Pemanfaatan Burung Hantu sebagai Pengendali Tikus di Kab. Ngawi, Jawa Timur

Keberhasilan pengendalian tikus dengan pemanfaatan burung hantu Tyto alba seperti yang telah diuji cobakan di perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan di Sumatera Utara terbukti sangat efektif sehingga cara seperti ini juga diterapkan di beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Salah satu daerah yang sukses dalam pengembangbiakan burung hantu adalah di Kecamatan Nggrambe, Kab. Ngawi, budidaya burung hantu yang telah sukses membuat Kabupaten ini mencanangkan pengendalian tikus dengan memanfaatkan peran Burung Hantu dengan pelepasan burung hantu disertai pembuatan gupon (sarang) di areal persawahan di beberapa kecamatan yang tersebar di Kabupaten Ngawi.
Burung hantu tersebut hanya memangsa tikus sawah. Agar lebih berhasil burung-burung tersebut dibuatkan gupon (sarang) dan tempat-tempat bertengger. Melalui dana APBD Tk II kabupaten Ngawi melakukan pilot project di 9 (sembilan) kecamatan dengan pembangunan Gupon permanen setinggi 5 meter diareal persawahan, masing-masing gupon ditempatkan sepasang burung hantu (Tyto alba).

Melihat tingkat keberhasilan burung hantu dalam menekan populasi tikus seperti di areal perkebunan tersebut, menurut Suwarno ES koordinator POPT Kab. Ngawi, menyatakan optimis bahwa langkah pengendalian tikus yang ramah lingkungan itu bakal berhasil apabila semua masyarakat tani kompak dan menjaga kelestarian burung hantu tersebut.
"Dukungan dari dinas terkait dan support dari pemda setempat merupakan salah satu kunci keberhasilan". tuturnya mengakhiri obrolan ditengah sawah.
Pengembangan spesies burung hantu di areal persawahan dilakukan di kabupaten Ngawi sejak dekade 2000 hingga sekarang. Kec. Nggrambe merupakan daerah penangkaran yang memasok burung hantu di wilayah Ngawi, bahkan sampai dikirim ke beberapa daerah yang lain.
Spesies-spesies tikus yang paling disukai Burung Hantu adalah tikus semak (Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattus argentiventer), dan tikus rumah (Rattus rattus diardi).
Berdasarkan rata-rata kepadatan populasi tikus 70 ekor/hektar banyaknya sarang yang dibuat adalah 1 sarang (gupon) per 43 hektar. (Thohari 1987).
Burung Hantu adalah predator yang paling efektif menekan populasi tikus disawah dan perkebunan kelapa sawit selain ular sawah, ular Python sp. yang banyak menghuni persawahan juga efektif mengendalikan hama tikus sawah.
Untuk mempertahankan populasi predator dilapangan terutama (Burung Hantu dan ular) , kepada masyarakat hendaknya dilarang memburunya. Hal ini perlu disosialisasikan dilingkungan para petani, peran petugas POPT dan penyuluh lapangan sangat berperan dalam sosialisasi tersebut.

Foto diambil di areal sawah milik kelompok tani di Kecamatan Paron, Kab. Ngawi.
Ucapan terima kasih:
Kepada Bpk Suwarno ES koordinator POPT Kab. Ngawi, Edi Purnomo POPT Kec. Paron,
Toha Maksum POPT Kec. Kwadungan, (Namanya lupa) POPT Kec. Ngawi.
Sdr. Kukuh, Ratih, Titik, Wati, THL-POPT yang membantu kelancaran selama surveilans.

Pesan Moralnya: Menyalakan Lilin lebih utama daripada mencaci kegelapan itu.
.
This entry was posted on 04.47 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 komentar:

On 17 Februari 2010 pukul 08.19 , Badruz mengatakan...

betul banget nih, menyalakan lilin lebuh bagus dari pada mencaci kegelapan, mencaci PLN ketika listrik mati...

 
On 17 Februari 2010 pukul 12.57 , Anonim mengatakan...

...Bolehlah mencaci PLN..yg suka byar Pet...he2..
Salam kenal Mas Badruz...