Perusahaan di mana pun juga tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan warga sekitar. Ironis menyaksikan sebuah perusahaan berkembang pesat sementara taraf hidup masyarakat di sekitarnya begitu rendah dan memprihatinkan.

Sudah sewajarnya apabila perusahaan ikut ambil bagian untuk memajukan dan menyejahterakan masyarakat. Mengikuti jalan pikiran tersbut, dewasa ini banyak perusahaan yang memasukkan upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari program tanggung jawab perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Salah satu contoh upaya di bidang ini adalah keberhasilan panen padi dengan metode system of rice intensification (SRI) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang didukung oleh PT. HM Sampoerna Tbk.
Sampoena melalui Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK Sampoerna).

Lumbung Padi

Keberhasilan inisiatif CSR di Karawang memiliki arti penting. Sejak lama, kabupaten Karawang dikenal sebagai “lumbung padi” Jawa Barat karena merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar di provinsi tersebut. Akan tetapi, julukan tersebut terancam sirna karena produksi padi Karawang terus menurun.
Data Dinas Pertanian Karawang menyebutkan, selama kurun waktu 18 tahun, yaitu antara tahun 1989 dan 2007, alih fungsi lahan teknis menjadi lahan pemukiman dan industri mencapai 2.578 hektar atau 135,6 hektare per tahun. Selain itu, faktor debit air irigasi yang semakin menurun, ketergantungan kepada sarana produksi pertanian non-organik yang semakin meningkat, dan tingkat kesuburan lahan yang semakin menurun secara keseluruhan berdampak terhadap penurunan produktifitas hasil panen. Berbagai kendala tersebut menjadi awan gelap yang membayangi nasib petani Karawang.
Yang lebih memprihatinkan, banyak generasi muda mulai meninggalkan bidang pertanian karena dianggap kurang menjanjikan. Mereka lebih memilih bekerja di sektor industri.
Menanggapi kondisi tersebut, Sampoerna tergerak melakukan inisiatif yang dapat mengembalikan potensi utama kawasan, yakni sebagai lumbung padi. “Sebagai salah satu warga usaha dan bagian dari masyarakat di Karawang, sudah sepatutnya kami tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi oleh warga sekitar tempat operasional kami berada. Menjaga kelestarian Kabupaten Karawang sebagai lumbung padi di Jawa Barat serta mendorong pencapaian ketahanan pangan adalah salah satu prioritas program Corporate Social Responsibility kami untuk wilayah ini” jelas Niken Rachmad, Director Communications PT HM Sampoerna Tb.

SRI

Upaya yang dilakukan adalah menerapkan metode yang tepat untuk mendorong produksi padi. Yang dipilh adalah metode SRI, yang merupakan teknik budidaya tanaman padi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman melalui perbaikan pola pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.
Metode yang dikenal ramah lingkungan ini ditemukan pada 1983 di kepulauan Madagaskar dan telah berhasil dikembangkan di sejumlah negara. Di Indonesia SRI telah dikembangkan di 14 provinsi dengan hasil yang menggembirakan. Untuk provinsi Jawa Timur sejak tahun 2007 pengembangan SRI telah dilakukan oleh PPK Samporna meliputi di Madiun, Ngawi, Jombang, Malang, Mojokerto, Pasuruhan, Jember, Bojonegoro, Lamongan, Tuban, Bangkalan, dan Sampang.
Dengan tujuan memperluas cakupan area penerapan padi SRI dan juga sebagai bentuk komitmen Sampoerna dalam program ketahanan pangan, bekerjasama dengan Tim Pengembang Padi SRI dari Merdeka Indonesia Sempurna dan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang melalui petugas penyuluh lapang (PPL) setempat di lahan percontohan Kabupaten Karawang di Desa Puseur Jaya seluas 1,3 hektar dan Desa Sukaluyu seluas 2 hektar dengan melibatkan lima petani binaan, budidaya padi metode SRI, Pengendalian Hama terpadu, Pembelajaran Ekologi Tanah (PET), teknis pembuatan kompos, MOL (Mikro Organisme Lokal) dan Pestisida Organik serta penanganan pasca panen.
Sekolah lapang ini bertujuan selain untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada para petani, juga untuk memonitor dan melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh petani dan petugas SRI. Sampai saat ini terdapat 40 orang kader petani dari hasil Training of Tarainer.
Dalam rangka panen perdana SRI, pada 25 Mei 2010 lalu di lahan pertanian Desa Sukaluyu dilangsungkan kegiatan anen Perdana SRI Musim Tanam I periode Januari-April 2010 yang dihadiri oleh H. Nachrowi M. Noor Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, DR. Ir. Agus Sofyan Direktur Perluasan Areal Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Prof. DR. Ir. Iswandi Anas MSc. Ketua INA SRI (Indonesia System of Rice Intensification), Lembaga Swadaya Masyarakat terkait, kelompok tani dari wilayah Kabupaten Karawang, sekaligus juga tokoh masyarakat, serta jajaran manajemen PT. HM Sampoerna Tbk.
Pada musim tanam pertama tersebut lahan pertanian yang menerapkan metode SRI di Desa Puseur Jaya, hasil panennya meningkat 35,9 persen mencapai 9,48 ton per hektare, lebih baik dibandingkan hasil panen padi non SRI yang rata-rata hanya mencapai 6,24 ton per hektare. Setelah hasil panen musim pertama yang terbukti baik tersebut, maka pada musim tanam kedua diperluas area tanamnya menjadi 13,3 hektare dengan melibatkan 21 petani binaan.
Niken achmad, Director Communications PT. HM Sampoerna Tbk, menambahkan, “Dengan keunggulan-keunggulan budidaya padi metode SRI, maka kami memiliki keyakinan bahwa metode SRI ini berpotensi menjadi salah satu solusi dalam mempertahankan swasembada beras, mencapai ketahanan pangan dan membentuk petani yang mandiri serta bijak dalam pengelolaan lahan yang lebih ramah lingkungan berbasis sumber daya lokal. Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan dan mensosialisasikan metode SRI, dimana saat ini areal metode SRI binaan kami sudah mencapai 502,74 hektare dengan melibatkan 1.145 petani binaan.”
Pengembangan budidaya padi metode SRI dinilai dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh para petani melalui teknis budidaya perakaran yang hemat air, hemat biaya produksi, peningkatan hasil panen, dapat meningkatkan kemandirian petani serta pertanian yang ramah lingkungan berbasis sumberdaya lokal. Metode ini juga patut dicontoh dan disebarluaskan sehingga menjadi solusi bagi kawasan-kawasan lain yang memiliki masalah serupa.
Sumber:
(Advertorial Kompas, Senin 14 Juni 2010).
.
This entry was posted on 11.43 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: