Bermental Sehatkah Kamoe...
02.13 | Author: Urip SR
Setiap kejadian dalam hidup merupakan pelajaran bagi kita, dan setiap kejadian adalah bagian dari pembinaan moral pribadi untuk menjadi semakin mantap dan matang. Kehidupan yang bahagia dan penuh arti, akan dinikmati oleh orang yang melaksanakan fungsi kehidupannya secara baik.

Salah satu cara mempengaruhi dan merubah orang lain yaitu dengan berperilaku wajar dan tulus serta penuh pengertian. Hati yang tulus disertai toleransi serta kelembutan, akan mampu merubah sifat keras kepala orang lain, tidak usah jauh-jauh, nyatanya hewan piaraan pun hanya mau jinak kepada orang yang berhati tulus dan penuh toleransi.

Kita selalu harus mengharmoniskan kerangka pikir dengan hati kita, dengan membina suatu konsepsi kehidupan yang sehat/mental yang sehat mampu mengalahkan kesedihan hati dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi yang tidak berlebihan. Jangan menjadi serakah dan pelit apabila sedang mampu dan jangan bersedih hati apabila kehilangan. Dengan bersikap demikian maka kita akan terbebas dari kecemasan hidup, karena orang yang pikirannya tidak harmonis dengan suara hatinya akan bersifat aneh dan tidak wajar, sehingga dia akan selalu tidak tenang dan penuh prasangka.

Moral/etika perlu dibina dan dipupuk agar dapat berkembang dan bertumbuh dengan sehat.
Ada 8 (delapan) ciri mental yang sehat (WHO Expert Commitee On mental Health) yaitu:
  1. Mampu menyesuaikan diri terhadap kenyataan secara konstruktif meskipun kenyataan itu buruk dan pahit.
  2. Mampu memperoleh kepuasan dari upaya dan perjuangan hidupnya.
  3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
  4. Relatif bebas dari ketegangan dan kecemasan (stres).
  5. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
  6. Mampu menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran.
  7. Mampu mengarahkan rasa permusuhan menuju penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
  8. Memiliki daya kasih sayang yang besar.
Sifat kedelapan ciri tersebut akan muncul dan mencuat ke permukaan apabila mental pribadi terus diasah, dibina, dikendalikan dan dikembangkan. Seseorang yang tidak mempunyai rasa malu, tidak akan pernah mampu mengendalikan dirinya dan sulit bagi orang lain menyadarkannya untuk memperbaiki sikap dan perilakunya. Jadi kuncinya adalah kesadaran diri menghaluskan perilaku yang kasar dan koreksi terhadap sikap hidup yang jelek.
Semoga...!***

Referensi:
Sinta 3292 th.XXXIX
25/2-3/3 2009
.
This entry was posted on 02.13 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 komentar:

On 3 Maret 2009 pukul 08.20 , Anonim mengatakan...

Setuju :)

Kang tatang

 
On 5 Maret 2009 pukul 00.04 , Mbah Suro mengatakan...

Sebelum merubah orang lain tentunya harus merubah diri sendiri, mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan.
Dengan hati yang tulus dan penuh kesabaran semua dapat dicapai. Semoga.....
Salam kenal kembali, saya sudah mampir. Matur nuwun.