Serangan penyakit tersebut paling tidak terpantau di Kecamatan Tanjung Lago dan Kota Terpadu Mandiri Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
”Dari tiga hektar sawah saya, satu hektar dipastikan terserang jamur potong leher,” kata Kadek Suoarti (30), petani dari Desa Mulyasari, Kecamatan Tanjung Lago, Senin (14/3).
Agus Miyarto (35), petani di Dusun Empat, Kota Terpadu Mandiri Telang, rugi hampir 2,9 ton atau sekitar 56 persen dari hasil panen biasanya. Akibat serangan hama jamur potong leher tersebut, panen padi dari empat hektar sawahnya turun menjadi 35 karung atau sekitar 2,3 ton beras.
”Padahal, biasanya empat hektar sawah tersebut menghasilkan setidaknya 80 karung atau sekitar 5,2 ton beras,” katanya.
Menurut Agus, jamur tersebut menyerang saat padi berusia sekitar 2,5 bulan atau saat mulai mengeluarkan malai berbulir. Selanjutnya, batang malai padi yang terserang akan membusuk dan bulir padi kosong.
Penularan jamur tersebut berlangsung cepat. Dalam sepekan, jamur busuk pangkal batang mampu menjangkiti satu petak sawah dan terus menular ke petak-petak lainnya. Jamur ini menyerang berbagai jenis padi, mulai dari IR-42, Ciherang, maupun Srikaya.
Dari Papua dilaporkan, panen padi petani di Merauke terancam tidak diserab Bulog karena mutu beras di bawah standar mutu yang ditetapkan pemerintah. Beras banyak memiliki patahan di atas standar mutu pemerintah, yaitu 20 persen.
”Kami minta jaminan pemerintah daerah dengan surat tertulis. Kami bisa melonggarkan standar kualitas, tetapi pemda mau menjamin penyaluran beras hasil pembelian itu kepada PNS. Kami tidak mau ambil risiko,” ujar Kepala Bulog Sub-Divisi Regional Merauke, Arif Mandu.
Arif mengatakan, dari target pembelian beras petani sebesar 10.000 ton pada musim panen rendengan, Bulog baru membeli 1.000 ton.
Dari Jawa Timur dilaporkan, pengusaha penggilingan padi di Jember kesulitan menjual beras ke Bulog, karena harga gabah hingga musim panen raya berakhir diperkiraan masih akan bertahan di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Saat ini HPP gabah kering panen Rp 2.640 per kg dan beras Rp 5.060 per kg.
Candra Irawan, pengusaha penggilingan padi di Desa Sumberpinang, Kecamatan Pakusari, mengatakan, harga pembelian gabah dari pedagang perantara sekitar Rp 2.700-Rp 2.750 per-kg. Ia menjual beras ke pedagang besar sekitar Rp 5.400 per-kg.
Meskipun harga gabah di atas HPP, yaitu sekitar Rp 2.800 per kg, petani di Mojokerto menilai harga itu masih rendah. Petani berharap harga gabah Rp 3.500 per kg. (IRE/RWN/SIR/UTI/TIF)
Sumber: Kompas, 15 Maret 2011
.
0 komentar: