Jakarta--saungURIP, Bertempat di Auditorium Gedung F, Kementerian Pertanian (19/05/2010) Wakil menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi membuka Workshop Nasional Wereng Batang Coklat, yang diikuti oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, Klaten,Kudus, Bekasi, Cirebon, Lamongan dan instansi pemerintah lainnya seperti BPTPH Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatra Selatan.
Acara Workshop seperti arahan Gatot Irianto pelaksana tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, harus menghasilkan solusi yang bijak dan setelah ini tidak ada lagi acara workshop lagi, artinya keputusan yang dihasilkan mampu mengatasi problem di lapang. Walaupun secara nasional masih kecil angka serangannya namun kita harus mewaspadai kemunculan WBC terutama di P.Jawa. Memadamkan api selagi kecil, jangan sampai menunggu besar, dan jangan biarkan petani sendirian, kita harus membantu mereka.
Pada kesempatan tersebut juga ditampilkan pameran seputar Wereng Batang Coklat (WBC), seperti serangan yang ditimbulkan oleh WBC, sejarah Wereng Batang Coklat, cara pengendalian dan lain sebagainya.
Pameran diikuti oleh beberapa Perusahaan Formulator antara lain: PT. Petrokimia Kayaku, PT. FMC, PT. Indagro, dan PT. Syngenta.
Sedangkan Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, menampilkan panel-panel pameran berisi informasi lengkap seputar WBC dan beberapa informasi lainnya dalam bentuk leaflet, brosur, poster, buletin dan buku-bulu ilmiah tentang WBC.
Rekomendasi pengendalian dalam Workshop dipandu oleh Direktur Perlindungan Tanaman yang dibagi dalam 3 (tiga) komisi yang akan mengambil keputusan secara komprehensif dengan pengalaman di lapang para pelaksana sehingga diharapkan keputusan yang diambil benar-benar riil dan bisa diterapkan secara nyata.(Urip SR)***

Ket. Foto 1 dan 2. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi didampingi Plt. Dirjen tanaman Pangan Gatot Irianto, mengunjungi Stand Pameran BBPOPT pada acara Workshop Nasional Wereng batang Coklat 19/05/2010 di Jakarta.

Foto. 3 Keragaan Uji Reaksi beberapa Varietas padi terhadap Wereng Batang Coklat (Honey Dew Test) ikut meramaikan acara workshop.

Foto .4 Poster Peringatan bahaya WBC.
(Foto: Urip SR)
.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Meski serangan hama wereng kian meningkat memasuki Mei 2010, produksi padi nasional diperkirakan tak akan terganggu.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Gatot Irianto, mengatakan dampak serangan wereng itu belum sampai mengancam produktivitas padi nasional.
''Total lahan yang terkena masih terkendali,'' ujar Gatot yakin di sela acara Workshop Nasional Wereng Batang Coklat di Jakarta, Rabu (19/5).
Gatot melanjutkan, perbandingan luas serangan wereng pada pertanaman padi periode Januari-April 2010, memang lebih tinggi dibandingkan serangan wereng periode sama pada tahun 2009. ''Bahkan lebih tinggi dibandingkan rerata lima tahun antara 2004 sampai 2008 pada periode yang sama,'' jelasnya.
Luas serangan wereng periode Januari-April 2010 adalah 23.402 hektare (puso 69 hektare). Sementara luas serangan wereng periode Januari-April 2009 adalah 12.852 hektare (puso 542 hektare). Adapun rerata lima tahun pada periode yang sama adalah 11.822 hektare (puso 179 hektare). ''Grafis serangan wereng memang meningkat, tapi masih terlalu kecil dibandingkan luas lahan sawah kita yang mencapai 7,8 juta hektare. Jadi tidak sampai mengancam produksi padi nasional, walaupun tetap harus diwaspadai,'' sergahnya.
Dia memaparkan, wereng batang coklat sejatinya hama tanaman padi yang tidak hanya menyerang Indonesia. Negara-negara produsen padi seperti Thailand, Vietnam, dan Cina juga mengalami serangan hama yang membuat kering batang tanaman padi tersebut. ''Tahun ini memang ada laporan serangan di sana juga meningkat,'' ungkapnya.(Republika)***

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/05/19/116207-serangan-wereng-belum-ganggu-produksi-padi-nasional
.
Padi Hibrida Picu Serangan Wereng
13.46 | Author: Urip SR
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Serangan hama wereng batang coklat terhadap lahan-lahan persawahan kian mengkhawatirkan. Tidak hanya di Pulau Jawa, lahan-lahan persawahan di luar Jawa pun makin banyak yang terkena serangan hama.
Menurut laporan yang diterima Kementerian Pertanian, luas lahan sawah yang terkena serangan wereng melonjak drastis. Sampai akhir bulan April, luas sawah terserang wereng ada 22.700 hektare. Namun pada laporan per tanggal 18 Mei 2010, luas lahan yang terkena wereng melonjak menjadi 26.008 hektare.
Provinsi Jawa Barat merupakan daerah yang terkena serangan wereng paling parah, yaitu mencapai 15.223 hektare. Disusul Jawa Tengah 3.654 hektare, Jawa Timur, 2.091, dan Banten 855 hektare. Sisanya berada di luar Pulau Jawa.
Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi, menyatakan ada beberapa faktor yang diindikasikan menjadi penyebab serangan wereng tahun ini. Salah satu di antaranya adalah penggunaan padi hibrida dan kesalahan pemakaian pestisida.
''Ada dugaan benih padi hibrida yang memicu serangan wereng. Sifat hibrida yang tidak tahan hama ini harus kita antisipasi karena Indonesia punya pengalaman serangan wereng yang cukup besar,'' ungkap Bayu dalam Workshop Nasional Wereng Batang Coklat di Jakarta, Rabu (19/5).
Adapun penyebab lain yang kini tengah dianalisis tim Kementerian Pertanian adalah perubahan iklim yang semakin tak menentu, penanaman padi yang tidak serentak, dan kelalaian petani lantaran lupa cara menangani serangan wereng. ''Soalnya ini sudah 10 tahun tidak terjadi serangan wereng yang masif,'' sambung Bayu.(Republika)***
Sumber: http://www.republika.co.id
.
JAKARTA-MI: Pemerintah akan mengevaluasi kebijakan menggenjot penggunaan benih padi hibrida secara luas dalam areal sawah Indonesia ke depan. Sebab, penggunaan benih padi yang berproduktifitas tinggi itu diduga turut menjadi salah satu pemicu meluasnya serangan hama wereng belakangan ini.
Demikian dikemukakan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi usai membuka Workshop Nasional Wereng Batang Coklat di Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (19/5).
Menurut dia, tak dimungkiri benih padi hasil persilangan induk tetua unggul itu unggul dalam hal produktifitas dibandingkan jenis konvensional atau inbrida. Padi hibrida pun diakuinya menjadi salah satu kunci mendongkrak produksi padi Indonesia, utamanya dalam 2 tahun terakhir. Pencapaian swasembada beras di 2009 pun diakui tak lepas akibat penggunaan padi hibrida.
"Karena itu kita terus dorong penggunaannya karena kala itu wabah wereng belum mengkhawatirkan seperti saat ini," ujarnya.
Namun demikian, pihaknya menduga serangan hama ini juga akibat adanya penggunaan benih-benih padi hibrida dalam jumlah besar dalam 2-3 tahun terakhir. Apalagi, ada kemungkinan benih-benih yang diproduksi massal oleh produsen hingga digunakan petani tidak tahan dengan hama ini. "Ini yang perlu kita evaluasi saat ini," ujarnya.
"Memang hibrida baik untuk dongkrak produksi. Tapi kita tahu, jenis itu memang cenderung lebih rentan terhadap OPT (organisme pengganggu tanaman. Risiko inilah yang perlu kita tetap perhitungkan di luar benefit tingginya tingkat produktifitasnya," ujarnya.
Karena itu, pemerintah memandang perlu melakukan evaluasi untuk melihat, sudah tepatkah penggunaan hibrida saat ini. "Mau kita lihat lagi. Apakah inbrida atau hibrida. Di satu sisi tingkat produktiffitas tinggi, tapi harus juga tahan terhadap serangan wereng," ujarnya.
Pasalnya, masih ada banyak ada banyak faktor teoritis penyebab meluasnya serangan hama serangga yang diketahui pertama mulai menjangkiti di Indonesia sejak 1931 itu. Di antaranya yakni adanya perubahan iklim yang membuat pola tanam menjadi tidak serentak. Hal itu memicu persebarannya karena setiap saat ada tempat hidup.
"Selain itu, banyak petani yang sudah lupa bagaimana menangani hama ini karena 10 tahun terakhir tidak pernah lagi menjangkiti Indonesia dalam skala luas," ujarnya.
Di tempat sama, pakar proteksi tanaman UGM Kasumbogo Untung mengatakan, belajar dari pengalaman yang lalu-lalu, salah satu faktor pemicu cepatnya wabah hama wereng saat ini adalah penanaman benih padi dari varietas-varietas yang rentan terhadap serangan hama serangga itu. Berdasarkan sifatnya, padi jenis hibrida diketahui sangat peka terhadap serangan hama ini.
Apalagi, menurut laporan, daerah-daerah yang terkena serangan hama ini sebagian besar berada pulau Jawa, khususnya di pantai utara Jawa. Lokasi itu memang diketahui menjadi kawasan endemik (area khusus persebaran) tempat berkembang biaknya hama serangga itu.
Karena itu, ujarnya, perlu ada pembatasan jumlah dan evaluasi penyebaran wilayah penggunaan padi hibrida. Daerah-daerah yang diketahui menjadi lokasi endemik persebaran hama wereng harus dilarang ditanami padi hibrida.
Selain itu, hama ini juga telah turut mewabah di negara-negara sentra produksi padi yang juga diketahui menggenjot penggunaan padi hibrida. "Di China, lokasi asal benih jenis ini, bahkan sampai jutaan hektar yang terkena wereng," ujarnya.
Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian, luas lahan persawahan yang terkena serangan wereng coklat periode Januari-April 2010 mencapai 23.402 hektar (ha) dengan puso (gagal total) seluas 69 ha. Luasan itu lebih tinggi 82% dibandingkan dengan periode sama di 2009 yang seluas 12.852 ha dengan puso 542 ha.
Luasannya saat ini bahkan lebih tinggi 97% dibandingkan luas serangan pada rerata 5 tahun sekurun 2004-2008 yang seluas 11.822 ha dengan puso 179 ha. Per 18 Mei 2010, luasnya telah bertambah 2.606 ha atau menjadi 26.008 ha dengan puso 268 ha.(Anindityo Wicaksono)***
Sumber: http://www.mediaindonesia.com
Wereng Coklat meluas, Pemda Harus Aktif
13.25 | Author: Urip SR
Jakarta, Kompas , 8 Mei 2010. Serangan hama wereng batang coklat pada tanaman padi meluas, padahal sudah relatif lama petani bebas dari serangan hama ini. Oleh karena itu, pemerintah daerah diminta lebih cepat merespons setiap laporan adanya serangan agar tidak meluas.

Imbauan tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Jumat (7/5). ”Petani juga harus lebih waspada dan mempelajari kembali pola penanggulangan wereng coklat melalui pendekatan pola tanam dan teknis budidaya,” ujar Bayu.

Menurut Bayu, dari aspek luasan, areal tanaman padi yang terserang wereng coklat memang tidak signifikan dibandingkan dengan total luasan areal panen padi. Pada April-Mei 2010 total luas areal panen padi mencapai 3,3 juta hektar.

”Serangan ini tidak berdampak serius pada produksi pangan nasional, tetapi jelas sangat merugikan petani karena petani gagal panen,” kata Wakil Menteri Pertanian.

Menurut Bayu, yang harus diwaspadai adalah meluasnya serangan, terutama di wilayah pantai utara Jawa.

Wilayah yang tanaman padinya terpapar wereng coklat adalah Subang (Jawa Barat), Jember dan Banyuwangi (Jawa Timur), serta Klaten, Jepara, Pati, dan Pekalongan (Jawa Tengah).

Kementerian Pertanian, kata Bayu, saat ini mengupayakan agar ada mekanisme bantuan khusus bagi petani yang tanaman padinya terserang wereng.

Selama ini bantuan bagi petani yang berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya dalam bentuk pupuk dan benih.

Padahal, petani korban hama wereng perlu mendapat ganti rugi supaya kelangsungan hidupnya terjaga pasca-gagal panen.

Menurut Bayu, ada empat faktor yang memengaruhi meluasnya wabah wereng coklat. Faktor-faktor tersebut adalah adanya perubahan iklim dan tata air yang membuat situasi pola tanam tidak menentu, pola penanaman padi tidak lagi bisa dilakukan serempak, introduksi benih padi hibrida yang tidak tahan wereng coklat, serta petani lupa cara melakukan antisipasi. (MAS) Sumber : Kompas.com***

Keterangan Foto: Wakil menteri Pertanian Bayu Krisnamurti jumpa Pers pada acara Workshop Nasional Wereng Batang Coklat di Auditorium, Kementerian Pertanian (Foto: Urip SR)

.

Pengendalian WERENG BATANG COKLAT
15.23 | Author: Urip SR
Berita di Harian Kompas yang melaporkan serangan Wereng Batang Coklat 2 hari berturut-turut dapat dijadikan sebagai peringatan dini, agar kita selalu waspada dalam menghadapi musim tanam (MT) 2010. Kita tidak perlu mencari kambing hitam siapa yang salah, kita justru mengapresiasi positif dengan berita tersebut. Kita jadikan sebagai cermin untuk mawas diri untuk semua pihak yang bekerja melayani petani.
Sudahkan kita bekerja melayani petani dengan baik? Apakah selalu ada penyuluhan di tingkat Desa? Apakah sudah sinergi antara petugas penyuluh dengan petugas lainnya? Apakan teknologi penelitian yang ada sudah diterapkan di tingkat petani?
Itulah segudang pertanyaan yang selalu menghantui pikiran kita. Jawabannya ada di nurani masing-masing. Mari kita melayani petani dengan hati.
Kembali ke judul tulisan tersebut diatas (kita tinggalkan dulu polemik yang tiada ujung), kenapa terjadi serangan wereng batang coklat (WBC) padahal teknologi pengendalian sudah kita kuasai.
Mari kita urai satu persatu.

Penyebab timbulnya WBC...

Kemampuan berkembang biak WBC sangat tinggi, bertelur banyak (100-600 butir), siklus hidupnya pendek (kurang lebih 28 hari, yaitu stadia telur kl 8 hari, nimfa kl 18 hari, imago praoviposisi kl 2 hari), masa hidup imago dewasa kl. 8 hari, mempunyai daya sebar cepat, dan daya serang ganas. Laju perkembang-biakan pada varietas peka dengan lingkungan optimum dalam satu musim tanam dapat mencapai 2000 kali.
Adanya penanaman varietas rentan/peka dan pola tanam yang tidak teratur, sebagai pemicu perkembangan dan penyebaran WBC.
Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana, tidak memenuhi 6 tepat (jenis, konsentrasi, dosis, volume semprot, cara, waktu dan sasaran), sehingga WBC dapat menjadi kebal terhadap insektisida dan terbunuhnya musuh alami menyebabkan WBC cepat berkembang. Gunakan insektisida yang terdaftar dan diijinkan untuk padi. Apabila di persemaian dan atau tanaman muda belum ada WBC tetapi disemprot insektisida maka semakin berpeluang untuk terserang hama WBC.
Serangga dewasa dan nimfa menetap dan menghisap pelepah daun di bagian bawah/pangkal tanaman, sehingga petani kurang perhatian sejak dini.
Pengaruh faktor iklim mikro yang lembab dan hangat. Tidak hanya musim hujan tetapi musim kemarau yang basah menjadi pendorong perkembangan dan ledakan WBC.

Kerusakan tanaman oleh WBC

Apabila populasi tinggi, warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berwarna coklat jerami, dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram air panas kuning coklat dan mengering (hopper burn).
WBC juga menularkan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.

Karakteristik WBC

WBC berukuran kecil, nimfa yang baru menetas berukuran 1 mm dan dewasa 3 mm.
Bentuk makroptera merupakan indikator populasi pendatang dan emigrasi, sedangkan brakhiptera merupakan populasi penetap yang biasanya menghasilkan keturunan yang menyebabkan kerusakan tanaman.
Populasi WBC dapat meningkat lebih tinggi dengan aplikasi insektisida yang tidak bijaksana karena dapat mengakibatkan resistensi (hama menjadi kebal) dan resurjensi (populasi menjadi berkembang lebih cepat terutama karena musuh alaminya musnah).

Pengendalian WBC

Pratanam (persiapan - persemaian) Persiapan benih bermutu bersertifikat yang tahan terhadap koloni WBC setempat.
Eradikasi/sanitasi singgang atau sisa tanaman yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa.
peningkatan pengamatan populasi WBC sejak awal persemaian.
Pemusnahan bibit/persemaian yang terserang berat WBC.

Fase tanaman muda (tanam - anakan maksimum/ (40 hst)
Menanam varietas yang telah terbukti tahan / toleran terhadap populasi WBC di daerah masing0masing. Hindari menanam varietas rentan/peka.
Tanam sistem legowo dan pemupukan NPK harus berimbang.
Tanamana yang terserang WBC berat dilakukan sanitasi selektif/eradikasi, demikian juga tanaman yang bergejala virus kerdil rumput dan kerdil hampa dilakukan sanitasi selektif/eradikasi.
Penggunaan insektisida efektif untuk WBC, yang terdaftar dan diijinkan untuk tanaman padi. Aplikasi pasa saat mencapai ambang pengendalian: populasi > 10 ekor/rumpun pada tanaman berumur kurang dari 40 hst.

Fase Primordia - tanaman tua ( ≥ 40 hst/primordial - menjelang panen)

Tanaman yang terserang berat dilakukan sanitasi/eradikasi selektif dan yang puso dieradikasi total.
Penggunaan insektisida apabila populasi ≥ 20 ekor/rumpun pada tanaman berumur ≥ 40 hst.
Kerapkali aplikasi insektisida menjadi tidak efektif dan tidak efisien karena populasi sudah terlampau tinggi, faktor pemilihan jenis insektisida dari segi sifat kerjanya dan teknik aplikasi yang tidak memenuhi 6 tepat.

PELESTARIAN MUSUH ALAMI

Banyak sekali musuh alami yang diketahui efektif untuk menekan perkembangan populasi WBC antara lain predator jenis laba-laba, kumbang Coccinelid, Ophionea, dan Paederus, kepik Cyrtorhinus, predator yang hidup di air, parasitoid telur seperti Anagrus, Oligosita, dan Gonatocerus, parasitoid nimfa dan dewasa antara lain Elenchus dan Pseudogonatopus, serta cendawan/jamur patogen serangga antara lain Beauveria bassiana, Hirsutella, dan Metarhizium.
Jangan menyemprot insektisida jika tidak perlu karena akan memusnahkan musuh alami.

Keterangan : Gb.1 Imago WBC sayap panjang/Makroptera (Foto Repro).
Gb.2 Siklus hidup WBC.
Gb.3 Telur WBC yang terparasit Gonatocerus sp.(Foto: Repro)

Daftar Pustaka:
Leaflet Pengamatan & Pengendalian Wereng Batang oklat (WBC)
Balai Besar Peramalan OPT
Penyusun:
Harsono Lanya, Mustaghfirin, Baskoro SW, Urip SR


19.161 Hektar Tanaman Padi Terancam
14.56 | Author: Urip SR
Petani Diimbau Tanam Varietas Padi Tahan Wereng

BANDUNG, KOMPAS - Serangan hama wereng batang coklat di areal pertanian Jawa Barat diprediksi meluas. Sedikitnya, 19.161 hektar tanaman padi terancam serangan wereng jika penyebaran hama itu tak dihentikan. Dua pekan ini, hama wereng menyerang 7.210 hektar sawah, 395 hektar di antaranya dipastikan gagal panen.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat, ancaman wereng tersebar di 13 kabupaten. Sebanyak 17.858 hektar (93 persen) di antaranya di wilayah sentra padi, seperti Kabupaten Subang (7.720 hektar), Indramayu (5.039 hektar), Karawang (3.917 hektar), dan Bekasi (1.182 hektar). Sisanya di daerah lain.

Meluasnya ancaman serangan hama yang menjadi vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa ini, menurut Sekretaris Kontak Tani dan Nelayan Andalan Jawa Barat Rali Sukari, perlu diwaspadai. Terlebih lagi memasuki musim pancaroba, yakni peralihan iklim dari musim hujan ke musim kemarau.

”Kondisi ini menyebabkan suhu udara dan tingkat kelembaban sama-sama tinggi. Akibatnya, wereng cepat berkembang biak,” kata Rali.

Ia menambahkan, tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (hama) pada awal musim tanam gadu (kedua) 2010 ini diperparah pola tanam yang tidak serempak dan penggunaan varietas padi yang tidak direkomendasikan pemerintah.

Menurut Rali, seharusnya tiap kabupaten/kota memiliki pola tanam masing-masing agar setidaknya masa tanam di satu kawasan itu bisa serentak. Ini bisa mencegah penyebaran hama dari satu sawah ke yang lain. Selain itu, usia tanaman yang seragam juga membuat program pemusnahan hama lebih tertata karena tidak perlu khawatir merusak petak yang lain.

Varietas tahan wereng

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat Entang Sastraatmadja menyebutkan pula, penggunaan varietas padi yang tidak direkomendasikan pemerintah lebih rentan terhadap wereng batang coklat.

Hal senada disampaikan Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Kadarisman. Ia mengimbau petani menanam padi varietas tahan wereng, mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat, dan menyemprot insektisida secara massal.

Upaya itu telah ditempuh di beberapa persawahan di Karawang yang telah memasuki musim tanam gadu. Beberapa varietas yang dianjurkan ditanam, antara lain, Inpari 1-10, Mekonga, dan Ciherang. Ia mengimbau petani agar tidak menanam varietas ketan dan padi lokal yang rentan wereng.

Dari Kabupaten Indramayu dilaporkan, sedikitnya 2.571 hektar sawah di empat kecamatan juga telah terserang wereng batang coklat. Akibatnya, produktivitas lahan turun hingga 50 persen. Empat kecamatan itu adalah Cikedung, Terisi, Kroya, dan Losarang. Berbeda dengan data provinsi, lahan yang terancam wereng di Indramayu mencapai 10.984 hektar.

Beong (55), petani Desa Jatimulya, Kecamatan Cikedung, Indramayu, mengakui, sekitar 25 persen dari satu hektar sawahnya dimakan wereng. Wereng menyerang sawahnya ketika padi berusia 60 hari atau saat padi mulai berbuah. Akibatnya, banyak bulir padi hampa dan produksi berkurang.

Biasanya, produktivitas sawah di area hutan berkisar 3 ton per hektar, tetapi kini hanya panen 1,5 ton-2 ton.

”Biaya tanam juga naik, dari biasanya Rp 2 juta per hektar sekarang Rp 3 juta karena harus membeli pestisida lebih banyak,” ujar Beong.

Kepala Seksi Rehabilitasi Lahan dan Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu Abdul Muin mengatakan, kebanyakan hama wereng menyerang tanaman padi usia dewasa. Kondisi itu mendorong petani segera memanen padi meski waktu panen masih 1-3 minggu lagi. Tujuannya adalah mengurangi kerugian sebab produktivitas lahan akan turun sampai 15 persen.

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon meminta petani agar selalu mengamati secara rutin tanaman padi miliknya. Jika ada serangan, sekecil apa pun, petani diminta segera melapor supaya bisa dilakukan penyemprotan serempak pada satu hamparan sawah. (MKN/THT/GRE/Kompas.com Jumat, 23 April 2010 | 04:56 WIB)

Keterangan Gb1 : Areal pertanaman padi di daerah Patokbeusi Foto tgl 24/4/2010 (Foto:Urip)

Gb.2 : Populasi Wereng Coklat yang sangat tinggi sampai ke atas bagian daun bendera, merupakan vektor virus kerdil hampa dan kerdil rumput. (Foto: Urip SR).

.

WERENG SERANG PADI
14.46 | Author: Urip SR
Kumpulan Kliping Seputar Serangan Hama Wereng Bantang Coklat (Nilarpavata lugens STAL)
Yang tercecer dari Harian Kompas.
Sekedar peringatan agar kita selalu WASPADA dalam menghadapi MT. 2010.

Subang, Kompas - Sedikitnya 6.265 hektar tanaman padi di 102 desa di Kabupaten Subang, Jawa Barat, diserang hama wereng batang coklat tiga bulan terakhir. Sebanyak 395 hektar di antaranya gagal panen (PUSO) dan dimusnahkan untuk memutus siklus serangan.

Serangan wereng terparah terjadi di kecamatan-kecamatan seperti Pabuaran seluas 1.719 hektar (ha), Patokbeusi (1.577 ha), Ciasem (850 ha), dan Blanakan (663 ha). Dari 395 ha yang gagal panen (puso), 270 ha di antaranya di Patokbeusi, 120 ha di Ciasem, dan 5 ha di Pabuaran. Petani diperkirakan merugi hingga Rp 3 juta per ha.

Satim (60), pemilik 1 ha sawah di Desa Ciberes, Patokbeusi, Rabu (21/4), menyebutkan, wereng menyerang sejak padi berumur 40 hari. Saat usia padi 60 hari, pekan lalu, tanaman telah rusak. Daun dan batang tampak coklat kemerahan dan mengering.

Padahal, Satim telah mengeluarkan modal, antara lain Rp 1,5 juta untuk pengolahan lahan, penanaman, dan pemupukan. Dia juga membayar lebih dari Rp 1,3 juta untuk membeli pestisida dan ongkos kuli serta Rp 200.000 untuk persemaian benih. Tanaman padi milik Satim sudah tidak dapat diselamatkan dan harus dimusnahkan.

Sarma (40), petani lain di Ciberes, menambahkan, ongkos pestisida melonjak lebih dari dua kali lipat. Hingga usia padi 60 hari, penyemprotan dilakukan 13 kali. Padahal, pada musim sebelumnya dilakukan 5-8 kali hingga padi panen (100 hari).

”Modal telah banyak keluar, sementara padi harus dimusnahkan karena hama sulit dibasmi. Selain rugi, petani masih terbebani harga eceran pupuk yang naik dua pekan ini,” ujar Sarma.

Ayub (35), petani di Desa Gempolsari, Patokbeusi, menambahkan, serangan wereng yang menyerang sawahnya musim ini merupakan yang terparah dalam dua tahun terakhir. ”Wereng kadang menyerang, tetapi dapat dikendalikan dan tidak menyebabkan puso,” ujarnya.

Pemusnahan

Kepala Bidang Produksi dan Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian Subang Ani Sofiani menyebutkan, tahun lalu wereng menyerang lahan kurang dari 1.000 ha dan tidak menyebabkan puso. Tahun ini serangan eksplosif dan menyebar dengan cepat, hingga mencapai 6.265 ha dari total luas lahan di Subang pada musim tanam rendeng (pertama) ini sekitar 88.000 ha.

Ani menambahkan, agar serangan terputus dan tidak menyebar lebih luas, tanaman yang terserang disemprot dan dimusnahkan. Proses pemusnahan dilakukan petani bersama instansi terkait sejak awal pekan lalu.

Selain Dinas Pertanian Subang, upaya itu melibatkan Dinas Pertanian Jawa Barat, Kementerian Pertanian, Balai Penelitian Padi Sukamandi, Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, serta Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat.

Baskoro SW, praktisi dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, menambahkan, dampak perubahan iklim global yang memengaruhi suhu, kelembaban, dan angin turut memengaruhi perkembangbiakan dan penyebaran wereng. Untuk mengendalikan dan menekan populasi wereng, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah memutus sumber makanan atau inang, antara lain, dengan awal tanam secara serentak. (mkn/Kompas.com)***

Foto ilustrasi: Urip SR (uripsr@ymail.com)

.