Atasi Kutu Putih Pada Ubikayu
15.43 | Author: Urip SR
Gejala serangan Kutu Putih (Foto: Idah Faridah)
Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil singkong terbesar di dunia, bersama Brasil, Nigeria, dan Thailand.  Selain sebagai bahan untuk diversifikasi pangan, singkong juga berperan sebagai sumber pakan, bahan baku industri, dan bahan baku energi.  Sejak tahun 2010, keberlanjutan produksi singkong di Indonesia terancam oleh adanya invasi hama kutu putih Phenacoccus manihoti yang berasal dari Brasil.  Areal singkong di Indonesia yang berisiko terserang kutu P. manihoti seluas 146.000 ha, dengan potensi kehilangan hasil 882.000 hingga 2.441.000 ton per tahun. 
Petani singkong di Lampung Tengah masih belum banyak melakukan tindakan dalam mengendalikan hama penyakit, biasanya petani hanya mengendalikan gulma dengan cara mekanik dan herbisida selebihnya tidak ada tindakan pengendalian.
Ancaman hama baru ini menurut Kortikab POPT-PHP Lampung Tengah Bpk Ponijan pada tahun 2013 pun sudah ditemukan. Gejala bagian pucuk tanaman ubi kayu mengkerut, menggerombol seperti bunga dan terdapat kutu putih  didalamnya.
Terindikasi hama kutu tersebut adalah Phenacoccus manihoti. Terdapat jenis kutu lainya yang ditemukan di tanaman singkong di Lampung Tengah. Kutu Phenacoccus manihoti merupakan hama invasif/asing berasal dari negara inang nya yaitu ubi kayu Amerika Latin (Brazil dan Paraguay), masuk ke Kongo Afrika tahun 1970 dan menimbulkan kerusakan sampai 82%, tahun 2000 seluruh Afrika terserang kutu tersebut, hingga menimbulkan kerusakan parah pada singkong. Di Thailand, hama itu masuk pada Tahun 2009 dan menyerang 230.796 hektar (21%) dan sejak saat itu menjadi hama utama singkong disana.  Menurut Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc dari IPB, di Indonesia hama ini ditemukan pertama kali di Bogor, Jawa Barat pada tahun 2010. Serangan hama ini akan lebih berkembang di musim kemarau, dilaporkan Kehilangan hasil di Asia mencapai 30- 50%.
Morfologi
Morfologi dan siklus hidup Phenacoccus manihoti  menurut CABI, 2013. Telur berbentuk lonjong berwarna kuning keemasan tertutup ovisacs wol berwarna putih panjang 0,30 – 0,75mm, lebar 0,15 –0,30 mm.  Antena pada instar pertama terdiri dari 6 bagian, sedangkan instar selanjutnya 9 bagian tapi kadang kadang terlihat 7-8 bagian, nimfa dan dewasa  berwarna pink, instar pertama mempunyai panjang dan lebar tubuh 0,40 – 0,75 mm dan 0,20 – 0,30 mm, Instar kedua mempunyai panjang dan lebar tubuh 1,00 – 1,10 mm dan 0,50 – 0,65 mm, Instar tiga mempunyai panjang dan lebar 1,10 – 1,150 dan 0,50 – 0,60 mm, Instar empat/dewasa mempunyai panjang dan lebar 1,10 – 2,6 mm dan 0,50 – 1,40 mm. Betina dewasa berbentuk bulat berwarna pink berselimut lilin tepung putih, mata lebih menonjol, kaki berkembang dengan baik, segementasi tubuh sangat jelas terlihat.     Siklus hidup Phenacoccus manihoti rata rata dari telur – dewasa sekitar 28,48 harihari,telur akan menetas 7-8 hari setelah diletakan, nimpha instar 1 rata-rata 4,85 Hari, instar 2 rata rata 4,20 hari, instar 3 rata-rata 4,58 hari. Betina mempunyai umur lebih panjang yaitu 34,38 hari, rata2 mampu bertelur 570 butir. Kutu putih merupakan serangga Parthenogenesis artinya bisa berkembang biak tanpa kehadiran kutu jantan, kutu putih hanya menghasilkan keturunan betina.
Gejala serangan
Gejala serangan menurut sumber literatur menyebutkan ketidanormalan daun dan tunas, daun menguning dan keriput/keriting, mati pucuk, melemahnya batang sehingga tidak dapat digunakan untuk bibit, memendeknya ruas batang.  Pemencaran kutu lewat angin, hewan, bahan tanaman, pakaian.
Pengendalian
 Upaya pengendalian kutu putih yang dilakukan dengan pendekatan PHT antara lain sebagai berikut :
Menanan varietas tahan (sampai saat ini belum ada vareitas yang tahan terhadap kutu putih)
Pengendalian biologi (agen hayati: seperti parasitoid Anagyrus lopezi, predator Plesiochrysa ramburi, cendawan Beauveria Bassiana dan Metarhizium sp dan pestisida nabati)
Praktek budidaya tanaman (sanitasi pada lahan yang sebelumnya terserang, pembersihan tanah 2 minggu sebelum tanam)
Pengendalian mekanis : memotong bagian tanaman terserang dan membakarnya
Monitoring dan dukungan kebijakan.
Pestisida (prefentif  seperti merendam bibit dalam larutan pestisida kimia sebelum ditanam, dan kuratif)
Keberadaan hama kutu putih singkong spesies Phenacoccus manihoti di Indonesia masih sangat terbatas dan masih belum banyak informasi penyebaranya, oleh karena itu monitoring, pemantauan serta pelaporan hama kutu putih ini sangat diperlukan.
Semoga bermanfaat! (Idah Faridah/Urip SR)***

Referensi :
http://eviekepompong.blogspot.com/
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64214
www.cabi.org/isc/datasheet/40173
www.plosone.org
Makalah kutu putih singkong di Indonesia dan upaya pengendalian hayati dengan parasitoid, Aunu Rauf, 2014, disampaikan dalam seminar kutu putih vs parasitoid pengelolaan hama asing invasif berbasis ekologi, Bogor  24 September 2014.
.