Dua genus nematoda patogen serangga (NPS), Steinernema dan Heterorhabditis, mempunyai beberapa keunggulan sebagai agensia pengendalian biologi serangga hama dibandingkan dengan musuh alami lain, yaitu daya bunuhnya sangat cepat, kisaran inangnya luas, aktif mencari inang sehingga efektif untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak.
Mekanisme Patogenisitas
Mekanisme patogenisitas NPS terjadi melalui simbiosis dengan bakteri patogen Xenorhabdus untuk Steinernema dan Photorhabdus untuk Heterorhabditis. Infeksi NPS dilakukan oleh stadium larva instar III atau Juvenil infektif (JI) terjadi melalui mulut, anus, spirakel, atau penetrasi langsung membran intersegmental integumen yang lunak. Setelah mencapai haemocoel serangga, bakteri simbion yang dibawa akan dilepaskan ke dalam haemolim untuk berkembang biak dan memproduksi toksin yang mematikan serangga. NPS sendiri juga mampu menghasilkan toksin yang mematikan. Dua faktor ini yang menyebabkan NPS mempunyai daya bunuh yang sangat cepat. Serangga yang terinfeksi NPS dapat mati dalam waktu 24-48 jam setelah infeksi.
Cara Isolasi
NPS mudah diisolasi dari sampel tanah ber-pasir yang porositasnya tinggi. Sampel tanah di tempatkan dalam botol, kemudian diinfestasi dengan ulat lilin, ulat Hongkong (Tenebrio molitor), atau ulat bambu. Setelah diinkubasikan selama 5 hari, ulat akan mati terinfeksi oleh nematoda. Ulat yang mati terinfeksi Steinernema, tubuhnya tampak berwarna coklat muda, sedangkan yang terinfeksi Heterorhabditis berwarna coklat tua agak kemerah-merahan. Isolasi NPS dari tubuh ulat dilakukan dengan cara menempatkan ulat pada cawan petri yang beralaskan kertas saring basah. Dalam waktu 2–3 hari, NPS akan keluar dari tubuh serangga dan masuk ke dalam air di cawan yang lebih besar.
Cara Perbanyakan:
Perbanyakan secara In Vivo
Perbanyakan NPS secara in vivo dilakukan dengan menggunakan ulat Hongkong (T. molitor). Ulat Hongkong dimasukkan dalam bak plastik atau nampan yang dialasi dengan kertas saring atau kertas koran. Suspensi Juvenil infektif  diinokulasikan secara merata pada kertas tersebut. Dalam waktu 7 hari, 80-90% ulat sudah terinfeksi oleh NPS. Ulat yang terinfeksi dipindahkan ke rak perangkap yang dialasi kain, kemudian ditempatkan dalam bak plastik yang berisi air. Setelah diinkubasikan selama 3-5 hari, Juvenil infektif  NPS akan keluar dari serangga dan masuk ke dalam air. Satu gram ulat Hongkong bisa menghasilkan 65.000 Juvenil Infektif.
Perbanyakan secara In Vitro
Perbanyakan secara in vitro dengan medium buatan sebenarnya lebih sulit dan rumit karena sangat tergantung pada biakan bakteri primer, tetapi lebih efisien untuk produksi skala besar atau komersial. Medium yang digunakan adalah bahan berprotein tinggi, seperti homogenat usus, ekstrak khamir, pepton, tepung kedelai, dan lain-lain. Perbanyakan bisa dilakukan di medium cair atau semi padat. Medium semi padat dengan spon paling umum digunakan karena porositasnya tinggi. Nutrisi untuk perbanyakan diresapkan ke dalam spon dengan perbandingan 12,5 : 1 (medium : spon, satuan dalam berat). Spon dimasukkan dalam botol atau plastik tahan panas, kemudian disterilisasi. Setelah medium dingin, bakteri simbion fase primer diinokulasikan ke dalam medium. Bakteri dibiarkan berkembang biak selama 2-3 hari sebelum diinokulasi dengan JI. NPS dapat dipanen dua minggu kemudian. Setiap 1 g medium spon dapat menghasilkan 90.000 Juvenil infektif. Perbanyakan dengan medium cair dilakukan dalam bubble column fermentor untuk memberikan aerasi yang baik bagi perkembangan NPS.
Formulasi
Juvenil infektif diformulasikan menjadi biopestisida dalam bentuk cair atau butiran. Formulasi cair yang telah dikembangkan oleh BB-Biogen dikemas dalam spon yang praktis untuk digunakan, disimpan, dan ditransportasikan. Satu kemasan mengandung 200.000.000 Juvenil infektif. Formulasi butiran dikembangkan menggunakan bahan dasar alginat, tanah liat, atau tanah gambut. Ke dalam formulasi juga ditambahkan bahan aditif yang berfungsi sebagai surfactant, anti desikan, dan nutrient stimulan.
Aplikasi
Formulasi cair, butiran alginat, dan tanah liat diaplikasikan dengan teknik penyemprotan biasa setelah dilarutkan dalam air. Sedangkan formulasi tanah peat dengan cara ditabur. Biopestisida NPS diaplikasikan dengan dosis 109 Juvenil infektif /ha. Waktu aplikasi yang tepat adalah sore hari karena NPS sangat rentan terhadap kekeringan. Waktu satu malam cukup bagi NPS untuk menemukan dan menginfeksi inangnya.
Keefektifan
Biopestisida NPS telah terbukti efektif mengendalikan penggerek batang padi, hama boleng (Cylas formicarius), Lyriomyza, ulat grayak (Spodoptera litura), penggerek tongkol jagung (Ostrinia furnacalis), ulat kantong, dan penggerek polong kedelai (Etiela zinkenella).Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan   Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
(BB-BIOGEN)***
.
|
This entry was posted on 14.56 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 komentar:

On 10 Juni 2015 pukul 06.06 , KANGS MAMAN mengatakan...

untuk sampel tanahnya yang bagus diambil dari lahan sawah atau darimana pa?

 
On 10 Juni 2015 pukul 06.08 , KANGS MAMAN mengatakan...

untuk sampel tanahnya yang bagus diambil dari lahan sawah atau darimana pa?