Sampai saat ini tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) masih merupakan salah satu organisme pengganggu penting di Indonesia. Kerusakan yang ditimbulkannya tidak hanya terbatas pada pertanaman di sawah tetapi juga komoditi-komoditi dalam penyimpanan. Disamping itu distribusi kerusakan tanaman dapat tersebar pada pertanaman padi beririgasi di dataran rendah, pertanaman dataran tinggi dan pertanaman padi pasang surut. Susut hasil yang diakibatkan oleh serangan tikus swah dapat menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti.
Kerusakan serius pada pertanaman padi sampai beberapa ribu hektar dan menyebabkan kerugian yang besar pertama kali dilaporkan pada tahun 1915 di Cirebon, Jawa Barat dan selanjutnya setiap tahun kerusakan yang terjadi bertambah terus bahkan pada tahun 1961 eksplosi serangan tikus terjadi di Jawa dan Madura. Eksplosi serangan tersebut meliputi areal sekitar 1.822.000 hektar yang terdiri dari 1.000.000 hektar dengan intensitas serangan 35% dan sisanya 822.000 dengan intensitas serangan 28% (Dandi, S dkk 1978).
Tikus merupakan hama klasik yang selalu dapat dijumpai di lapang pada setiap musim tanam, sehingga menjadi kurang diperhatikan dibandingkan dengan organisme pengganggu lain termasuk cara pengendaliannya. Berbagai cara pengendalian tikus telah dilakukan oleh petani baik secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah (Kementerian Pertanian) namun hasilnya masih belum memuaskan.

Tikus sawah termasuk famili Muridae, famili ini merupakan kelompok binatang mamalia yang paling berkembang di dunia. Muridae dapat dijumpai dimana saja pada berbagai habitat, adanya tekanan ekologis hanya berpengaruh sedikit terhadap perubahan struktur dan bentuk. Semua jenis (spesies) dalam famili ini kelihatan serupa dan kadang-kadang sulit dibedakan. Muridae adalah satu dari 9 famili di dalam sub ordo Myomorpha dari ordo Rodentia. Secara skematis dapat ditulis sebagai berikut :

Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus argentiventer

Tikus dapat menyerang semua stadia tanaman, baik stadia vegetatif maupun stadia generatif dan susut hasil yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerugian ekonomis yang berarti. Usaha pengendalian yang intensif biasanya selalu terlambat, karena baru dilakukan setelah terjadi kerusakan yang luas dan berat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, salah satu yang perlu diperhatikan adalah mengenai bioekologi dari hama tersebut.

Morfologi

Tikus sawah mirip dengan tikus rumah, tetapi telinga dan ekor lebih pendek. Panjang kepala - badan dan tungkai belakang pada tikus dewasa secara keseluruhan adalah 170 - 208 mm dan 34 - 43 mm. Ekor biasanya lebih pendek dari panjang kepala-badan.

Habitat dan tingkah laku

Habitat tikus sawah sebagian besar di persawahan dan lingkungannya. Mempunyai daya adaptasi yang sangat tinggi sehingga tikus sawah dapat menyebar ke dataran rendah sampai dataran tinggi, suka menggali liang untuk berlindung dan berkembang biak. Membuat terowongan, jalur jalan (runway) sepanjang pematang dan tanggul irigasi.
Tikus sawah termasuk binatang pemakan segala (Omnivora), makan apa saja yang dijumpai. Apabila makanan berlimpah mereka cenderung memilih makanan yang paling disukai, yaitu biji-bijian khususnya padi yang selalu tersedia di lapang. Pada saat kondisi lahan diistirahatkan (bera) tikus menginfestasi ke pemukiman penduduk dan gudang-gudang (tempat penyimpanan).

Pengendalian Tikus sawah

Strategi penting dalam pengendalian tikus sawah adalah pelaksanaan metode pengendalian secara simultan. Metode pengendalian tikus dapat dibagi menjadi kultur teknis, mekanis dan kimiawi.

1, Kultur teknis
- Tanam serempak
- Meminimalkan tempat tinggal dan tempat-tempat persembunyian, dan
- Sanitasi lingkungan persawahan.

2. Cara mekanis dan kultur teknis :
- kombinasi pagar plastik dan perangkap sistem bubu

3. Cara Kimiawi
- Pengumpanan/aplikasi rodentisida
- Fumigasi liang

.
|
This entry was posted on 20.29 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: