KOMPOS PLUS
15.24 | Author: Urip SR
PEMBUATAN KOMPOS + (Trichoderma sp)
Ketersediaan pupuk sebagai sumber unsur hara bagi tanaman adalah merupakan hal yang mutlak, agar tanaman menjadi sehat, tahan terhadap serangan OPT dan dengan demikian diharapkan mampu mencapai produksi yang optimal. Namun mengandalkan pupuk an organik untuk memperbaiki kesuburan tanah, selain mengganggu keseimbangan agroekosistem, juga akan menyulitkan petani bila persediaannya terbatas dan harganya relatif mahal.
Alternatif yang memberikan harapan bagi petani dalam mengatasi hal diatas adalah dengan memanfaatkan jerami padi sebagai kompos (pupuk organik). Dengan menggunakan agens hayati Trichoderma proses pengomposan dapat dipercepat, sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani sesuai kebutuhannya dan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih hemat dan mudah dilaksanakan.
Agens Hayati Trichoderma
Agens antagonis pathogen tumbuh yang telah banyak dikembangkan saat ini adalah Trichoderma. Cendawan Trichoderma efektif pada tanah masam, cendawan ini sangat menyukai bahan yang banyak mengandung selulosa. Trichoderma bersifat antagonis terhadap beberapa pathogen tular tanah, seperti fusarium.
Teknik Pembuatan Kompos Jerami
Bahan yang dibutuhkan adalah: 1) jerama 1m3, 2) Pupuk Urea 300 gram, 3) Pupuk TSP 150 gram, 4) Kapur 500 gram, 5). Trichoderma 1 kg, 6) Pupuk kandang 20 kg.
Cara pembuatan
• Jerami ditumpuk dipinggir pematang sawah dengan ukuran 1m3 (1m x 1m x 1m) yang dipadatkan
• Urea SP36, pupuk kandang dan kapur diaduk sampai rata.
• Jerami yang telah ditumpuk tadi dibagi atas 4 lapis masing-masing setebal 25 cm.
• Campuran pupuk kandang yang telah diaduk tadi ditaburkan diantara lapisan jerami setebal 25 cm, kemudian ditaburkan jamur Trichoderma.
• Tumpukan jerami yang telah diberi perlakuan tadi disiram dengan air sampai rata, kemudian tutup dengan plastic hitam.
• Satu kali dalam 10 hari tumpukan jerami dibalik dan diaduk untuk mempercepat proses pematangan kompos.
• Biarkan selama 3 minggu, jerami akan melapuk menjadi kompos dan siap untuk digunakan.

Cara aplikasi
Kompos jerami padi diaplikasikan di lahan dengan menaburkan secara merata pada saat sebelum tanam atau pengolahan tanah tahap dua.
Teknik perbanyakan Trichoderma
A. Media beras/jagung
Bahan: beras/jagung, bibit inokulum, air bersih.
Alat: dandang, kompor, klep matches, kantong plastik ukuran ¼ kg, kotak plastik, sendok teh, sendok makan, lampu spiritus/lilin, baskom, dan lain-lain.
Cara membuat:
• Beras/jagung dimasak menjadi nasi 1/3 matang kemudian dipindahkan kedalam baskom lalu masukkan kedalam kantong plastik 2 – 3 sendok makan setelah itu dibungkus dan digulung.
• Dikukus dalam dandang sampai ¾ matang (10-15 menit) saat air mendidih, angkat dan pindahkan kantong tersebut kedalam baskom/diatas meja yang bersih dan biarkan dingin.
• Inokulasikan bibit Trichoderma sebanyak ½ - 1 sendok the untuk setiap kantong nasi, kemudian tutup ujung kantong dengan klep matches dengan posisi vetikal terhadap kantong plastik tersebut lalu digoncang agar bibit merata pada nasi di dalam kantong.
• Tempatkan pada rak-rak yang tidak terkena cahaya matahari langsung, setelah 1 (satu) minggu sudah bisa diaplikasikan ke lahan.

B. Media dedak, Serbuk gergaji/sekam padi
Bahan: dedak padi, serbuk gergaji/sekam padi.
Alat: dandang, kompor, klep matches, kantong plastik ukuran ¼ kg, kotak plastic, sendok teh, sendok makan, lampu spiritus/lilin, baskom, dan lain-lain.
Cara membuat:
• Campur dedak padi dengan serbuk gergaji dengan perbandingan 1:1 di dalam baskom lalu siram dengan air panas sampai membentuk bubur dan biarkan selama 24 jam.
• Remas/peras bubur dedar agar airnya keluar lalu masukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼ kg sebanyak 3 sendok makan, lalu tutup plastic dan digulung.
• Dikukus dalam dandang selama 30 menit saat air mendidih lalu angkat dan pindahkan ke kantong yang berisi dedak tersebut ke dalam baskom/diatas meja yang bersih dan dinginkan.
• Inokulasikan bibit Trichoderma sebanyak ½ sendok teh untuk setiap kantong, tutup ujung kantong dengan klep matches dengan posisi vertical terhadap kantong plastik tersebut, kemudian digoncang agar bibit merata pada dedak di dalam kantong.
• Tempatkan pada rak-rak yang tidak terkena cahaya matahari langsung, setelah 1 (satu) minggu sudah bisa diaplikasikan ke lahan.

Manfaat KOMPOS JERAMI PLUS + (Trichoderma sp)
Kompos jerami
Kompos jerami mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama. Tanah menjadi gembur dan tidak padat, aerasi tanah bagus, penyimpanan unsur hara oleh tanaman menjadi lebih mudah. Menambah daya serap air dan memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Harga relatif lebih murah dan dapat dibuat sendiri serta ramah lingkungan,
Trichoderma sp
• Sebagai aktifator /pengurai dalam pembuatan kompos.
• Mempercepat pematangan pupuk kandang: caranya 1 kg pupuk kandang mentah ditaburkan diatas 1 kg Trichoderma secara merata, dalam waktu 3 minggu siap digunakan.
• Mengendalikan OPT jamur tular tanah. Contoh: penyakit rebah kecambah Phytium sp, layu fusarium dan Phythopthora pada tanaman sayuran. Caranya masukkan kedalam lobang tanam 1 (satu) genggam Trichoderma 1 minggu sebelum tanam dengan cara menaburkan atau dicampur pada saat pemberian pupuk kandang.

Dari Berbagai Sumber.
.
AGENS HAYATI
15.06 | Author: Urip SR
Pengertian agens hayati
Agens hayati adalah setiap organisme yang dalam semua tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluannya.
Jenis organisme yang termasuk agens hayati
Organisme yang termasuk dalam agens hayati, yaitu spesies, subspecies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma.
Pengelompokan agens hayati
Agens hayati dikelompokan dalam: 1) Musuh alami, terdiri atas: predator, parasitoid, pathogen serangga, dan antagonis pathogen, 2) Biopestisida.
Predator: adalah hewan yang memangsa hewan lain. Predator membunuh beberapa individu mangsa selama satu siklus hidup. Yang termasuk predator antara lain kumbang coccineliddae, laba-laba, tawon, tungau predator, belalang sembah.
Parasitoid: Serangga parasitoid stadia belum dewasa (nimfa, larva) berkembang pada atau di dalam satu inang, memakan jaringan inangnya dan akhirnya membunuh inangnya. Parasitoid dewasa hidup bebas dan mungkin memangsa. Yang termasuk parasitoid, antara lain serangga yang tergolong dalam family Braconidae, Ichneumonidae, dan Trichogrammatidae.
Patogen serangga
Organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada serangga. Seperti halnya tumbuhan, manusia dan hewan lainnya, serangga dan tungau juga dapat terinfeksi pathogen. Yang termasuk dalam pathogen serangga, antara lain bakteri, cendawan, virus, dan nematoda.
Antagonis pathogen
Mikroorganisme yang menyebabkan terhambat, disintegrasi dan atau matinya pathogen. Yang termasuk dalam antagonis pathogen, antara lain bakteri dan cendawan, virus, dan nematode.

Biopestisida
Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari mahkluk hidup, yaitu mikroorganisme (pestisida mikroba) dan tanaman (pestisida nabati).
Keuntungan yang diperoleh
1. Agens hayati memiliki inang spesifik dan kisaran inang sempit;
2. Aman bagi lingkungan, digunakan sebagai alternative pengendalian yang aman bagi organisme bukan sasaran termasuk manusia dan serangga-serangga yang berguna;
3. Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya, misalnya kultur teknis, varietas tahan, dan kimiawi.
Prosedur umum pengembangan agens hayati
1. Eksplorasi
2. Isolasi
3. Identifikasi
4. Uji keefektifan
5. Uji keamanan
6. Uji kestabilan genetik dari agens antagonis (tidak menurun virulensinya)
7. Uji potensi produksi massal
8. Formulasi agens antagonis yang efisien tetapi tetap efektif
9. Uji kestabilan dalam bentuk formulasi dan masa simpangan
10. Potensi pasar
11. Evaluasi biaya produksi
12. Analisis perolehan dari investasi
13. Pengujian lapang
14. Membuat hak paten agens pengendali hayati
15. Komersialisasi dan pemasyarakatan produk biopestisida.

Referensi:
1. Hoffman, M.P. and Frodsham, A.C. 1993 Natural Enemies of Vegetable Insect Pests. Ithaca, N.Y. A Cornell Cooperative Extension Publication.
2. Shepard, B.M, Carner, G.R, Barrion, A.T, Ooi, PAC, Van Den Berg. 1999. Insect and their Natural Enemies Associated with Vegetables & Soybean in Southeast Asia. South Carolina: Quality rinting Company.
.
Survey OPT Di Pekalongan
11.49 | Author: Urip SR
Luas pertanaman padi di Kabupaten Pekalongan mencapai luas 15.916 Ha yang tersebar di 19 Kecamatan.
Komposisi varietas yang ditanam meliputi varietas Ciherang (7201 Ha), IR-64 (4862), Conde (423 Ha), Mekongga (335 Ha), Muncul (30 Ha), Ketan (135 Ha), Hibrida (23 Ha), Situbagendit (475 Ha), Cigeulis (130 Ha), PP (45 Ha), Membramo (524 Ha), Bernas Prima (10 Ha), Intani-2 (28 Ha), Inpari (70 Ha), umbul (56 Ha), Ciliwung (373 Ha), Cempaluk (4 Ha), Cisadane 358 Ha), Merauke ((4 Ha), Logawa (10 Ha) dan lokal (380 Ha).
OPT utama yang menyerang tanaman padi terdiri dari WBC (26.3 Ha) dengan intensitas serangan ringan sampai berat PBP (278.5 Ha intensitas serangan ringan sampai berat, Tikus (805.9. Ha) ringan sampai berat, Penyakit Hawar daun bakteri/BLB (207.6 Ha) ringan sampai berat. Penyakit Blast (9 Ha) ringan sampai berat dan penyakit Tungro (16.35 Ha) ringan sampai berat.
(Laporan periode Januari I - 2011)
Hasil surveilance di Kabupaten Pekalongan
Varietas tanaman padi yang diamati di Kabupaten Pekalongan dominan varietas Ciherang dengan kisaran umur tanaman 3 - 8 MST.
Populasi WBC ditemukan di semua kecamatan yang disurvey meliputi kecamatan Kedungwuni, Bojong, Kajen, dan Kesesi. Padat populasi WBC berkisar antar 0.50 – 101 ekor/rumpun, yang paling tinggi di Kecamatan Kesesi, desa Kesesi dengan rerata populasi 100,5 ekor/rumpun.
Padat populasi musuh alami (OPMS) berkisar antara 0.3 – 1.23 ekor/rumpun, sedangkan jenis Cyrtorrinus sp berkisar antara 0.07 – 4.67 ekor/rumpun.
Intensitas serangan PBP berkisara antara 4,33 % - 12,5 % ditemukan hampir di semua lokasi yang disurvey.
Intensitas serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri/BLB berkisar antara 0,74% - 14,4%.
Saran dan Rekomendasi sama seperti di Kab. Pemalang (Baca Survey OPT di Pemalang).

Keterangan Foto: Panen lebih awal akibat serangan Wereng Coklat, foto diambil di Desa Kesesi, Kec. Kesesi tgl 3 Februari 2011). USR***
.
Survey OPT di Pemalang
10.34 | Author: Urip SR
Surveilance pengamatan keadaan lapang organisme pengganggu tumbuhan (OPT) padi di kab. Pemalang , dilaksanakan pada tanggal 1-3 Februari 2011. Surveilance pengamatan OPT tanaman padi ini berdasarkan pada: laporan tengah bulanan keadaan luas serangan OPT utama padi periode Januari I (1-15 Januari 2011) sebagai acuan/pegangan dalam menentukan daerah sasaran survey, hasil surveilance pada pengamatan keliling yang ditentukan secara purposive sampling. Tujuan dari surveilance ini untuk memantau perkembangan serangan OPT utama tanaman padi dan upaya-upaya pengendalian yang dilakukan.
Keadaan pertanaman dan serangan OPT di Pemalang :
Luas baku pertanaman padi di kabupaten pemalang mencapai luas 25.223 hektar yang tersebar di 14 kecamatan. Komposisi varietas yang ditanam meliputi ciherang (15.047 Ha), IR-64 (2621 Ha), HIbrida (102 Ha), mekongga (384 ha), ketan (7 ha), situbagendit (2634 ha), memberamo (84 ha), cimelati (93 ha), inpari (6 ha), merauke (5 ha), conde (784 ha), ciliwung (2200 ha), cisadane (716 ha), sintanur (50 ha), lokal (271 ha), dan lain-lain (28 ha).
Empat jenis OPT utama yang menyerang pertanaman padi terdiri dari wereng batang coklat (WBC) (631 ha) dengan intensitas serangan ringan sampai berat. Penggerek batang padi (PBP) (201 ha) serangan ringan sampai sedang. Tikus (271 ha) serangan ringan, Penyakit hawar daun bakteri/BLB/kresek (38 ha) serangan ringan sampai berat, dan penyakit tungro (40 ha) serangan ringan sampai sedang. (Sumber Data LPHP Pekalongan peride Januari I 2011).
Hasil surveilance lapangan (tgl 1-3 Februari 2011)
Varietas padi yang diamati di kabupaten Pemalang dominan varietas ciherang dengan kisaran umur tanaman 2-8 minggu setelah tanam (MST).
Populasi wereng batang coklat (WBC) yang paling tinggi ditemukan di 2 kecamatan yang disurvey meliputi kecamatan Pemalang dengan rata-rata populasi berkisara antara 72,8 s/d 428,2 ekor/rumpun (terdapat spot hopperburn), dan kecamatan Taman rata-rata populasi 5,90 s/d 212,1 ekor/rumpun.
Intensitas serangan PBP di kecamatan Pemalang berkisar antara 0,52 s/d 2,32 % yang tersebar di desa Pelutan, Danasari, Lawangrejo, dan Sewaka. Di kecamatan Taman berkisar antara 0,92 s/d 1,76 % tersebar di desa Benjaran, Cibelok dan Jebed Selatan.
Intensitas serangan penyakit hawar daun bakteri/BLB/krese di kecamatan Pemalang 6,3% pada tanaman umur 8 MST, hanya ditemukan di desa Lawangrejo.
Padat populasi musuh alami (OPMS) berkisar antara 0,3 s/d 0,87 ekor/rumpun, sedangkan musuh alami jenis Cyrtorinus sp, berkisar anatar 0,6 s/d 1,87 ekor/rumpun.
Potensi serangan OPT di kabupaten Pemalang.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperkirakan serangan WBC akan menyebar pada daerah dengan umur tanaman yang masih muda, khususnya pada daerah-daerah yang berdekatan dengan lokasi yang sudah terinfestasi wereng coklat, mengingat di kecamatan Pemalang masih terdapat pengolahan tanah, persemaian dan tanaman muda (1-3 MST) merupakan sebagai pemicu peningkatan populasi wereng batang coklat.
Saran rekomendasi
Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan petani dalam pengendalian wereng coklat, sehingga operasional pengendalian dapat dengan cepat dilakukan melalui pengamatan rutin, aplikasi pestisida berbahan aktif bufrofezin, untuk daerah lain yang padat populasi masih rendah gunakan agens hayati patogen serangga Beauveria bassiana atau Metharrhizium anisopliae.
Penuluhan kepada petani tentang pemakaian pestisida yang baik dan benar sesuai dengan kaidah 6 tepat, yaitu tepat mutu dan jenis, dosis, konsentrasi, cara, waktu dan tepat sasaran.
Sosialisasikan teknologi pengendalian ramah lingkungan menggunakan agens hayati.
Kerjasama antar petugas terkait (PPL dan POPT) agar selalu sinergis bahu-membahu mengendalikan wereng coklat, terutama dinas pertanian setempat agar cepat tanggap terhadap perkembangan WBC yang semakin meluas.
.
Hama yang Ditakuti dan Cara Membasmi
10.14 | Author: Urip SR
Kompas Rabu, 09/02/2011. Ukuran tubuhnya saat dewasa hanya sekitar 3 milimeter. Namun, kemampuan berkembang biak, daya sebar, daya serang, dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya luar biasa. Karakteristik itu menempatkan wereng batang coklat sebagai hama utama tanaman padi.

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) memperkirakan, wereng batang coklat yang disingkat sebagai wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) menyerang 47.005 hektar hingga 81.686 hektar padi di Indonesia musim ini (MT 2010/2011).

Kemampuan wereng coklat berkembang biak sangat tinggi. Sebuah laporan ilmiah tentang Taksonomi dan Bioekologi Wereng Batang Coklat yang ditulis Hiroichi Sawada, Gaib Subroto, Wahyudin, dan Toto Hendarto dalam buku Wereng Batang Coklat tahun 1992 menyatakan, jumlah telur yang dihasilkan seekor wereng coklat betina selama hidupnya ada 1.474 butir.

Ada beberapa spesies yang termasuk dalam genus Nilaparvata. Namun, hanya Nilaparvata lugens Stal yang menjadi hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Wereng batang coklat termasuk dalam famili Delphacidae yang memiliki ciri utama bintik hitam pada sayap depan dan taji pada ujung tibia tungkai belakang.

Siklus hidup wereng, di daerah tropis dengan suhu 20-30 derajat celsius, mencapai 23-32 hari. Artinya, dalam satu periode tanam padi, wereng dapat menyelesaikan siklus tiga generasi. Kondisi lingkungan, penanganan, dan kerentanan varietas menjadi faktor kecepatan perkembangbiakannya.

Firdaus Natanegara, ahli wereng di BBPOPT menyebutkan, wereng coklat mampu beradaptasi dengan varietas baru dengan membentuk biotipe atau koloni baru yang lebih ganas. Serangan wereng coklat mengakibatkan warna daun dan batang padi berubah menjadi kuning, kemudian kecoklatan, dan akhirnya kering.

Wereng dewasa menetap di pangkal tanaman. Selain mengisap cairan sel tanaman, wereng menularkan virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Jika terserang virus kerdil rumput, padi beranak banyak, daun menjadi pendek, dan tidak bermalai. Sementara virus kerdil hampa membuat daun pendek, kaku, anakan bercabang, dan malai hampa.

Migrasi

Migrasi wereng dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan iklim. Migrasi biasanya terjadi antara matahari terbit hingga terbenam karena Nilaparvata lugens memerlukan cahaya dalam penerbangan. Penerbangan bisa berlangsung dalam kondisi suhu rendah, kelembaban tinggi, angin yang lemah, maupun angin berkecepatan lebih dari 11 kilometer per jam.

Menurut Firdaus, pada proyek penelitian kerja sama Jepang-Indonesia tahun 1986-1992, wereng diketahui bermigrasi hingga jarak ratusan kilometer. Migrasi jarak jauh diketahui setelah sekelompok wereng yang disemprot warna merah di persawahan daratan China ditemukan menyerang padi di Jepang.

Menurut Firdaus, migrasi wereng di Indonesia tidak sejauh rute China-Jepang karena padi sebagai sumber pakan ada di mana-mana.

Kepala BBPOPT Gaib Subroto menambahkan, sebelum tahun 1970-an, wereng coklat tidak diperhitungkan sebagai hama di Indonesia. Situasi berubah saat program intensifikasi gencar dilaksanakan pemerintahan Soeharto, antara lain dengan menyemprotkan insektisida organosfat berspektrum luas secara massal dengan pesawat udara.

Di Buletin Peramalan OPT Edisi XII Tahun 2010 tertulis, tahun 1976/1977, wereng coklat mengakibatkan serangan berat pada 450.000 hektar padi sawah dan kehilangan hasil sekitar 364.500 ton beras. Pemakaian pestisida mengakibatkan ledakan serangan hama tahun 1979 dan 1986.

Pemakaian insektisida yang tak tepat jenis, konsentrasi, dosis, volume, cara, waktu, dan sasaran semprot memicu meluasnya serangan wereng coklat. Sebab, selain wereng menjadi kebal, hal itu memicu terbunuhnya musuh alami wereng.

Ledakan wereng coklat mendorong terbitnya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 tentang Pengendalian Hama Terpadu yang berujung pada pencabutan subsidi pestisida.

Jamur

Demi menghindari terbunuhnya musuh alami, petani dianjurkan mengembangkan jamur Beauveria bassiana dan Metharrizium anisopliae.

Penggunaan agen hayati itu relatif murah; aman terhadap lingkungan, manusia, dan hewan; efisien dalam jangka panjang; serta efektif untuk pengendalian OPT sasaran. Kekurangannya, pengendalian berjalan lambat, tidak dapat diramalkan, dan butuh pengawasan ketat.

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHPT) Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah di Surakarta salah satu yang mengembangkan Beauveria bassiana.

”Kami mengembangkan jamur ini karena perbanyakannya mudah dikerjakan oleh petani,” kata Ketua LPHPT Surakarta V Driyatmoko, Senin (7/2).

Untuk mendapatkan bibit murni Beauveria bassiana, dilakukan pemurnian jamur yang diperoleh dari lapangan di laboratorium.

”Bibit lantas diperbanyak melalui media cair atau padat,” kata staf fungsional LPHPT Surakarta, Sri Hartati.

Proses perbanyakan dapat dilakukan oleh petani. Media cair menggunakan ekstrak kentang gula, sedangkan media padat menggunakan beras atau jagung.

Jika spora jamur sudah tumbuh di media cair, ditambahkan gula pasir dan bubuk detergen, lalu disemprotkan ke tanaman.

Jamur menjadi parasit bagi wereng sehingga lama-kelamaan wereng mati. Efektivitas akan terlihat setelah seminggu. (Mukhamad Kurniawan dan Sri rejeki)***

Sumber Kompas 09/02/2011

Keterangan Foto:

1.Populasi tinggi wereng coklat pada rumpun padi di Desa Pelutan , Pemalang (Survey tgl 1-3 Feb 2011)

2. Staf teknis BBPOPT sedang melakukan pengamatan wereng di sawah.

.