Bagaimana kita menyikapi judul tersebut diatas??? Beragam tanggapan pun muncul dari beberapa kalangan terutama para petugas lapangan seperti POPT (Pengendali Organisme pengganggu Tumbuhan). Ada yang pesimis dan ada pula yang optimis, mari kita dengarkan suara yang pesimis seperti apa sih argumentasi mereka. Berikut hasil rekam jejak suara-suara mereka yang sempat ditanyakan pada saat acara pencanangan panen padi 10 ton per hektar pada luas area 10.000 hektar di desa Tunggak jati, Karawang Barat (kamis 10/3).
"Melihat kondisi iklim sekarang ini rasanya sulit menekan serangan OPT dibawah 10%". celetuk seorang petugas manakala Pak Dirjen menyampaikan bahwa keberhasilan kinerja kita diukur dari keberhasilan kita dalam menekan serangan OPT dibawah 10%.
Ucapan Pak Dirjen tersebut merupakan cambuk bagi para petugas lapang baik itu Mantri Tani, PPL, dan POPT-PHP agar mereka terpacu dan bekerja saling sinergis dan dinas terkait harus cepat dalam mengelola permasalahan OPT. Cepat bertindak dan terukur sehingga mampu mengelola masalah OPT (hama-penyakit) tanaman padi. OPT sendiri bersifat dinamis dan cepat berkembang biak sehingga dibutuhkan kecepatan bertindak, birokrasi yang bertele-tele apalagi dalam hal rekomendasi maka niscaya akan kecolongan.
Beberapa daerah yang cepat bertindak maka tidak terjadi eksplosif/ledakan hama terutama wereng coklat yang perlu ditangani dengan segera. Tetapi daerah yang kurang tanggap pada laporan POPT yang memberikan rekomendasi maka akan dapat diketahui setelah terjadi ledakan serangan wereng coklat berupa hopper burn. Kurang tanggapnya terhadap early warning system membuat beberapa daerah pada musim tanam tahun kemarin mengalami puso.
Maka untuk menjawab tantangan dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang disampaikan oleh Pak Dirjen maka semua jajaran dinas pertanian baik struktural maupun fungsional harus bekerja saling bahu-membahu dan sinergis dengan petugas lapang (Mantri Tani, PPL, dan POPT) mengawal petani.
Untuk kelompok yang optimis menganggap himbauan tersebut merupakan tantangan yang harus diwujudkan bahwa menekan serangan dibawah 10% target yang harus direalisasikan bukan untuk dijadikan polemik. Syaratnya adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, saling kerjasama, tanggalkan ego sektoral yang berlebihan, mari sejahterakan petani, jangan melihat warna baju atau bendera dari mana kita berasal. Obyek kita adalah satu PETANI INDONESIA. Amankan produksi mereka. Satu kata kunci SINERGIS di lapangan untuk kemakmuran petani agar terhindar dari serangan OPT.
.
This entry was posted on 20.39 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 2 Oktober 2014 pukul 10.23 , Andi Dwi @andwi mengatakan...

Eta nu dina foto paling atas pun bapa abdi.