Malaysia Krisis Identitas....
12.53 | Author: Urip SR
Kembali Malaysia mempertontonkan ketololannya sebagai sebuah bangsa dengan mengklaim Tari pendet sebagai tari tradisionalnya. Mereka (baca Malingsia) tidak berpikir bahwa negara kerajaan yang dipertuan agung adalah berbasis ajaran Islam yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Sangat gegabah berani mengklaim kesenian dari khasanah budaya Hindu yang wanita penarinya menonjolkan aurat.
Sungguh ironis memang, Malaysia telah kehilangan jatidiri, telah kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan bangsanya sendiri. Tari Pendet adalah klaim kesekian kali setelah Reog Ponorogo, kain batik, wayang kulit, keris, angklung dan masih banyak lagi.
Kalau semua bentuk seni budaya di klaim oleh Malaysia, bagaimana kalau kita gantian mengklaim bahwa malaysia adalah bagian dari Profinsi di Indonesia..? Seperti halnya Irak yang mengklaim Kuwait sebagai profinsi yang terakhir dari Irak.
Kita umumkan saja bahwa malaysia adalah bagian dari Profinsi Indonesia yang ke 34.
dengan begitu adil toh...., mantap toh....enak toh....(Bagaimana reaksinya Malingsia...ha2).
Hayooo...siapa berani mendukung...!!! (Emang enak main klaim)
Nanti lama-lama bisa jadi SBY di klaim sebagai Presidennya. (USR)***

Sumber: http://www.facebook.com/home.php?#/profile.php?id=1115806463&v=app_2347471856&ref=profile
|
This entry was posted on 12.53 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

4 komentar:

On 7 September 2009 pukul 14.47 , jani mengatakan...

saya setuju tu bos.kalo maen klaim seenaknya saja.
selain dari yang bos bilang..menara kembar yang meraka megah - megahkan itu.kita jadikan kayu jemuran tempat mengreingkan pakaian.
seenaknya saja mereka..disangkanya kita tidak berbudaya.

saya setuju sekali bos dan mendukung..kalo nggak ganyang aja.

 
On 8 September 2009 pukul 13.04 , Anonim mengatakan...

gak papa kali bos,
toh indonesia memang kebanyakan budaya..terlalu kaya budaya, cuma miskin manajemen saja..
kasian malaysia, biarlah kasih sedikit..gak ada salahnya berbaik hati..
kalo memang gak rela, ya urus itu semua budaya yang punya nilai, jadiin kesejahteraan bagi rakyat.. urus hak paten dan promosiin abis..

 
On 10 September 2009 pukul 14.00 , Anonim mengatakan...

Thanks pendapatnya bro, pro dan kontra selalu ada semua berpijak pada argumentasi masing2 individu, sah2 saja berbeda pendapat.
jujur iklan mereka lebih kreatif drpd iklan kita yg latah mengekor jargon politik seperti kata2 "Lanjutkan...", "Lebih cepat Lebih Baik..." dst tidak kreatif babar pisan.

 
On 19 September 2009 pukul 11.29 , Nunu Genius mengatakan...

malaysia emang kulang ajal. bikin kesel terus, kapan-kapan kita harus kerahkan dukun beranak, wiro sableng, joko tingkir dan emak lampir untuk menyerang mereka ya pak. (maklumlah indonesia masih sering jatuh klo pake pesawat) hehe...

salam kenal pak dari saya - blogkar baru bgt skl.