Survey OPT Padi di Kalimantan Tengah
10.26 | Author: Urip SR
Survey OPT Tanaman Padi di Kalteng (2-5 April 2013)
Petugas : Urip SR & Umi Kulsum
Kegiatan surveillans dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Tengah selama 4 (empat) hari. Kegiatan pertama yaitu melakukan koordinasi dengan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi OPT di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Koordinasi berikutnya yaitu dengan Bagian Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Tengah dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi pendukung lainnya.
a.    Keadaan Pertanaman di Provinsi Kalimantan Tengah
    Berdasarkan laporan realisasi tanam pada tahun 2012, pemanfaatan lahan sawah di Provinsi Kalimantan Tengah seluas 218.466 ha dan terbagi menjadi beberapa jenis lahan yaitu sawah rawa pasang surut seluas 111.991 ha (51.26%), sawah rawa lebak seluas 23.643 ha (10.82%), sawah tadah hujan seluas 33.755 ha (15.45%) dan sawah irigasi seluas 49.077 ha (22.46%).
Rencana tanam Provinsi Kalimantan Tengah pada MT 2012/2013 dan MT 2013 adalah seluas 250.608 ha (padi sawah dan padi ladang) dan yang telah terealisasi hingga Bulan Februari seluas 16.159 ha (6.45%). Sedangkan rencana tanam khusus untuk padi sawah pada MT 2012/2013 dan MT 2013 adalah seluas 164.056 ha dan yang telah terealisasi Bulan Februari seluas 15.921 ha (9.71%).
    Padi yang ditanam di Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari beberapa varietas, yaitu diantaranya varietas lokal (siam unus, siam mutiara, siam kuning dan varietas unggul (Ciherang, Situbagendit, IR-64, Inpari 2, Inpari).  
b.  Keadaan Serangan OPT Utama  Padi Periode II Februari 2013
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang tanaman padi sampai dengan akhir Bulan Februari 2013 berdasarkan laporan petugas POPT Provinsi Kalimantan Tengah, luas keadaan serangan hama Penggerek Batang Padi (PBP) mencapai 450.2 ha (3.89%), hama Wereng Batang Coklat (WBC) mencapai 26.4 Ha (0.23%), hama Tikus 136.9 Ha (1.18%), penyakit BLB 10.5 Ha (0.09%), penyakit Blas mencapai 37.2 ha (0.32%) dan penyakit Bercak coklat bergaris (Cercospora oryzae) menginfeksi tanaman padi seluas 18.6 ha (0.16%).
Berdasarkan laporan POPT periode II Februari 2013, menyatakan bahwa OPT yang paling banyak menyerang pertanaman padi di Provinsi Kalimantan Tengah adalah hama PBP dan tikus, namun serangannya tidak pernah menyebabkan hingga tanaman menjadi puso. Berdasarkan keterangan POPT, hal tersebut dikarenakan adanya respon yang cepat dalam gerakan pengendalian.
c.    Hasil Pemantauan Lapang
Berdasarkan laporan POPT, terdapat beberapa daerah sentra padi yang menjadi sorotan untuk dilakukan surveillans, yaitu diantaranya Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas. Kegiatan Survey lapangan keadaan OPT di masing-masing kabupaten dilakukan di 3 (tiga) kecamatan, dan masing-masing kecamatan diamati 3 (tiga) desa.
Berdasarkan hasil pengamatan di Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, dominan tanaman padi sudah berumur tua, bahkan banyak yang sudah panen. Umur tanaman  padi lokal berkisar antara 150-160 HST dan waktu tanam lebih lama dibandingkan dengan varietas unggul.  OPT dominan yang ditemukan di dua kabupaten tersebut adalah penyakit bercak bergaris yang disebabkan oleh cendawan Cercospora oryzae terutama di Kecamatan Paku dan Kecamatan Gunung Bintang Awal. Intensitas serangan tikus di Kabupaten Barito Selatan cukup tinggi, namun pengendalian telah dilakukan dengan cara pengemposan pada lubang aktif.
OPT yang menyerang pertanaman padi di Kabupaten Pulang Pisau adalah hama PBP, tikus, penyakit BLB dan penyakit blas. Umur tanaman padi di Kabupaten Pulang Pisau adalah berkisar antara 15 – 145 HST. Varietas dominan yang ditanam adalah varietas lokal (siam unus dan siam sampoy). Kabupaten Pulang Pisau merupakan daerah pasang surut, sehingga pada saat survey, kondisi persawahan sedang dalam keadaan pasang. Serangan PBP terdapat di seluruh kecamatan yang diamati, namun intensitas serangan masih rendah. Sama halnya dengan serangan penyakit BLB yang terdapat di Kecamatan Maliku dan Kecamatan Pandibatu intensitas serangannya masih relatif rendah. Sedangkan penyakit blas banyak dijumpai di Kecamatan Maliku dengan intensitas serangan mencapai 20,4% di Desa Seh Baru dan 8.5% di Desa Mulyasari. Kondisi keparahan penyakit blas tersebut terjadi pada tanaman tua yang akan dipanen, sehingga perlu ada penanganan terhadap serasah sisa panen yang dapat  berpotensi menjadi sumber inokulum.
Kabupaten Kapuas merupakan lokasi sawah pasang surut. Berdasarkan hasil pengamatan, dominan tanaman padi yang ditanam berumur semai hingga 30 HST dengan varietas dominan lokal (siam mutiara dan siam unus). OPT yang ditemukan adalah hama WDH, penyakit BLB, Cercospora dan penyakit blas. Populasi WDH ditemukan pada persemaian dengan menggunakan jaring. Populasi yang ditemukan mencapai 9,3 ekor per 10 ayunan tunggal di Kecamatan Kapuas Murung. Penyakit padi ditemukan di seluruh kecamatan yang diamati dengan intensitas serangan sekitar 0 – 4.8%.
d.  Upaya yang Dilakukan Instansi Daerah
Menurut laporan POPT, OPT yang terdapat di Kabupaten Pulang Pisau adalah hama PBP. Pada musim tanam sebelumnya, kerusakan hama tersebut mencapai ±200 ha pada umur tanaman 5 MST. Kortikab daerah tersebut telah mengupayakan adanya gerakan pengendalian dengan menggunakan pestisida. Koordinasi dilakukan dengan mengundang Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Tengah untuk merealisasikan biaya pengendalian. Pada awal tanam ini di Kabupaten Pulang Pisau dominan tanaman masih berumur muda, sehingga Kortikab setempat dengan petani berupaya mengendalikan serangan PBP dengan memanfaatkan lampu perangkap. Kegiatan SL selalu dilakukan setiap minggu dengan materi yang tersusun secara sistematik, sehingga informasi-informasi dapat langsung sampai kepada kelompok tani.
Serangan hama tikus pada musim tanam sebelumnya terjadi di Kabupaten Kapuas. Serangan terjadi pada umur tanaman 10 MST. Pemerintah dan Kortikab setempat serta kelompok tani berupaya mengendalikan serangan tikus tersebut dengan cara mencari lubang aktif dan pengemposan belerang.
Petugas Laboratorium Agens Hayati Provinsi Kalimantan Tengah selalu aktif membuat perbanyakan agens hayati yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangan OPT tanaman pangan di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Pelatihan kepada ±90 orang petani pengamat dilakukan oleh Balai Proteksi Tanaman Pangan dengan tujuan mempermudah dalam pemantauan OPT tanaman padi di Provinsi Kalimantan Tengah.
e.   Prediksi dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil pengamatan surveillans di Kabupaten Pulang Pisau, OPT yang paling banyak menyerang pertanaman padi adalah hama PBP. Intensitas serangan PBP di Kabupaten Pulang Pisau berkisar antara 0 – 4.9% dan serangan yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Maliku, Desa Kenamit Jaya. Rekomendasi yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan pengendalian pada spot rumpun yang terserang dengan menggunakan insektisida butiran. Karena tanaman masih muda, maka pengendalian dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan parasitoid.
OPT yang menyerang Kabupaten Kapuas adalah hama WDH pada tanaman persemaian dan penyakit padi pada tanaman umur muda. Dominan tanaman padi yang ditanam di Kabupaten Kapuas adalah varietas lokal, sehingga umur semai lebih lama. Populasi WDH yang tertangkap oleh jaring adalah 9,3 ekor/10 ayunan tunggal pada luasan semai rata-rata 300 m2. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan yang lebih intensif. Populasi WDH tersebut dapat menyebabkan tanaman berpotensi terinfeksi penyakit tungro. Selain serangan hama, penyakit padi yang menyerang tanaman padi di Kabupaten Kapuas adalah penyakit BLB, penyakit Blas dan penyakit bercak bergaris (Cercospora). Rata-rata intensitas penyakit yang menyerang adalah 0 – 5,9%. Intensitas serangan masih belum tinggi dan dominan tanaman masih berumur 15–30 HST, sehingga masih dapat dikendalikan dengan memanfaatkan agens hayati. Selain itu, perlu dilakukan pengamatan yang lebih intensif untuk mencegah penyakit menyebar ke pertanaman padi lainnya.
f.   Informasi lainnya
•    Pemasangan Light Trap di Provinsi Kalimantan Tengah adalah berjumlah 83 buah dengan kondisi sudah terpasang semua. Kendala yang dihadapi adalah lampu sering mati pada tengah malam hingga pagi dan sampai saat ini masih belum dapat diperbaiki. Hasil tangkapan light trap terdiri dari serangga hama dan musuh alami.
•    Kondisi THL sangat kurang dan honor sebagian THL selama dua bulan yang belum dibayar oleh pemerintah pusat, ditanggulangi sebagian oleh pemerintah daerah.
•    Petani pengamat yang aktif di Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah 32 orang.
•    Sistem budidaya padi di Provinsi Kalimantan Tengah dominan menggunakan varietas lokal (siam) membutuhkan waktu tanam yang lama yaitu sekitar 6-8  bulan. Sedangkan varietas unggul biasa ditanam pada bulan Mei – September
•    Jenis pestisida yang beredar di wilayah pengamatan Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari insektisida sebanyak 55 buah, herbisida 60 buah, fungisida 13 buah dan rodentisida sebanyak 4 buah.
(Umi Kulsum & Urip SR)***
.
This entry was posted on 10.26 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: