Pengendalian Tikus Pratanam
11.17 | Author: Urip SR
Di daerah tanam serentak, keberhasilan usaha pengendalian tikus lebih efektif dan efisien dibanding di daerah yang tidak tanam serentak.
Pada periode persemaian, petani lebih sering berada di sawah untuk menggarap/mengolah sawahnya, sehingga petani sekaligus sebagai pelaku pengendalian harus lebih intensif.
Daya tarik persemaian terhadap kedatangan tikus cukup tinggi.
Sekitar persemaian sebagai fokus lokasi pengendalian tikus (pada lokasi pengendalian sempit berdampak positif terhadap sasaran luas).
Pada kondisi pratanam - fase vegetatif, individu/populasi tikus dewasa belum berkembangbiak; merupakan padat populasi awal. Apabila padat populasi awal dapat ditekan secara dini, artinya dapat mencegah perkembangbiakan yang potensinya dapat mencapai 1.140 ekor/pasang/tahun, maka serangan tikus selanjutnya dapat ditekan.
Apabila pengendalian dini tersebut telah dilaksanakan secara massal dan serentak serta tuntas maka pengendalian di pertanaman tidak perlu dilakukan/diminimalkan, sehingga biaya pengendalian dapat ditekan.
KUNCI SUKSES PENGENDALIAN TIKUS
Pengendalian dini, serentak, massal, terprogram, berkesinambungan, melibatkan partisipasi semua masyarakat tani dalam komando/koordinasi pimpinan wilayah dan petugas terkait.
TEKNIK PENGENDALIAN
Strategi pengendalian tikus dilaksanakan pada saat persiapan tanam (persemaian dan pengolahan tanah sawah).
Upaya tanam serentak pada satuan hamparan yang luas merupakan prasyarat penerapan PHT tikus untuk lebih efektif dan efisien.

BUBU PERANGKAP TIKUS DIPERSEMAIAN
Persemaian dipagar plastik setinggi 40 – 50 cm, berjarak 50 - 100 cm dari pematang dan dikelilingi parit/air.
Dipasang bubu tikus sebanyak 2 buah tiap persemaian/pemilikan petani.
Pemerangkapan tikus dengan bubu dilakukan selama periode persemaian.
Hasil tangkapan bubu (tikus) diambil setiap hari pada pagi hari.
Pengolahan tanah segera dilakukan pada awal persemaian agar tikus tidak tersebar dan lebih tertarik pada lokasi persemaian.
Dilakukan secara bersamaan/massal untuk memperoleh hasil yang maksimal.
UMPAN BERACUN (RODENTISIDA)DI SEKELILING PESEMAIAN
Dipasang umpan beracun (rodentisida) pada pematang di luar pagar plastik sekitar persemaian sebagai komplemen dan atau pengganti bubu tikus.
Banyaknya umpan beracun siap pakai (anti koagulan) 5 - 10 titik(20 gram tiap titik umpan) pada setiap persemaian/pemilikan petani.
Amati umpan pada hari kedua setelah pemasangan. Apabila umpan dimakan setiap titik mencapai 50% atau lebih maka umpan beracun perlu ditambah menjadi sejumlah semula atau 2 kali. Selanjutnya pengamatan umpan dilakukan setiap hari dan dilakukan penambahan umpan seperti cara sebelumnya.
Pengolahan tanah segera dilakukan pada saat awal persemaian agar tikus lebih tertarik pada lokasi persemaian.
Dilakukan secara bersamaan/massal agarmemperoleh hasil yang maksimal., untuk itu musyawarah, koordinasi, dan pengaturannya harus terlaksana dengan baik.
KOMPLEMEN PENGENDALIAN PRATANAM
Gerakan sanitasi/kebersihan lingkungan di lokasi sarang tikus.
Pemasangan umpan beracun di sekitar sarang tikus dan lubang-lubang aktif.
Melaksanakan gropyokan (bongkar, bunuh, betulkan), dapat dengan pemanfaatan anjing pemburu.
Melakukan pengemposan asap beracun pada liang aktif.
Konservasi dan pemanfaatan musuh alami, antara lain adalah burung hantu (Tyto alba).
KOORDINASI/KOMANDO GERAKAN
Pengendalian tikus perlu dikoordinasikan/ dikomando dengan baik pada tingkat kelompok, hamparan, wilayah, untuk itu peran pimpinan wilayah mutlak diperlukan.
MANFAAT PENGENDALIAN PRATANAM
Menekan kerugian/susut hasil panen akibat serangan tikus, apabila pengendalian tuntas pada pra-tanam maka aman sampai panen.
Menekan kebutuhan tenaga dan biaya untuk pengendalian tikus.
Berdasarkan pengalaman kelompok tani binaan (di daerah endemis tikus); pengamanan hasil panen > 1,0 ton GKP/ha lebih tinggi dibandingkan kelompok tani yang tidak melaksanakan pengendalian tikus pratanam/ di persemaian.

Sumber: Leaflet Pengendalian Tikus Pratanam BBPOPT @2010
Foto Courtesy BBPOPT Jatisari
Hawar Daun Bakteri/Kresek
11.14 | Author: Urip SR
Hawar Daun Bakteri (HDB) dikenal sebagai penyakit kresek, umumnya serangan berkembang pada musim hujan maupun musim kemarau yang basah. Hawar daun bakteri telah menjadi penyakit padi penting, dan tersebar di seluruh Indonesia. Akibat serangan penyakit kresek dapat menurunkan produksi secara nyata. Penyakit ini menyebar terbawa air, angin, benih, dan infeksi terjadi melalui stomata.
Perkembangan penyakit HDB sangat dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dan suhu relatif tinggi. Pada musim hujan yang hari-harinya berawan, penyakit berkembang sangat baik. Penanaman varietas rentan dengan jarak tanam yang rapat, penggunaan pupuk nitrogen (N) berlebihan, rendahnya pemupukan yang mengandung Kalium (K) dan fosfor (P) akan mendorong perkembangan patogen tersebut.
Gejala
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala yang khas yaitu kresek dan hawar. Kedua gejala tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:
Kresek
Gejala yang terjadi pada tanaman berumur < 30 hari setelah tanam (persemaian atau tanaman muda).
Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung.
Dalam keadaan parah seluruh daun menggulung, layu dan mati, mirip tanaman yang terserang penggerekbatang padi atau terkena air panas.
Hawar
Merupakan gejala yang paling umum yang dijumpai pada pertanaman yang telah mencapai perkembangananakan sampai fase pemasakan.
Gejala diawali dengan timbulnya bercak abu-abu (kekuning-kuningan) umumnya pada tepi daun.Dalam perkembangannya gejala akan meluas membentuk hawar (blight) dan akhirnya daun mengering.
Dalam keadaan lembab terutama di pagi hari, koloni bakteri berupa butiran berwarna kuning keemasan dapatdengan mudah ditemukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala hawar.
Faktor yang mempegaruhi perkembangan HDB
Kondisi kelembaban tinggi, dan suhu relatif tinggi,
Penanaman varietas rentan,
Jarak tanam terlalu rapat,
Penggunaan pupuk Nitrogen (N) berlebihan (≥ 300 kg urea/ha).
Pengendalian
Penanaman varietas tahan antara lain varietas Conde, Angke, Mekongga, Inpari 5, Inpari 10, dan Merawu,
Persemaian di tempat yang drainasenya baik,
Pemakaian pupuk nitrogen tidak terlalu tinggi,
Tandur jajar dengan sistem legowo 2:1,
Menggunakan agens antagonis Corynebacterium,
Penggunaan pestisida efektif yang terdaftar.
Cara Aplikasi Corynebacterium
Perlakuan pada benih (perendaman benih) sebelum sebar selama ± 15 menit, atau penyemprotan bibit di persemaian,
Penyemprotan pada tanaman padi dilakukan pada umur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam,
Aplikasi Corynebacterium dapat dicampur perekat, baik perekat yang membuat sendiri (kanji/tepung ubi kayu)
atau perekat yang telah tersedia di kios saprotan,
Sprayer dibersihkan dari sisa-sisa pestisida,
Jangan mencampur agens antagonis dengan pestisida.
Dosis
Dosis agens antagonis Corynebacterium: 2,5 liter/ha. Konsentrasi larutan 5 cc/liter air, dengan volume semprot 500 liter/ha.
Waktu Aplikasi
Aplikasi dilakukan pada sore hari, mulai pkl. 15.00 atau hindari aplikasi saat matahari terik, untuk mencegahrusaknya bakteri karena pengaruh sinar matahari.
.
Perbanyakan Parasitoid Trichogramma sp.
11.56 | Author: Urip SR
Parasitoid dikenal sebagai salah satu musuh alami yang sangat berperan dalam menekan perkembangan hama penggerek batang padi (Scirpophaga sp.) di alam. Oleh karena itu usaha konservasi ataupun eksplorasi pemanfaatan parasitoid untuk usaha pengendalian hayati di lapangan dapat diperbanyak di laboratorium dengan menggunakan telur Corcyra cephalonica (ngengat beras) sebagai inangnya.
Dibeberapa kabupaten di Pulau Jawa parasitoid penggerek batang padi (PBP) tersebut di beberapa tempat telah diperjual belikan kepada petani/diantara petani dalam bentuk kemasan kertas pias. Demikian juga penggunaan parasitoid telur untuk pengendalian hama penggerek pada tanaman tebu, seperti di Jawa Tengah sudah diproduksi secara besar-besaran untuk menekan serangan penggerek pucuk pada tanaman tebu.
Diketahui, ada tiga jenis parasitoid telur penggerek batang padi yang efektif yaitu Tetrastichus sp., Telenomus sp., dan Trichogramma sp. Dari ketiga jenis parasitoid ini yang mudah diperbanyak di laboratorium adalah jenis Trichogramma sp.
I. Pembiakan inang Corcyra
1. Bahan dan Alat:
Bok pemeliharaan (rearing)
ukuran 90X40X10 cm.
Tabung peneluran diameter 12 cm,
tinggi 20 cm.
Pakan (campuran pakan ayam, dedak dan jagung giling dengan perbandingan 1:1:1.
Tabung reaksi diameter 3 cm, tinggi 25 cm.
Petridish/cawan petri.
Kertas karton, kuas, gunting, cutter, saringan teh.
2. Prosedur Pembiakan Corcyra .
Pakan (campuran pakan ayam, dedak dan jagung giling dengan perbandingan 1:1:1). Agar tidak terkontaminasi dengan hama lain, pakan terlebih dahulu dioven atau disangrai, kemudian dimasukkan ke dalam bok pemeliharaan (rearing) ratakan hingga ketebalan 3 cm ( ± 4 kg per bok).
Masukkan telur Corcyra ± 10.000 per box pemeliharaan sampai ngengat muncul sekitar 6 minggu.
Ngengat yang muncul dikumpulkan dengan menggunakan tabung reaksi, kemudian masukkan ke dalam tabung peneluran yang terbuat dari kertas karton. Bagian atas dan bawah tabung peneluran ditutup kain kassa.
Tabung peneluran disimpan dengan posisi tegak diatas petridish yang telah diberi alas kertas.
Peneluran dilakukan selama 1 hari.
Telur-telur yang menempel pada kassa disikat dengan kuas dan ditampung pada cawan petridish.
Telur dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan saringan teh.
Telur yang telah bersih sebagian digunakan untuk pembiakan parasitoid dan sebagian yang lain dibiakkan lebih lanjut (sesuaikan dengan kebutuhan).
II. Pembiakan Parasitoid Trichogramma sp.
Bahan dan Alat:
Stater parasitoid (Trichogramma sp.)
Telur C. cephalonica hasil pembiakan.
Kertas karton.
Kertas pias ukuran 1,5 cm X 9 cm.
Tabung reaksi diameter 3 cm, tinggi 25 cm.
Gom arab.
Kuas, gunting, cutter, kain hitam, karet gelang.
Lampu ultra violet 15 watt.
Lemari pendingin (kulkas).
2. Prosedur pembiakan parasitoid
Trichogramma sp.
Siapkan pias yang terbuat dari karton manila yang berukuran 1,5 X 9 cm.
Pias dilapisi gom arab yang sudah dicampur air dengan perbandingan 1:2.
Taburkan sekitar 2.000 butir telur Corcyra secara merata pada pias yang telah dilapisi gom arab, kemudian dikering anginkan selama 5 menit.
Pias yang berisi telur Corcyra disterilkan dengan penyinaran lampu ultra violet (15 watt) selama 30 menit.
Satu pias berisi stater parasitoid dan 5 pias berisi telur Corcyra yang sudah steril dimasukkan ke dalam satu tabung reaksi.
Setelah 4 hari sudah ada penampakan telur yang terparasit berwarna kehitam-hitaman.
Pias berisi telur Corcyra yang telah terparasit siap digunakan langsung di lapang. Atau disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) selama 3-4 hari.
Apabila pias berisi telur Corcyra terparasit tidak digunakan dapat disimpan dalam lemari pendingin (bias bertahan selama 3 minggu).
III. Pelepasan parasitoid Trichogramma sp.
1. Bahan dan alat:
Pias berisi telur terparasit
Gelas plastik (bekas kemasan air mineral).
Benang/tali rafia.
Ajir ukuran panjang 1,5 meter.
2. Prosedur pelepasan parasitoid
Pias-pias berisi telur terparasit dilubangi pada ujungnya dan diikat dengan benang.
Bagian dasar gelas plastik dilubangi.
Benang pengikat dimasukkan ke dalam lubang pada dasar gelas plastik sehingga pias berada di dalam gelas.
Gelas plastik dengan pias digantungkan/dijepit terbalik pada ajir dan disimpan/diaplikasikan di lapangan dengan kepadatan ± 100 pias/Ha untuk 9 kali pelepasan. Waktu pelepasan dan jumlah pias adalah sebagai berikut:
1. Pesemaian umur 10 HSS = 12 pias.
2. Pesemaian umur 14 HSS = 12 pias.
3. Pertanaman umur 2 MST = 12 pias.
4. Pertanaman umur 3 MST = 12 pias.
5. Pertanaman umur 4 MST = 12 pias.
6. Pertanaman umur 5 MST = 10 pias.
7. Pertanaman umur 6 MST = 10 pias.
8. Pertanaman umur 7 MST = 10 pias.
9. Pertanaman umur 8 MST = 10 pias.
Pias-pias dipasang menyebar dan merata di lapangan.
Pelepasan parasitoid dapat juga dilakukan berdasarkan populasi telur PBP, 1 pias (1500 parasitoid) untuk 50 kelompok telur penggerek.
.
Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau kresek yang disebabkan oleh bakteri patogen Xanthomonas oryzae, saat ini merupakan salah satu penyakit utama padi yang dapat menimbulkan kerugian baik secara kuantitas maupun kualitas. Sebagai contoh di Desa Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang pada MT.2006/2007 kerugian akibat penyakit HDB mencapai 60%, bahkan pada musim-musim terakhir ini di beberapa lokasi endemis kehilangan hasil dapat mencapai 60%. Teknologi pengendalian penyakit HDB saat ini mulai mendapat perhatian besar dalam upaya menekan kerugian tersebut.
Balai Besar Peramalan OPT mempunyai agens antagonis untuk pengendalian penyakit HDB yaitu Corynebacterium (Wibowo, B.S., et al.1997). Corynebacterium diperoleh secara alami yang diisolasi dari daun padi yang sehat diantara daun padi yang terinfeksi penyakit HDB. Corynebacterium telah melalui uji efektifitas baik secara laboratorium maupun tingkat lapangan.
Corynebacterium merupakan bakteri antagonis yang secara morfologis dapat dikenali dari bentuk elevasi cembung dengan warna coklat susu keruh. Corynebacterium masih diperlukan identifikasi lanjutan untuk sampai pada spesies sedang diidentifikasi.

PERBANYAKAN Corynebacterium

Perbanyakan Corynebacterium dengan menggunakan media cair, yaitu EKG (Ekstrak Kentang Gula). Bahan yang digunakan untuk media EKG yaitu kentang, gula dan air bersih.
Untuk standarisasi larutan EKG ukuran 1 (satu) liter dengan perbandingan bahan 300 gr kentang, 15 gr gula pasir dan 1 liter air.
Cara membuat EKG
Pilih kentang yang baik, segar dan sehat.
Kupas kentang, kemudian cuci bersih dan diiris tipis-tipis. Irisan kentang masukan ke dalam panci yang telah diberi air.
Rebus irisan kentang sampai empuk (jika dirasakan hambar) dan sekali-kali diaduk.
Saring rebusan kentang dan ambil ekstraknya, masukan ekstrak kentang ke dalam panci, dan tambahkan gula pasir kemudian masak dengan api kecil sampai gula larut.
Dinginkan ekstrak kentang yang sudah ditambah gula, kemudian masukkan ke dalam derigen. Siapkan isolat Corynebacterium untuk inokulasi dan proses diinkubasi.

Proses perbanyakan

Setelah dingin masukkan stater/isolat atau biang agens hayati Corynebacterium. Perbandingan larutan EKG dengan isolat Corynebacterium adalah 5 (lima) liter EKG dengan 1 (satu) tabung reaksi (test tube) isolat Corynebacterium. Perbanyakan melalui cara diinkubasi dengan penambahan/pengaliran udara/ada oksigen.
Dari airator udara dialirkan melalui selang plastik, masuk ke botol KMnO4 (agar steril), diteruskan ke botol berisi glass wall (agar tidak ada percikan cairan KMnO4), dan aliran udara diteruskan masuk ke dalam media EKG (yang telah diisi isolat).
Rangkaian perbanyakan/inkubasi Corynebacterium dengan media EKG, seperti terlihat pada gambar berikut:
Perbanyakan agens antagonis Corynebacterium dengan proses tersebut memerlukan waktu selama 14 hari, sudah siap digunakan. Prakteknya, mudah dilakukan petani.
PENYAKIT SASARAN
Corynebacterium dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis penyakit, baik pada tanaman pangan maupun hortikultura, saat ini cukup berkembang.
Tanaman Pangan antara lain adalah:
Penyakit HDB/ kresek, BRS, Blas dan Cercospora.
Tanaman Hortikultura :
Penyakit layu pada sayuran (tomat, cabai).
Penyakit akar gada pada kubis.
Penyakit layu pada pisang.

CARA APLIKASI Corynebacterium

Perlakuan benih padi (perendaman benih) selama ± 15 menit, atau penyemprotan bibit di pesemaian.
Penyemprotkan pada tanaman padi, khusus terhadap penyakit padi (HDB, blas, BRS) dilakukan pada umur 14, 28, dan 42 hst.
Aplikasi Corynebacterium dapat dicampur dengan perekat, baik perekat yang membuat sendiri (kanji/ tepung ubikayu) atau perekat yang telah tersedia di kios-kios.
DOSIS
Dosis Corynebacterium = 2,5 liter/ha. Konsentrasi larutan Corynebacterium yang digunakan untuk pengendalian penyakit tanaman 5 cc/liter air, dengan volume semprot 500 liter/ha.
Ket. Foto 1. Skema Perbanyakan Corynebacterium
Foto 2. Aplikasi di lapang
Foto 3. Petak kontrol dan Petak Perlakuan Corynebacterium (mulus tanpa serangan BLB/kresek)

WAKTU APLIKASI

Aplikasi dilakukan pada sore hari, mulai pukul 15.00, atau hindari aplikasi saat matahari terik, untuk mencegah rusaknya bakteri karena pengaruh sinar matahari.
Peringatan:
Sprayer dibersihkan dari sisa-sisa pestisida.
Tidak dianjurkan untuk mencampur agens antagonis dengan pestisida.
.
Penyakit Tungro
11.39 | Author: Urip SR
Gejala serangan virus tungro berupa pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil dan jumlah anakan berkurang. Daun menguning sampai jingga dari mulai pucuk kearah pangkal.
Tanaman muda lebih rentan. Semakin muda umur tanaman terinfeksi, tanaman menjadi semakin kerdil dan produksinya semakin rendah. Apabila tanaman tua terinfeksi, tidak menimbulkan gejala dan penurunan hasil, tetapi dapat menjadi sumber infeksi.
Virus penyebab penyakit tungro ditularkan oleh beberapa jenis wereng daun hijau (sebagai vektor) dengan efisiensi penularan yang berbeda, Nephotettix virescens paling tinggi efisiensi penularannya. Nimfa dan serangga dewasa dapat menularkan virus. Telur tidak tertular virus, meskipun serangga betina dewasa membawa virus tungro.
Virus tidak dapat berkembang pada tubuh vektor. Vektor efektif menularkan virus paling lama 7 hari, setelah itu apabila tidak lagi menghisap pada tanaman sakit, vektor menjadi serangga bebas virus. Apabila serangga menghisap lagi tanaman terinfeksi virus tungro, maka akan menjadi vektor aktif lagi. Efektivitas penularan virus akan hilang setelah ganti kulit.
Sumber serangan adalah tanaman dan bibit terinfeksi, singgang, gulma terutama teki dan eceng, serta padi liar yang telah terinfeksi virus.
Luas dan intensitas serangan tungro dipengaruhi oleh populasi dan sebaran vektor, serta sumber serangan. Serangga vektor sangat aktif memencar.
Telur banyak terparasit oleh Gonatocerus sp. dan Paracentrobia sp., sedangkan nimfa terparasit oleh Pipunculus sp.
Kebiasaan perilaku pemencaran imago wereng daun hijau menyebabkan kepadatan populasi puncak pada suatu petakan sawah relatif rendah, karena waktu tinggalnya pendek, dan jumlah telur yang diletakkan sedikit. Puncak kepadatan populasi tertinggi lebih sering terjadi pada pertengahan fase pertumbuhan tanaman.
Meskipun kepadatan populasi vektor umumnya rendah, namun apabila ada sumber virus, meluasnya penyakit tungro dipercepat oleh kemampuan vektor melakukan pemencaran antar petakan sawah terutama pada sawah yang ditanam tidak serentak.

Cara Pengendalian

1). Waktu tanam tepat
Singgang merupakan sumber inokulum virus tungro. Agar terhindar dari infeksi virus yang berasal dari singgang, maka persemaian dilakukan paling tidak 5 (lima) hari setelah pengolahan tanah selesai dan tidak ada lagi singgang. Tanam diupayakan seawal mungkin sehingga pada saat populasi wereng hijau mencapai puncak, tanaman padi sudah berumur > 60 hst dan lebih tahan tungro.
Waktu tanam yang tepat dapat ditentukan dengan memperhatikan fluktuasi populasi wereng daun hijau dan keberadaan tungro tahunan. Waktu tanam yang tepat adalah saat tanam yang dapat menghindarkan tanaman pada saat fase rentan (≤ 30 hst)
tidak bertepatan dengan tekanan tungro tinggi (populasi wereng hijau dan keberadaan gejala tungro tinggi).
2). Bibit sehat
Jangan memindahkan/menggunakan bibit dari daerah endemis tungro.
3). Tanam serentak
Untuk membatasi keberadaan umur tanaman yang rentan terhadap perkembangan dan penularan virus tungro dilakukan upaya tanam serentak pada hamparan seluas-luasnya/unit hamparan pengairan.
4). Pergiliran tanaman
Dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi/bukan inang virus tungro.
5). Penggunaan varietas tahan
Penggunaan varietas tahan sesuai dengan keadaan setempat. Varietas tahan virus tungro: Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, dan Bondoyudo, serta varietas agak tahan virus tungro: yang baru dilepas tahun 2009: Inpari 8 dan Inpari 9.
6) Pergiliran varietas tahan
Penanaman varietas tahan yang sama secara terus menerus di areal yang luas akan memberikan tekanan seleksi yang tinggi bagi vektor dan virus. Hal ini akan memunculkan strain/koloni baru yang dapat mematahkan varietas tahan. Wereng hijau dikenal cepat beradaptasi terhadap varietas tahan, dengan demikian pergiliran varietas dapat mencegah atau menunda munculnya strain/koloni baru.
7). Sanitasi dan Eradikasi
Eradikasi dilakukan dengan cara pengolahan tanah dan pembenaman sumber tungro, untuk menghilangkan atau menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus menekan terjadinya penularan virus tungro lebih lanjut. Sanitasi dilakukan dengan cara mencabut dan membenamkan tanaman terserang, turiang/singgang dan rumput yang menjadi inang.
8). Pengendalian vektor
Di daerah endemis tungro dilakukan aplikasi insektisida butiran 6 kg/500 m2 sehari sebelum sebar benih. Apabila diperlukan di pertanaman dilakukan aplikasi insektisida sehari sebelum tanam dengan dosis sesuai anjuran.
Aplikasi insektisida di persemaian dapat juga dilakukan apabila nilai indeks tekanan tungro > 75, dan pada pertanaman apabila saat berumur < 3 mst ditemukan 2 rumpun tanaman terserang tungro per 100 rumpun, disamping terus dilakukan sanitasi terhadap tanaman sakit.
.
Ulat Grayak/Tentara pada Padi
10.54 | Author: Urip SR
Hama ini dinamakan ulat grayak atau tentara oleh karena mempunyai sifat merusak tanaman secara bergerombol dan berpindah tempat pun secara serentak. Ngengat dewasa aktif pada malam hari, pada saat tersebut serangga dewasa makan, berkopulasi dan bermigrasi. Pada siang hari ngengat beristirahat di dasar tanaman. Hama ini sangat rakus pada stadia larva dan serangan dapat terjadi pada semua fase tumbuh tanaman padi, mulai dari pembibitan sampai fase pengisian bulir. Biasanya bagian tanaman padi yang diserang pada bagian daun dan batang. Cara merusaknya mula-mula ulat makan helai daun, dimulai dari ujung daun, hingga tinggal tulang daun dan batang. Sedangkan pada tanaman padi yang telah keluar malai, tangkai malai padi dipotong atau dirusak. Ulat tentara yang menyerang tanaman padi bisa dibedakan 3 macam yaitu : ulat tentara kelabu, ulat tentara coklat hitam dan ulat tentara bergaris kuning.

Bioekologi:

Telur:
Diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun padi atau rerumputan rata-rata 100 butir. Telur ditutupi sisik berwarna kelabu.

Larva:
Larva yang baru menetas sangat aktif bergerak sambil makan dengan cara meraut bagian hijau daun pada ujung daun dan beristirahat pada tepi daun muda yang digulung sehingga tidak mudah ditemukan.
Larva menggulungkan diri pada tanaman dengan benang sutra, dalam keadaan istirahat larva membentuk huruf C, stadium larva 22 hari, terdiri 5 instar.

Pupa:
Pupa terbentuk didalam tanah, pada lahan sawah lembab atau diantara rerumputan sekitarnya,

Imago:
Berwarna hitam kelabu, sayap depan berwarna coklat kelabu dilengkapi bercak coklat gelap dan kuning gelap dan satu garis kelabu dekat pinggir bercak. Selain makan daun, juga memotong pangkal batang tanaman muda dan tangkai malai.
Kerusakan berat biasanya terjadi setelah periode kering yang cukup lama yang diikuti hujan besar.

Cara Pengendalian:
Persemaian jauh dari areal yang banyak rerumputan
Sanitasi persemaian
Penggenangan persemaian
Persemaian yang sudah terserang sebaiknya digenangi air.
Bila diperlukan gunakan insektisida yang berbahan aktif BPMC atau karbofuran.
.
Hama Pentil (Ganjur) Gall midge
09.01 | Author: Urip SR
Hama ganjur sering dikenal dengan mana daerah al: hama pentil, mentil, hama bawang, hama mendong, dengan nama latin Orseolia oryzae (Wood-Mason). Ganjur umumnya bukan merupakan hama utama padi di Indonesia. Hama ini hanya sedikit merugikan, sangat bersifat lokal, dan hanya terjadi pada musim-musim tertentu. Namun demikian, serangan ganjur dapat terjadi sejak pertanaman masih di pembibitan sampai tanaman mencapai fase primordia.
Gejala khas ganjur adalah tunas padi yang tumbuh menjadi bentuk pentil atau daun bawang, dengan panjang bervariasi, 15-20 cm. Anakan yang terserang ganjur tidak mampu menghasilkan malai. Serangga dewasa ganjur menyerupai nyamuk kecil, tidak kuat terbang sehingga penyebaran sangat terbatas. Serangga ini aktif pada malam hari dan sangat tertarik cahaya.

Bioekologi:

Telur:
Berbentuk lonjong, berwarna putih bening sampai orange, panjang 0,5 mm dan lebar 0,2 mm.
Ngengat betina mampu bertelur 100 - 200 butir, telur diletakkan terpencar/dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 butir. Sekitar 60-70% telur terletak pada pelepah daun dan sisanya pada helaian daun.

Larva:
Berwarna orange, panjang sekitar 1,3 mm, larva merayap menuju titik tumbuh melalui celah diantara jaringan titik tumbuh dan larva masuk dengan membentuk rongga, biasanya pada satu tunas dijumpai 1 larva.

Pupa:
Berwarna pucat dan pada saat menjelang imago akan berwarna merah jingga, pada pupa terdapat duri-duri, panjang pupa sekitar 2,5 mm, pra-pupa bergerak menuju ke arah ujung puru dengan menggunakan deretan duri pada tubuhnya.

Imago/ngengat:
Berwarna merah cerah/merah kusam, ukuran sebesar nyamuk, siklus hidup 26-35 hari, aktif pada malam hari dan tertarik cahaya lampu.
Ngengat hidup dengan menghisap embun yang terdapat pada permukaan daun.
Nisbah kelamin jantan/betina adalah 4:1, betina hanya kawin sekali. Serangga ganjur hanya menyerang tanaman pada fase vegetatif, akibat serangan daun menjadi puru (pentil) dan tidak menghasilkan malai. Serangga dewasa muncul pada awal musim hujan, sebelum berkembang biak pada tanaman padi serangga ganjur sudah melalui 1 atau 2 generasi pada rerumputan, satu musim dapat mencapai 3-4 generasi.

Gejala serangan: Larva serangga ganjur memakan tanaman padi pada titik tumbuh yang menyebabkan daun tumbuh berbentuk gulungan seperti daun bawang (puru/pentil). Pada titik tumbuh inilah larva makan dan berlindung sehingga titik tumbuh rusak. Timbulnya puru diduga disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh larva pada saat memakan titik tumbuh.
Puru mulai tampak 3-7 hari setelah larva mencapai titik tumbuh, puru yang telah berkembang sempurna berdiameter 1-2 mm dan panjang 10 - 30 mm. Perkembangan optimum terjadi pada kelembaban nisbi 80% suhu antara 25 - 30 derajat C, cuaca mendung dan hujan gerimis. Serangan berat terjadi pada musim hujan terutama untuk tanaman yang terlambat tanam, umumnya dijumpai didaerah sawah irigasi maupun tadah hujan.

Cara Pengendalian:
Pengaturan tanam lebih awal sehingga pada saat kelembaban tinggi tanaman sudah masuk fase generatif. Upaya penanaman dini perlu dilakukan secara serentak.
Jarak tanam renggang 25 x 30 cm dengan jumlah bibit 2 - 3 bibit.
Penyiangan perlu dilakukan untuk menekan perkembangan hama ganjur.
Tanam varietas tahan seperti Ciliwung dan Asahan.
Hama ganjur dewasa tertarik terhadap cahaya, oleh karena itu pasang lampu perangkap untuk menangkap ganjur dewasa.
Bila terjadi serangan berat gunakan insektisida granular yang berbahan aktif karbofuran karena bekerja secara sistemik. (USR)***

Sumber Pustaka:
Masalah lapang Hama, Penyakit, Hara, hal 16 - 17. Puslitbang TP/IRRI
Mengenal dan mengendalikan OPT Padi, hal. 24 - 25. Syngenta
.
(Selasa 1/5) Ribuan buruh mulai bergerak menuju Istana. Gelombang buruh menguasai jalur di kawasan Bundaran HI hingga Istana, termasuk jalur Bus TransJakarta, massa tumpah memadati setiap jalur menuju Istana. Ada juga buruh yang konvoi dengan motor. Pengendara yang terjebak di kawasan itu terpaksa bersabar hati menanti buruh selesai jalan kaki dan menuju Istana. Demikian gambaran kota Jakarta yang ditayangkan beberapa stasiun TV swasta dalam program "Breaking News".
Hari ini Jakarta benar2 milik para buruh, hampir semua kawasan macet oleh peserta demo, peringatan puncak di Gelora Bung Karno diisi dengan orasi tuntutan para pendemo dari berbagai federasi buruh se Pulau Jawa. Tuntutan yang hampir seragam adalah meminta pihak Pemerintah untuk mencabut UU Outsourching dan upah yang layak bagi kaum buruh. Hidup kaum buruh selamat memperingati hari buruh 1 Mei 2012. Damai Yes...Kekerasan No...! Tapi ingat Pemerintah jangan tutup mata dan telinga kalau tidak mau terjadi revolusi dinegeri ini.

Asal usul May day sebagai Hari Buruh Internasional

May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Gerigi-gerigi panas mesin era industri membelalakkan mata kaum pekerja terhadap kondisi masyarakat. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis Barat. Amerika Serikat merupakan contoh konkrit. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, menuai amarah dan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di 1806 oleh pekerja cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.
Abad 19 juga menandakan sebuah momen penting kesadaran kelas pekerja dunia. Kongres Internasional Pertama [i], diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: “Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres merubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.” Kaum revolusioner waktu itu menganggap bahwa tuntutan delapan jam sehari bukanlah tuntutan final, melainkan taktik untuk mengakselerasikan kesadaran kelas yang luas di antara kalangan kelas pekerja. Semenjak saat inilah, gerakan pekerja mulai menggemakan ide-ide mengenai solidaritas internasional. Di mana harapan akan sebuah dunia baru yang lebih baik mulai bersemi di setiap hati para kelas pekerja dunia yang beramai-ramai berseru: “Derita satu adalah derita yang dirasakan semua!” Kongres Jenewa merupakan titik berangkat transformasi visi dan strategi gerakan kelas pekerja di masa depan.
Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut.
Selamat Hari Buruh, kami ikut mendukungmu..!!!
(Dari berbagai sumber)***
Foto: Courtesy solopos.com
.