AGENS HAYATI
15.06 | Author: Urip SR
Pengertian agens hayati
Agens hayati adalah setiap organisme yang dalam semua tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluannya.
Jenis organisme yang termasuk agens hayati
Organisme yang termasuk dalam agens hayati, yaitu spesies, subspecies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma.
Pengelompokan agens hayati
Agens hayati dikelompokan dalam: 1) Musuh alami, terdiri atas: predator, parasitoid, pathogen serangga, dan antagonis pathogen, 2) Biopestisida.
Predator: adalah hewan yang memangsa hewan lain. Predator membunuh beberapa individu mangsa selama satu siklus hidup. Yang termasuk predator antara lain kumbang coccineliddae, laba-laba, tawon, tungau predator, belalang sembah.
Parasitoid: Serangga parasitoid stadia belum dewasa (nimfa, larva) berkembang pada atau di dalam satu inang, memakan jaringan inangnya dan akhirnya membunuh inangnya. Parasitoid dewasa hidup bebas dan mungkin memangsa. Yang termasuk parasitoid, antara lain serangga yang tergolong dalam family Braconidae, Ichneumonidae, dan Trichogrammatidae.
Patogen serangga
Organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada serangga. Seperti halnya tumbuhan, manusia dan hewan lainnya, serangga dan tungau juga dapat terinfeksi pathogen. Yang termasuk dalam pathogen serangga, antara lain bakteri, cendawan, virus, dan nematoda.
Antagonis pathogen
Mikroorganisme yang menyebabkan terhambat, disintegrasi dan atau matinya pathogen. Yang termasuk dalam antagonis pathogen, antara lain bakteri dan cendawan, virus, dan nematode.

Biopestisida
Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari mahkluk hidup, yaitu mikroorganisme (pestisida mikroba) dan tanaman (pestisida nabati).
Keuntungan yang diperoleh
1. Agens hayati memiliki inang spesifik dan kisaran inang sempit;
2. Aman bagi lingkungan, digunakan sebagai alternative pengendalian yang aman bagi organisme bukan sasaran termasuk manusia dan serangga-serangga yang berguna;
3. Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya, misalnya kultur teknis, varietas tahan, dan kimiawi.
Prosedur umum pengembangan agens hayati
1. Eksplorasi
2. Isolasi
3. Identifikasi
4. Uji keefektifan
5. Uji keamanan
6. Uji kestabilan genetik dari agens antagonis (tidak menurun virulensinya)
7. Uji potensi produksi massal
8. Formulasi agens antagonis yang efisien tetapi tetap efektif
9. Uji kestabilan dalam bentuk formulasi dan masa simpangan
10. Potensi pasar
11. Evaluasi biaya produksi
12. Analisis perolehan dari investasi
13. Pengujian lapang
14. Membuat hak paten agens pengendali hayati
15. Komersialisasi dan pemasyarakatan produk biopestisida.

Referensi:
1. Hoffman, M.P. and Frodsham, A.C. 1993 Natural Enemies of Vegetable Insect Pests. Ithaca, N.Y. A Cornell Cooperative Extension Publication.
2. Shepard, B.M, Carner, G.R, Barrion, A.T, Ooi, PAC, Van Den Berg. 1999. Insect and their Natural Enemies Associated with Vegetables & Soybean in Southeast Asia. South Carolina: Quality rinting Company.
.
This entry was posted on 15.06 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 16 Mei 2011 pukul 22.35 , PPAH Swadaya Kendali mengatakan...

Banyak petani kita masih awam terhadap apa itu agens hayati yang konon bisa mengendalikan OPT, yang perlu kita sosialisasikan terutama para petugas penyuluh pertanian harus bisa membedakan tentang kerja aplikasi antara agens hayati dan pestisida, menurut penjelasan para senior tidak boleh d campur dgn pestisida kimia dan aplikasinya harus 5 t(tepat dosis,tepa waktu,tepat aplikasi,tepat sasaran,tepat jenis)insa ALLAH bisa mengendalikan opt yang ada.......