Bengkuang sebagai Pestisida Nabati
11.53 | Author: Urip SR
Secara sederhana pembuatan pestisida nabati dilakukan melalui beberapa proses penanganan bahan tumbuhan secara baik agar bahan tersebut tidak kehilangan aktifitas hayatinya (bioactivity). Kehilangan aktivitas hayati dapat terjadi pada tahap pengkoleksian, penyimpanan, dan persiapan bahan atau material tumbuhan.
Soeharjan (1994) mengemukakan beberapa teknik yang sederhana untuk menghasilkan bahan pestisida nabati yaitu: 1) penggerusan, penumbukan, pembakaran atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta, 2) perendaman untuk produk ekstrak, 3) ekstraksi penggunaan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus untuk menghasilkan produk berupa ekstrak yang dikerjakan dengan tenaga terampil dan dengan peralatan yang khusus.
Untuk memperoleh bahan yang diharapkan memiliki aktifitas biologi dikenal dua cara koleksi yaitu koleksi bahan baku segar dan koleksi kering. Bahan baku segar akan lebih baik bila langsung diekstraksi dengan menggunakan pelarut tertentu beberapa kali seperti aseton atau alcohol. Proses ekstraksi bahan merupakan proses awal memperoleh bahan sebagai pestisida nabati.
Dalam keadaan yang tidak memungkinkan memperoleh bahan baku segar, dapat dilakukan pengeringan bahan yang dilakukan secara hati-hati menggunakan mesin pengering beku (freeze dryer) atau bahan dikeringudarakan di tempat teduh dan berangin (dalam ruangan pada suhu ruang), agar tidak terjadi kerusakan atau perubahan pada komponen kimia yang dikandung bahan tersebut. Namun untuk penggunaan yang sederhana dan mudah dilakukan oleh petani, dapat dilakukan ekstraksi sederhana baik untuk bahan segar maupun bahan kering melalui tahapan seperti yang dijelaskan dibawah.

Ekstraksi bahan segar

• Bagian tumbuhan segar (daun dsb) dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci, kemudian ditumbuk dan dicampur dengan air dengan konsentrasi 25 – 100 g/l air.

BENGKUANG
(Pachyrrhyzus erosus Urban)

Bengkuang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1-1000 m dpl). Bengkuang merupakan tumbuhan semak semusim yang tumbuh membelit. Batang bulat, berambut dan berwarna hijau.
Daun tunggal, bulat, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, tulang daun menyirip, permukaan berbulu, panjang 7-10 cm, lebar 5-9 cm, berwarna hijau.
Bunga majemuk, bentuk tandan, letak di ketiak daun, tiap tangkai terdiri atas 2-4 kuntum, berwarna ungu kebiruan. Buah polong berbentuk pipih dan berwarna hijau. Biji keras, bentuk ginjal, berwarna kuning kotor.
Akar tunggang berumbi. Perbanyakan tanaman dengan biji.
Bagian tanaman yang digunakan: biji, mengandung rotenon yang merupakan racun penghambat operasional sel.

OPT sasaran:
Hortikultura:
Croccidolomia binotalis, Aphis fabae, A.craccivora, Bombix mori, Dysdercus megalopygus, Epilachna varivestis, Myzus persicae, Nezara viridula, Plutella xylostella dan Spodoptera litura.

Tanaman pangan:
Serbuk atau tepung biji bengkuang dapat digunakan untuk melindungi benih tanaman dari serangan hama gudang. Serangga yang teracuni mati kelaparan yang disebabkan oleh kelumpuhan alat-alat mulut.

Cara aplikasi
Biji dan daun dicuci, ditumbuk, ekstraknya diencerkan dengan aquades. Alkohol dan petroleum eter dapat digunakan sebagai pelarut. Aplikasi dilakukan dengan penghembusan atau penyemprotan ke bagian tanaman.
Ekstrak biji bengkuang bersifat toksik terhadap larva ulat krop dengan LC50 : 11,48 %. Tingkat kematian terendah 13 % pada 4 hari setelah perlakuan dengan konsentrasi 12,5 % (125 gram per liter air) (Soekarto, et al, 1999).

Dari berbagai sumber.
.
This entry was posted on 11.53 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: