Berkelok-kelok jalan menuju kawasan dataran tinggi Dieng, dinginnya hawa Dieng Plateau serta hijaunya hamparan bertingkat lahan tanaman kentang menjadi saksi abadi kiprah yang dijalankan petani di wilayah ini. Dari sinilah, profil kelompok tani yang profesional bermula. Kelompok Tani "Perkasa" demikian nama kelompok usaha tani yang didirikan sejak tahun 2005 di desa Dieng Kulon, Kec. Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.
Keberhasilan KT "Perkasa" sangat didukung oleh SDM yang terpelajar dan muda-muda, banyak petani yang berpredikat sarjana sehingga sangat mudah dalam "Tranfer Teknologi".
Namun semuanya itu tidak terlepas dari sosok "Sang Motivator" yang selalu memberikan spirit bagi KT Perkasa.

Siapakah Sang Motivator tersebut..???

Tidak bermaksud mengecilkan peran serta anggota yang lain. Ialah Bambang Riyadi (44) bapak 3 putra yang bertekad merubah paradigma yang melekat pada petani kita yang selama ini dicitrakan sebagai petani yang miskin, bodoh dan kotor. Maka ia bertekad untuk merubah image yang selama ini melekat. Petani harus kaya, pinter dan bersih. Jadi petani itu, baik petani tanaman pangan maupun hortikultura harus kaya, pinter dan bersih. Harapan itu tidak muluk-muluk karena sekarang, ia dan anggota KT Perkasa tengah bangkit merintis ke arah yang dicita-citakan itu.
Seperti yang diungkapkan kepada penulis, bahwa hal utama dalam melakukan agribisnis adalah "keberanian berbuat atau melakukan sesuatu". Demikian pula halnya Mas Bambang begitu sapaan akrab lelaki asal Dieng Kulon, tanpa berpikir terlalu rumit, berbagai pelatihan ia serap demi kemajuan KT Perkasa, tentu yang berhubungan dengan tanaman kentang.
Berbagai nama agens hayati ia paham dan dikuasai seperti Mycoriza, Verticillium, Trichoderma dan PGPR.
Jalan hidup dipilihnya sebagai petani kentang sejati, ia terjun langsung dalam kegiatan usaha tani kentang di kampung halamannya. Beberapa petani muda di kawasan dieng pun diajaknya bergabung dalam KT Perkasa. Kalimat Perkasa bukan tanpa makna tetapi mempunyai arti Pertanian Kami Selaras Alam hal ini sesuai dengan visi dan misi KT yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam pengendalian OPT lebih mengutamakan pengendalian dengan agens hayati sesuai prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).
Menurut Bambang, suka tidak suka petani dieng sudah hidup berdampingan dengan hama cacing emas/Nematoda Sista Kuning (NSK) Globodera rostochiensis, sehingga kita harus berpikir cerdas bagaimana caranya agar bisa meminimalisir serangan cacing emas terhadap tanaman kentang. Ancaman serangan cacing emas sudah sangat serius apabila tidak ditangani dengan baik maka tidak mustahil produksi kentang di wilayah dieng akan selalu menurun setiap kali panen.
Saat ini produksi kentang di wilayah dieng rata-rata hanya 16 ton per hektar itupun sudah dilakukan dengan aplikasi pengendalian, kalau tidak dilakukan aplikasi hanya menghasilkan 5- 10 ton per hektar. Coba bandingkan dengan waktu dulu sebelum NSK masuk ke wilayah ini, petani dieng mampu menghasilkan kentang rata-rata 25-30 ton per hektar.
Betapa sangat serius ancaman hama NSK ini...!!!
Maka upaya antisipasi pengendalian NSK terus dilakukan dengan berbagai metode, seperti upaya mem-bera-kan lahan, rotasi tanaman, melakukan survey lebih detail untuk memastikan daerah sebar dan pemetaan NSK. Selain itu juga dilakukan pemberdayaan petani yang antara lain melalui penyuluhan, penyebaran informasi, kursus SLPHT, dan penelitian/kajian pengendalian NSK bekerjasama dengan perguruan tinggi maupun istansi pemerintah.
Diakhir obrolan, Bambang atas nama kelompok tani Perkasa berharap melalui kajian yang tengah dilakukan pihak perguruan tinggi maupun instansi pemerintah tidak hanya sesaat tetapi berkelanjutan sampai ditemukan teknologi pengendalian yang tepat untuk Cacing Emas atau NSK sehingga petani betul-betul terbantu dalam memecahkan masalah hama utama pada tanaman kentang ini.
Semoga.!!! (USR)***

Ucapan terima kasih kepada semua anggota Kelompok Tani Perkasa
Desa Dieng Kulon, Kec. Batur, Banjarnegara.
Terutama Mas Bambang Riyadi dan Keluarga.
.
|
This entry was posted on 22.54 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: