MEMBURU NAGA MERAH
06.50 | Author: Urip SR
Episode Pest List Buah Naga
Karawang (3/12/2008). Seperti judul komik era tujuhpuluhan, dimana pada era itu booming komik mendominasi bacaan segala usia, banyak nama komikus yang saya ingat diluar kepala seperti Ganes TH, Yan Mintaraga, Man, Dika Kameswara (Pos Kota) dll. Atau cerita silat dari Asmaraman Kho Ping Hoo yang bisa saya lahap 4 ju
dul dalam seminggu, inilah hiburan satu-satunya di era tujuhpuluhan yang murah meriah. Nonton TV bisa dinikmati selepas mahgrib itupun harus berjalan kaki sekitar 2 km menuju ibukota kecamatan. Ingatanku semakin liar menelusuri masa-masa lampau, dimana aku dimanjakan dengan bacaan komik pada masa itu, dan itu mengilhami salah satu judul tulisanku kali ini “MEMBURU NAGA MERAH” aku lupa siapa pengarang cerita silat ini yang jelas kali ini aku pinjam buat judul tulisan pop ilmiahku. Episode kali ini begitu menyeramkan, begitu membaca judul ini pikiran menerawang jauh ke dunia persilatan tentang petualangan yang penuh tantangan dan intrik-intrik. Inilah petualangan kecil memburu “Naga Merah”. Buah Naga Merah Hylocereus undatus. Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Indonesia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari. Seperti biasa sebelum melakukan surveilans, peralatan dan bahan yang diperlukan dipastikan tidak ada yang tertinggal. Peralatan yang digunakan adalah GPS eXplorist 200 sebagai perekam koordinat lokasi, Laptop, kamera digital untuk merekam obyek OPT yang ditemukan, dissecting kit, kaca pembesar, gergaji, pisau cutter, meteran, killing jar (botol pembunuh serangga), alcohol 70%, Ethyl ecetat, Form pengamatan, kertas label, dan alat tulis. Perjalanan ditempuh hanya memakan waktu 30 menit dari Jatisari, lokasi sudah terdeteksi berkat pemandu kami bapak Junaedi yang menunggu diperempatan Klari. Beruntung Tim Pest List bisa memasuki kawasan pabrik karena sebelumnya kebun buah naga ini begitu terisolasinya karena siempunya tidak menyukai segala bentuk publikasi termasuk beberapa media pertanian yang ditolak bahkan dari televisi swasta pun sama mengalami penolakan bahkan pihak Dinas Pertanian setempat pun tidak tahu-menahu tentang kebun naga ini. Betul-betul naga merah yang tersembunyi. Perburuan dimulai via telpon ke pengelola kebun pak Junaedi, isyarat bahwa permohonan kami meninjau kebun diijinkan. Mobil kamipun dikawal menuju kompleks pabrik, dua orang Satpam sudah membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk. “Silahkan masuk, dari Tim Pest List BBPOPT, ya!” Kebun buah naga yang dibudidayakan secara komersial ini terletak di desa Gintungkerta, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang dengan ketinggian tempat 33 M Dpl, secara geografis terletak antara 06o 22’ 13” LS dan 107o 21’ 02” BT. Kebun seluas 3 hektar ini ditanami Buah naga secara monokultur dengan varieras buah naga merah Hylocereus undatus (buahnya berwarna merah dengan daging buah putih). Populasi tanaman dikebun ini 18.625 pohon, merupakan kebun buah naga yang paling luas di kabupaten Karawang. Kebun yang terletak di dalam lingkungan pabrik sehingga tidak terlihat dari luar dan tidak pernah diekspos. Menurut pengelola kebun pihak investor ingin menjadikan buah naga sebagai icon Kota Karawang selain sebagai ”lumbung padi” Jawa Barat. Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, maka pertumbuhannyapun akan pesat sekali. Dalam waktu 1 tahun, tanaman bisa mencapai ketinggian 3 meter lebih. Berdasarkan beberapa sumber, buah naga belum banyak dibudidayakan di Indonesia, sementara ini data yang diperoleh untuk kabupaten Karawang hanya ada di kecamatan Klari seluas 3 hektar dan ini menurut pemiliknya merupakan kebun terluas yang ada di Jawa Barat. Perbanyakan tanaman ini dengan cara stek batang yang berumur cukup tua, tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu 38 – 40o C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11 – 17 bulan.
HASIL MONITORING
Berdasarkan hasil pengamatan di kebun dengan pohon sampel yang diamati seba
yak 30 pohon maka OPT yang ditemukan adalah : Penyakit busuk batang, Jamur (merusak bunga), semut, burung, dan musang. Gejala masing-masing OPT buah naga dilapang adalah sebagai berikut: 1. Semut : menyerang bagian ujung batang yang masih muda, pergelangan ruas batang dan skitar bunga. Masuk dan membuat rumah didalam batang. Bagian yang diserang berwarna kuning, berlubang dan kemudian secara perlahan kering dan mati. 2. Jamur : menyerang tanaman buah naga menyebabkan penyakit layu fusarium. Jamur ini menyerang karena tanah atau media tanamnya tidak bisa membuang air dengan lancar. Tanaman yang terserang jamur menjadi layu dan pelan – pelan kering. 3. Penyakit Busuk batang: Selain layufusarium, serangan jamur juga menyebabkan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman buah naga. Jamur yang menyerang pangkal batang ini jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Serangan jamur ini bahkan bisa menghabiskan batang sehingga tinggal “tulang” kayunya saja. 4. Burung: menyerang bakal buah dan buah yang hampir masak dengan cara mematuk daging buah sampai habis, sampai saat ini burung tersebut belum teridentifikasi namun pihak pengelola menamakan ”burung penyantap buah naga”. 5. Musang: sama seperti burung namun musang hanya memakan buah yang masak tidak sampai habis, sisa buah ditinggalkan separuh di pohon. Untuk kedua penyakit jamur tersebut diatas masih diperlukan identifikasi laboratorium untuk memastikan penyebabnya, sebagian sampel dibawa ke Laboratorium Phytopatology BBPOPT Jatisari untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut. Berdasarkan hasil surveilans buah naga OPT yang paling dominan dari 30 sampel tanaman yang diamati adalah ”busuk batang”. Kemudian penyakit jamur, hal ini disebabkan kondisi kebun yang terlalu becek/lembab dan banyak ditumbuhi rumput, kurangnya sanitasi kebun menyebabkan kedua penyakit tersebut mendominasi areal perkebunan.
PENANGANAN SPESIMEN
Setiap pengamatan OPT diambil gambar/foto dan contoh sampel OPT sebagai bukti visualisasi OPT yang berasosiasi dengan tanaman buah naga, sedangkan sampel tanaman dibawa ke laboratorium untuk keperluan identifikasi berdasarkan spesies. Spesimen serangga hama dikoleksi dalam bentuk spesimen kering, sedangkan untuk serangga yang berukuran kecil akan dilakukan penangan khusus dan diambil fotnya dibawah mikroskup, sehingga akan memudahkan identifikasi. Gejala penyakit dibuat herbarium dan diisolasi untuk koleksi dalam media PSA sebagai pendukung untuk mengidentifikasi penyebab penyakitnya.

KILAS BALIK BUAH NAGA

Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah jadi mencolok sekali di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan
inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Thang loy orang Vietnam ini kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga). Macamnya Nama buah naga diberikan pada buah-buah yang dapat dimakan dari tumbuhan: • Hylocereus undatus, yang buahnya berwarna merah dengan daging buah putih • Hylocereus polyrhizus, yang buahnya berwarna merah muda dengan daging buah merah dan • Selenicereus megalanthus dengan kulit buah kuning dan daging buah putih Morfologi Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, duri dan bunga serta buah. Akar buah naga hanyalah akar serabut yang berkembang di dalam tanah di batang atas sebagai akar gantung. Akar tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip di sudut batang. Di bagian duri muncul ini akan tumbuh bunga yang bentuknya mirip bunga Wijayakusuma. Bunga yang tidak rontok berkembang menjadi buah. Buah naga bentuknya bulat agak lonjong seukuran dengan buah alpukat. Kulit buahnya berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah gelap untuk buah naga hitam dan berwarna kuning untuk buah naga kuning. Di sekujur kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai yang dianalogikan dengan sisik seekor naga. Oleh sebab itu, buah ini disebut buah naga. Batangnya berbentuk segitiga, durinya pendek sekali dan tidak mencolok, sampai mereka dianggap "kaktus tak berduri". Bunganya mekar mulai senja, kalau kuncup bunga sudah sepanjang 30 cm. Itulah saatnya kita mengundang para tetangga dan handai taulan pencinta bunga untuk menyaksikan mekarnya buah naga.Mahkota bunga bagian luar yang krem itu mekar pada pukul sembilan (kira-kira), lalu disusul mahkota bagian dalam yang putih bersih, meliputi sejumlah benangsari yang kuning. Bunga seperti corong itu akhirnya terbuka penuh pada tengah malam. Itulah sebabnya ia tersiar luas ke seluruh dunia sebagai night blooming cereus. Sambil mekar penuh ini, ia menyebar bau yang harum. Ternyata bau ini disebar ke seluruh penjuru angin malam, untuk menarik para kelelawar, agar sudi kiranya datang bertandang untuk menyerbuki bunga itu. Dalam gelap gulitanya hutan belantara malam, mata kelelawar memang kurang awas, tetapi hidungnya "tajam" Pembudidayaan buah naga Orang biasanya memperbanyak tanaman dengan cara setek atau menyemai biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40o C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11- 17 bulan. Kota Malang berada 400-700 dpl, sangat cocok untuk budidaya buah naga merah. Walaupun memiliki udara yang cukup sejuk, namun mendapatkan sinar matahari yang cukup merupakan modal untuk pertumbuhan buah naga merah . Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, maka pertumbuhannyapun akan pesat sekali. Dalam waktu 1 tahun, tanaman bisa mencapai ketinggian 3 meter lebih. Berdasarkan beberapa sumber, buah naga belum banyak dibudidayakan di Indonesia, sementara ini data yang diperoleh baru daerah : Mojokerto, Jember, Malang, Pasuruan, Bayuwangi, Kulon Progo, dan Karawang. Dengan luas areal masing-masing tidak lebih dari 3 ha, kecuali Karawang seluas 3 ha terletak di Desa Gintungkerta, Kecamatan Klari, Karawang terletak ditengah kompleks pabrik tekstil. Manfaat Buah Naga Dibalik rasanya yang manis menyegarkan, buah naga kaya akan manfaat. Banyak orang percaya buah ini dapat menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah. Memang belum ada penelitian pasti tentang manfaat buah ini. Namun, mengingat asalnya dari jenis buah kaktus, kita percaya buah naga mengandung vitamin C, beta karoten, kalsium dan karbohidrat. Yang pasti buah naga tinggi serat sebagai pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan. Episode kali ini begitu menyenangkan, selesai pengamatan Pak Junaedi memetik buah yang sudah masak (pada saat survey belum saatnya musim panen) hanya satu buah saja yang dipetik sebagai rasa pelepas dahaga ditengah luasnya kebun buah. Pikiranku kembali menerawang jauh ke dunia persilatan tentang petualangan yang penuh tantangan dalam penaklukan Sang Naga. Bagaikan dibelit Naga Merah, karena kami berempat berada di titik tengah kebun seluas 3 ha dengan padat populasi tanaman 18.625 pohon (wuih..banyak sekali ya.., kalau ga percaya...silahkan hitung sendiri). (Karawang, awal Desember 2008/uripsr@ymail.com)***

Ucapan terima kasih kepada: (Ibu Rosa dan Pak Hendry, atas ijinnya kami bisa memasuki kompleks pabrik), Kang Junaedi sebagai pemandu lapang, dan Tim kami yang Solid Mas Baskoro, Mr. Devied dan Pak Joko Priyono (selamat jalan Pak, pada awal Desember 2008 beliau purna tugas
sebagai abdi negara).

Daftar Pustaka: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Memburu "Queen of The Fruit"
05.08 | Author: Urip SR
Wanayasa, Purwakarta, 12 - 14 Nopember 2008
Perjalanan yang cukup melelahkan itu akhirnya berujung di persinggahan rumah Bapak Ade Sugena ketua HKTI Kec. Wanayasa, seperti yang sudah-sudah setiap kali surveilans pasti "kulo nuwun" dahulu ke tempat para tokoh yang berkompeten. Tentu saja yang punya wilayah sudah disowani terdahulu yaitu di Dinas Pertanian & Kehutanan Purwakarta.
Terik matahari masih menyengat, udara panas kota Purwakarta memicu keluar keringat lebih deras, baru setelah motor melaju ke wanayasa semilir angin menerpa dan udara sejukpun menemani sepanjang perjalananan. Kali ini perburuan "Sang Ratu Buah" pun dimulai dari rumah ketua HKTI yang petani manggis itu. Dengan antusias pak Ade pun memyambut kedatangan kami "Tim Surveilans Pest List OPT Manggis BBPOPT" inilah tim exspedisi tahap pertama yang berangkat dalam rangka kegiatan pest list yang sasarannya 6 komoditas.
Nafas tua mulai terengah-engah saat menaiki lereng dengan kemiringan 45 - 65 derajat disitu tumbuh pohon manggis yang berumur ratusan tahun, seperti yang dituturkan pak Ade, "Ini adalah kebun warisan orang tua, saya tidak tahu persis kapan menanamnya, populasi pohon manggis di kebun ini kurang lebih ratusan pohon."
Pantesan jarak tanamnya tidak beraturan, karena pada tempo doeloe pohon manggis selain hasil buahnya juga sebagai tanaman penghijauan (Reboisasi), batang pohonnya yang besar dan perakarannya yang kuat mampu menghambat terjadinya longsor pada lereng bukit.

Buah manggis (Garcinia mangostana) yang biasa dijuluki Queen of The Fruit merupakan salah satu jenis buah-buahan tropis yang mempunyai peluang besar untuk diekspor ke luar negeri. Salah satu sentra produksi manggis di Indonesia adalah di Jawa Barat, khususnya di Kab. Purwakarta. Kecamatan Wanayasa dan Pasawahan merupakan daerah sentra utama produksi manggis, bahkan varietas yang terkenal antara lain dinamakan varietas Wanayasa.

Nah, sekarang sudah memasuki inti dari ekspedisi Pest List OPT, untuk apa sebenarnya kegiatan ini dilakukan?

Inilah sebagai pembuka saat "kulo nuwun" di tempat para tokoh yang telah disebutkan diatas. Dengan harapan petualangan kecil ini bisa bermanfaat untuk teman-teman blogger. Yach..semacam catatan kaki lah!?

Ekspor manggis (G mangostana) Indonesia juga telah mengalami hambatan non-tarif berupa peraturan karantina Negara tujuan ekspor. Negara tujuan ekspor mempersyaratkan adanya “Pest List” dari masing-masing komoditas yang diekspor beserta informasi tambahan mengenai OPT tersebut. Informasi tambahan yang diperlukan anatara lain adalah biologi, ekologi, dan inang alternatif masing-masing jenis OPT. Informasi tersebut akan digunakan oleh Negara tujuan ekspor untuk melakukan analisa resiko OPT (PRA, Pest Risk Analysis). ”Pest List” ini disusun berdasarkan hasil survey (yang didukung oleh adanya bukti specimen atau “voucher specimens”) dan akan dilakukan monitoring secara berkala untuk memastikan apakah ada OPT baru yang ditemukan.

Tujuan dan sasaran pest list OPT manggis untuk mengembangkan daftar OPT manggis di sentra produksi manggis di Jawa Barat.

Pelaksanaan surveillance ini diharapkan hasilnya dapat membantu petugas lapangan di daerah sentra manggis di Jawa Barat. Surveillance ini sesuai dengan prosedur penyiapan, penanganan, dan penyiapan daftar OPT yang digunakan dalam International Standart for Phytosanitary Measures (ISPM) dan mencakup pedoman pelaksanaan surveilans, penentuan target komoditas dan OPT, determinasi OPT, dan pedoman pengumpulan data serta pembuatan “voucher specimens”.


KONDISI AGROEKOSISTEM

Luas Kabupaten Purwakarta seluas 97.172 hektar, terdiri dari lahan sawah 15.532 hektar dan lahan kering 72.444 hektar. Dari luas tersebut yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian seluas 39.680 hektar. Jumlah curah hujan rata-rata selama lima tahun terakhir sebanyak 276,08 mm pertahun, dengan jumlah hari hujan 967 hari.

KOMODITI UNGGULAN HORTIKULTURA

Komoditas unggulan adalah komoditas yang diusahakan berdasarkan keunggulan kompetitif maupun komparatif yang ditopang oleh pemanfaatan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem untuk meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiflier effect terhadap perkembangan sektor lain (Badan Agribisnis Deptan.1997), pemilihan komoditas unggulan harus berdasarkan atas dimensi wilayah dan pasar.

Pendekatan wilayah akan menjamin kesinambungan produksi melalui pemanfaatan keunggulan komparatif daerah sebagai basis pengembangan (spesifik atau keunggulan lokal). Berdasarkan batasan-batasan tersebut terdapat beberapa jenis tanaman unggulan komoditi hortikultura salah satunya adalah manggis (Mangostana garcinia) yang terdapat di Kabupaten Purwakarta. Populasi manggis di Kabupaten Purwakarta sebanyak 86.546 pohon, apabila dikonversikan setara dengan 865,46 hektar. Jumlah tersebut tersebar di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Wanayasa, Kiarapedes, Bojong, Darangdan, Pasawahan, dan Pondoksalam.

Data tersebut secara rinci tersaji pada tabel berikut:

Tabel Penyebaran tanaman manggis di Kab. Purwakarta.

No.

Kecamatan

Jumlah Pohon

Luas (Ha)

1

Wanayasa

35.790

357,90

2

Kiara Pedes

35.005

350,05

3

Bojong

11.450

114,50

4

Darangdan

2.876

28,76

5

Pondok Salam

735

7,35

6

Pasawahan

690

6,90


Jumlah

86.546

865,46

Sumber: Distanbun Kab. Purwakarta

CARA PENGAMATAN

Pengamatan serangan OPT dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Pengamatan populasi OPT dilakukan dengan menghitung jumlah individu per stadia OPT per unit contoh seperti per pucuk, per daun, atau per buah.
  • Pengamatan tingkat kerusakan dilakukan dengan menghitung persentase kerusakan dengan menggunakan rumus atau formula sesuai dengan tingkat kerusakan yang diakibatkan kerusakan mutlak atau tidak mutlak (sistem skoring).
  • Untuk serangga yang sifatnya aktif sehingga menyulitkan pengamatan visual maka pengamatan dilakukan dengan menggunakan jaring serangga dengan jumlah ayunan yang ditetapkan sama, yaitu 10 ayunan.
Jenis manggis yang banyak dibudidayakan oleh petani Purwakarta adalah varietas lokal , yang dikenal oleh petani ada dua jenis yaitu kaliagung dan kaliangger (Ade Sugema.2008). Kedua jenis tersebut banyak kesamaan dalam bentuk, rasa, warna kulit buah, warna daging dan aroma.

Keunggulan jenis manggis tersebut mempunyai daya simpan yang cukup lama, permukaan kulit halus, tahan terhadap OPT (penggerek buah dan busuk akar), kelebihan tersebut dijadikan dasar dalam proses sertifikasi secara resmi dilepas dengan nama varietas wanayasa pada tanggal 25 Desember 2006.

Semua sampel OPT baik serangga maupun gejala serangannya pada tanaman manggis dibawa untuk dikoleksi sebagai bahan untuk penyusunan pest list. Beberapa hal penting pada waktu mengumpulkan dan menangani OPT adalah: identitas OPT, tempah/wadah, contoh OPT, dan penulisan label.

Perjalanan yang cukup melelahkan ini akhirnya berakhir di Base Camp Pest List di sebuah Villa "Alam Hijau"disinilah tempat kami beristirahat selama mengadakan survei, setiap malam kami mengadakan diskusi kecil mengenai temuan kami dihutan manggis. Perburuan Sang Ratu Buah pun berakhir disini. Terik matahari kembali menyengat, kami beristirahat di pinggiran kota Purwakarta sambil menikmati menu khas Purwakarta "Sate Maranggi" keringat kembali mengucur deras karena pedasnya sambal maranggi. Petualangan akan kembali lagi di Kota Santri Pekalongan dalam episode "Perburuan Raja Buah (Durian). Tapi sabar ya.....!!!

(Ucapan terima kasih kepada Bp. Kuswana dan Bp. Sugianto (POPT) pemadu kami di lapang dan Bp Ade Sugema ketua HKTI Wanayasa "trima kasih pak, atas suguhan manggisnya. Tak lupa Aki Ohang, semuanya i love you) Tim kami yang solid: Ir. Baskoro SW, Aris, dan Ita.***

Pameran...
22.04 | Author: Urip SR

Pameran Agrinex Expo 2009
Bergabunglah dalam perjuangan membangun paradigma baru agribisnis Indonesia yang mensejahterakan rakyat.

Agrinex Expo 2009
Kembali di Jakarta Convention Center
Tanggal 12 - 14 Maret 2009

untuk informasi dapat dilihat
di www.agrinex.com


Pupuk & Pestisida Nabati
21.29 | Author: Urip SR
Berbagai lembaga penelitian, industri dan petani di Norwegia kini sedang sibuk mengembangkan limbah udang menjadi pupuk ramah lingkungan , yang ternyata bisa berguna pula sebagai pestisida alami, menurut informasi "Infofish International".
Lembaga Riset Perikanan Fiskeriforskning di Norwegia menemukan bahwa limbah industri udang bisa dijadikan pupuk ramah lingkungan karena kulit udang mengandung zat-zat nutrisi dengan kadar yang tinggi. Lembaga yang bermarkas di Bergen itu sedang mengembangkan teknik untuk menghasilkan pellet dari limbah udang.
Sementara itu, organisasi petani kentang Norwegia, Ottar, bekerjasa dengan imdustri pengolahan udang Stella Polaris juga sedang mengupayakan produksi pupuk dari limbah udang. Bagi petani di Norwegia hal tersebut hanya merupakan langkah modernisasi karena secara tradisional penggunaan limbah perikanan sebagai pupuk sudah lama dikenal. Bagi industri pengolahan udang pemanfaatan limbah/kulit udang sebagai pupuk merupakan salah satu pemecahan masalah limbah udang yang bisa menimbulkan polusi lingkungan hidup.
Salah satu lembaga lain yang meneliti kegunaan potensial limbah udang ialah Biforsk Nord. lembaga ini sudah menemukan fungsi chitin yang terkandung dalam kulit udang bukan hanya menyuburkan pertumbuhan kentang, tetapi juga bisa menghambat pertumbuhan fungi dan mengaktifkan mekanisme pertahanan alami tanaman.
Halgeir Jakobsen, pimpinan Ottar menyambut baik tindak lanjut temuan-temuan tersebut sebagai cara pemecahan masalah limbah yang bersifat menguntungkan semua pihak, industri dan pertanian di Norwegia.
Wah,... bagus juga nih kalau diterapkan di Indonesia, ayo para petani, kita mencoba yuk..!
Sumber: Ols/Litbang Mancanegara/Sinar Tani Edisi 19-25 Nop 2008 No.3278 Tahun XXXIX
BURUNG HANTU (Tyto alba)
06.27 | Author: Urip SR
Keterbatasan dan Kesulitan Penerapan Teknologi Tikus di Lapangan

• Keberadaan tikus di lahan garapan dianggap biasa.
• Tikus yang menghuni fasilitas umum, merupakan habitat alternatif.
• Pengendalian belum memperhatikan perilaku, biologi, dan ekologi tikus.
• Kegandrungan petani menggunakan racun akut.
• Penurunan drastis populasi musuh alami oleh perburuan liar.
• Keterbatasan sarana, tenaga, dan kemampuan untuk mengkoordinasi petani.
• Petani berlahan terbatas sangat lemah dalam membiayai keperluan pengendalian, mencari nafkah di luar bidang pertanian.
• Petani berlahan luas bertempat tinggal jauh diluar desa.
• Lokasi berbatu dan bertingkat/ teras disenangi tikus untuk berlindung.

Potensi Tyto alba Sebagai Agen Pengendali hayati

• Pakan yang spesifik, yaitu 98 - 99% tikus.
• 1 – 2% adalah mamalia lainnya seperti burung kecil, ular, katak, jenis cecurut, dan kadal.
• Mampu mengkonsumsi tikus sampai 5 (lima) ekor perhari.

Keuntungan:

• Mampu menekan populasi tikus secara efektif.
• Tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
• Tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar serta;
• Meningkatkan efisiensi waktu petani.

Klasifikasi Burung Hantu Barn Owl (Tyto alba)

Phylum Chordata
Sub-phylum Vertebrata
Class Aves
Ordo Strigiformes
Family Strigidae
Genus Tyto; terdiri dari 10 spesies
Tyto alba (Barn Owl) terdiri dari 35 sub spesies

Karakter morfologi Tyto alba

• Kepala besar, paruh seperti kait
• Mempunyai cakar kokoh
• Mata lebar dengan muka berbentuk cakram, membantu memfokuskan suara datang
• Sayap berbentuk bundar dan berekor pendek
• Bulu lembut, berwarna putih atau kekuningan pada bagian bawah
• Sisi atas ekor berwarna kekuningan dengan garis-garis hitam
• Pada mata bagian atas berwarna coklat

Distribusi

Genus Tyto terdiri dari 10 spesies, termasuk burung hantu dari Afrika (Grass Owl) dan Australia serta New Guinea (Masked Owl).
Burung hantu Tyto alba (Barn Owl) terdiri dari 35 sub spesies.
Distribusi burunghantu T. alba dapat dijumpai di eropa, banyak di Amerika Utara dan sebagian Amerika Selatan, menyebar mencakup sebagian Afrika, India, Asia Tenggara, Australia, dan Kepulauan Pasifik.
Penyebaran di Asia Tenggara dan Selatan meliputi India, Burma, Thailand, Kamboja, Laos, Malaysia, Sumatera, dan Jawa.

Perilaku dan Habitat

• Aktif pada malam hari (nocturnal), bersembunyi pada siang hari
• Menghuni lubang pohon, atap gedung, jurang atau tebing karang
• Pohon atau areal pertanaman
• Tidak pernah dijumpai bersarang di atas tanah
• Dapat bersarang apa kandang buatan (gupon)
• Umumnya terbatas pada perkebunan kelapa sawit, karena kurangnya tempat cocok untuk bersarang
• Selalu ditemukan di daerah-daerah pemukiman sekitar perkebunan kelapa sawit tradisional, jumlah rendah
• Dapat dikembangkan pada areal persawahan
• Lokasi pertanian padi, disekitarnya banyak perpohonan
• Tidak bersifat migratori
• Umumnya sebagai binatang penetap 1,6 – 5,6 km sekitar sarang

Penerapan Tyto alba Sebagai Pengendali Tikus

Tyto alba untuk pengendalian tikus pada pertanaman padi yang dilaksanakan sejak tahun 1989 di Malaysia, dapat menekan kerugian oleh tikus dari 15 – 20% menjadi hanya 3% pada tahun 1997 dan 1998
• Penggunaan burung hantu untuk pengendalian tikus sawah sangat berhasil dilaksanakan di Cherrang Rotan, Klentan Malaysia
• Penenmpatan kotak sarang burung hantu untuk pengamanan areal pertanaman padi di 11 (sebelas) Negara Bagian Malaysia sampai tahun 1998 mencapai 3.589 kotak sarang untuk mengamankan seluas 271.242 ha atau 1 (satu) kotak sarang untuk sekitar 75 hektar areal sawah
• Di Indonesia, pemanfaatan burung hantu untuk pengendalian tikus pertama kali dilakukan diareal perkebunana kelapa sawit di Sumatera Uatar dan cukup berhasil
• Selanjutnya dikembangkan untuk pengendalian tikus dibeberapa wiayah di propinsi Sumatera Barat, jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Wilayah propinsi lainnya
• Walaupun jumlah dan tingkat keberhasilan secara kuantitatif kurang diketahui, namun dirasakan cukup efektif untuk mengendalikan tikus sawah

Perilaku Makan dan Makanan
• Anak burung hantu setelah berumur 7 (tujuh) minggu (periode berbulu
55 – 65 hari), meninggalkan sarang induknya dan mencari makanan sendiri
• Mampu terbang sejauh 12 km
• Mampu menemukan mangsa dari jarak 500 m
• Indera pendengaran dan penglihatan sangat tajam, walaupun dalam keadaan gelap gulita
• Saat terbang, burung hantu tidak mengeluarkan suara
• Pakan spesifik, yaitu 98 – 99% tikus
• 1 – 2% adalah mamalia lainnya seperti burung kecil, ular, katak, jenis cecurut, dan kadal
• Memakan atau menelan mangsanya
• Bagian lemak dan daging dicerna, sedangkan tulang dan kulit serta rambut/ bulunya dipisahkan
• Kemudian dikeluarkan dalam bentuk gumpalan (pelet), melalui mulut yang dijatuhkan disekitar sarang

Pengembangan Tyto alba Sebagai Agen Pengendali Hayati

Persyaratan
• Disekitar lahan cukup pepohonan tinggi
• Petani tidak menggunakan rodentisida untuk mengendalikan tikus
• Pemburu liar dilarang menganggu/ menembak/ menangkap burung hantu
• Dibuat gupon yang digunakan sebagai sarang dan tiang bertengger

Pemeliharaan dan Pelepasan Burung Hantu
• Areal lokasi baru, dipelihara burung hantu yang masih muda berumur kurang dari 1 (satu) bulan (berburu menyerupai lidi)
• Pemanfaatan burung hantu yang sudah dapat terbang akan hilang
• Minimal satu pasang ditempatkan pada gupon sarang baru.
• Berada pada areal/ disekitar lahan pertanaman padi
• Dipelihara dan diberi makan tikus setiap hari terbiasa dengan lingkungannya
• Burung hantu dapat terbang tidak akan pergi menjauh, kembali ke sarangnya
• Selama belajar sendiri mencari makan, pada gupon untuk selama waktu tertentu masih disediakan pakan tikus sampai secara mandiri burung hantu dapat mencari makanannya.
• Bila burung hantu sudah bertelur, maka dipersiapkan gupon baru sebagai calon sarang bagi keturunannya
• Pada saat anak burung hantu sudah dapat terbang, maka akan memisahkan diri dari induknya dan mencari tempat baru sebagai sarang.
• Pemindahan keturunan baru ke areal lain dapat dilakukan dengan prosedur seperti di atas.

Penyunting:
Uripsr@ymail.com
Sumber: Ir. Joko Priyono/BBPOPT Jatisari
WASPADAI OPT UBI JALAR
23.21 | Author: Urip SR
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian menargetkan produksi komoditas ubi jalar pada tahun 2008 dengan total produksi 2,250 juta ton umbi basah dari sasaran luas tanam 0,215 juta hektar. Upaya untuk meningkatkan produksi tersebut dilakukan melalui pengamanan meliputi pengamatan, peramalan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Faktor pembatas budidaya ubijalar

OPT yang seringkali muncul pada musim hujan adalah akibat jamur yang menyebabkan terjadinya penyakit kudis ( Elsinoe batatas ) pada daun dan batang dan busuk hitam pada ubi yang disebabkan oleh jamur Ceratocystis fumbriata. Sebaliknya pada akhir musim kemarau kerusakan ubi lebih banyak ditimbulkan oleh hama boleng Cylas formicarius. Penyakit busuk hitam hama boleng keduanya sangat menurunkan mutu, sehingga tidak memenuhi sarat untuk dikonsumsi maupun untuk bahan industri. Biasanya oleh petani ubijalar yang terserang busuk hitam maupun hama boleng dibuang begitu saja di lahan. Padahal kebiasaan petani seperti ini sangat merugikan karena dapat menjadi sumber infeksi pada musim berikutnya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama boleng pada musim kemarau panjang dapat mencapai 50%, khususnya di daerah yang beriklim kering pada tanah yang agak berlempung. Di tanah berpasir, serangan hama boleng relatif lebih rendah.
Penyakit kudis yang disebabkan oleh jamur Elsinoe batatas/Sphaceloma adalah penyakit penting pada tanaman ubijalar. Penyakit lainnya adalah layu fusarium dan virus. Penyakit tersebar luas di beberapa Negara produsen ubijalar terutama yang beriklim tropis. Penyakit ini berkembang lebih pada cuaca lembab dan sejuk, oleh karena itu pengairan yang berlebihan harus dihindari. Penyakit kudis menyerang tulang-tulang daun, batang dan pucuk, yang dicirikan dengan daun-daun menjadi keriting. Pada serangan berat pucuk menjadi kerdil dan akhirnya mati.
Keengganan petani dalam pengendalian OPT pada ubijalar, karena mereka beranggapan salah bahwa ubijalar dapat memberikan hasil tanpa pemberian input. Budidaya yang ala kadarnya sehingga hasil produksi ubijalar pun tidak optimal. Seharusnya ubijalar dapat memberikan hasil yang cukup optimal apabila pengelolaan budidayanya diperlakukan sama seperti budidaya padi, pemupukan yang berimbang, pengamatan OPT yang rutin, dan dilakukan pengendalian OPT. Niscaya hasilnya akan lebih baik dan keuntungan dari ubijalar pun akan dinikmati.

Pengendalian OPT

Pengendalian OPT pada tanaman ubijalar ( Ipomaea batatas ) adalah dengan sistem pengendalian terpadu (PHT). OPT pada ubijalar dapat dikelompokan menjadi tiga golongan besar, yaitu gulma, hama, dan penyakit. Gulma (tumbuhan pengganggu) pada ubijalar akan menimbulkan gangguan, khususnya pada awal pertumbuhan sampai umur 1,5 bulan, bila tidak dilakukan penyiangan/pengendalian. Jenis gulma pada tanaman ubijalar tergantung pada jenis dan tingkat kesuburan tanah, iklim, serta jenis rotasi tanaman. Hama dan penyakit umumnya dikendalikan apabila ada serangan. Bahkan di tingkat petani, hama dan penyakit belum disadari sebagai penyebab rendahnya taraf produktifitas yang dicapai.
Pengendalian OPT secara terpadu pada prinsipnya merupakan pemanfaatan secara optimal berbagai komponen, baik yang bersifat preventif, kultur teknis, biologi, dan cara kimiawi merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak tidak ada yang efektif. Dalam budidaya ubijalar pengendalian OPT dilakukan mulai dini, dari saat penyiapan lahan , pemilihan stek dari persemaian sampai usaha sanitasi setelah panen (penanganan pasca panen).
Hama ubijalar meliputi serangga perusak daun, perusak batang/umbi. Hama boleng Cylas formicarius merupakan serangga hama yang paling ditakuti petani, serangga dewasa (imago) makan tunas, daun, dan umbi. Larva/ulat merupakan stadia yang paling merusak, makan di dalam ubi ditandai oleh adanya lubang-lubang kecil pada kulit luar ubi. Ubi yang rusak berbau khas dan pahit sehingga tidak layak untuk dimakan. Kerusakan yang berat terjadi pada musim kemarau, dimana sering terjadi keretakan tanah akibat kekeringan sehingga memudahkan infeksi oleh hama Cylas. Musuh alami Cylas adalah Cocopet Euborellia philippinensis, Jamur Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, serangga tabuhan Microbracon cylasovarus dan parasitoid Bassus cylasovarus.
Pengendalian penyakit pada tanaman ubijalar adalah dengan penggunaan bibit/stek yang sehat, bebas penyakit, penanaman varietas tahan, rotasi tanaman bukan inang, sanitasi dan eradikasi tanaman pada saat panen. Pemberian mulsa jerani dapat mengurangi serangan penyakit, karena mengurangi percikan air hujan dan siraman yang membawa pathogen dari bagian bawah tanaman kebagian atas tanaman, selain itu pengguguran daun stek pada saat tanam, bertujuan untuk mengurangi sumber inokulum.
Penggunaan varietas unggul merupakan cara pengendalian yang aman dan mudah, sampai saat ini ada lima varietas unggul yang dimiliki oleh Balitkabi yang agak tahan terhadap hama boleng dan penggulung daun.. Dari 321 koleksi plasma nutfah ubijalar yang dimiliki Balitkabi terpilih 5 klon berpotensi unggul, mereka masing-masing diberi nama varietas Sari, Boko, Sukuh, Jago, dan Kidal. Kelima varietas yang dilepas pada tahun 2001 ini agak tahan terhadap hama boleng, hama penggulung daun dan tahan penyakit kudis dan bercak daun.
Dengan pemahaman OPT dan cara pengendalian yang benar diharapkan mampu memberikan solusi kepada petani ubijalar yang tersebar di sentra produksi seperti di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Karang Anyar Jawa Tengah, dan Mojokerto Jawa Timur, sehingga sasaran produksi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar 2,250 juta ton umbi basah bisa terpenuhi. Semoga! (USR)***
Referensi: Pedoman Umum Perlindungan Tanaman Pangan 2008.
Ditjen Tanaman Pangan.2008
Majalah Pangan hal. 25. Vol.I – No.02/Nop 2003.
Majalah Trubus No. 403 – Juni 2003. Hal.84
Foto-foto: Dokumentasi BBPOPT/kel. Fungsional.