)
- Penggunaan agen antagonis corynebacterium 2,5 liter/ha, konsentrasi larutan 5 cc/liter, dg volume semprot 500 liter/ha, penyemprotan dilakukan pada umur tanaman 14,28, dan 42 hari setelah tanam (HST).
Selanjutnya OPT lainnya adalah WWereng Batang Coklat, pengamatan perlu dilakukan pada musim hujan (MH) paling lambat 2 minggu sekali sejak 2 minggu setelah tanam sampai 2 minggu sebelum panen terhadap 20 rumpun arah diagonal.
wereng coklat (Foto: Urip SR)
Monitoring dini dan keputusan pengendalian WBC harus menerapkan perhitungan berdasarkan musuh alami seperti :
- Populasi WBC dan musuh alaminya diamati selang 1-2 minggu sekali pada 20 rumpun dari suatu hamparan yang padinya sama.
- Populasi WBC, predator (Ophionea, Paederus, Miscraspis, Spiders (laba-laba) dan kepik Cyrtorhinus harus dicatat
Keputusan pengendalian WBC dalam jangka panjanh adalah sbb :
- Pada musim hujan (MH) sebaiknya ditanam varietas yang umur genjah dan tahan WBC seperti Way Apoburu, dan Ciherang
- Pola tanam kurang serempak perlu diubah menjadi pola yang serempak
- Pergiliran varietas dengan menanam ciherang, mekongga, sintanur, dan cigeulis harus dilakukan.
.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi tersebar diberbagai ekosistem padi, termasuk di Indonesia.  Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae. Patogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen.  Penyebab penyakit (pathogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lubang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun.  Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis.
Gejala Penyakit
•     Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek.  Pada tanaman dewasa menimbulkan gejala hawar (blight).  Gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering.
•    Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa.  Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.  Penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan.
Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Penyakit 
Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri.  Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan ini.  Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermitten).
Pengendalian Penyakit
1.    Teknik Budidaya
Untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan dengan pengendalian secara terpadu yang mencakup cara budidaya dengan perlakuan bibit secara baik, jarak tanam tidak terlalu rapat, pengairan secara berselang (intermitten), pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan varietas tahan.  Bakteri penyebab penyakit hawar daun bakteri menginfeksi tanaman melalui luka dan lubang alami.  Oleh karena itu memotong bibit sebelum ditanam sangat tidak dianjurkan karena akan mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri pathogen.
2.    Varietas Tahan
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang selama ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan.  Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri pathogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama.  Adanya kemampuan pathogen bakteri xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu.  Hal ini menyebabkan varietas tahan di suatu saat tetapi rentan disaat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan wilayah lain.  Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut, mengingat tahan terhadap strain tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap strain yang lain.