Mengais Rezeki di PenghujungRamadhan
11.18 | Author: Urip SR
Cikampek (09/09/2019). Memasuki H-1 lalu lintas di fly over Cikampek nampak lengang, tidak seperti biasanya di ujung fly over ini menjadi terminal bayangan sehingga menjadi sumber kemacetan setiap saat. Namun sangat kontras dengan yang terjadi dibawah jembatan fly over terjadi kemacetan oleh kendaraan roda dua berbaur dengan angkot dan tukang becak.
Sementara beberapa pedagang dadakan bermunculan mengais rezeki dipenghujung ramadhan ini, seperti pedagang cangkang ketupat. Setelah warung dadakan bermunculan kini giliran pedagang cangkang ketupat mulai menjamur memenuhi sudut kota Cikampek.
Adalah Endang (50) warga desa Jomin Timur, kecamatan Kotabaru yang jeli melihat peluang ini. Memasuki H-1 lebaran tahun ini, ia berdagang sarung/cangkang ketupat di sudut pertokoan dekat rel kereta api.
Pada pagi buta ia membawa 900 cangkang ketupat dari daun kelapa muda, setiap 10 cangkang ketupat ia jual Rp. 3000,-.
Untuk membuat 900 cangkang ia memerlukan 6 tangkal (daun) muda kelapa seharga Rp. 5000,- per tangkal. Praktis modal yang dikeluarkan sebesar Rp. 30.000,-.
Selanjutnya hanya butuh keahlian dan ketekunan untuk merangkai cangkang ketupat. Semua anggota keluarga terlibat dengan pekerjaan ini.
Pk. 06.00 pagi semua cangkang terjual habis, ia berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 270.000,-, setelah dipotong modal Rp.30.000,- ia mendapatkan untung bersih Rp. 240.000,- . Sebuah jumlah yang cukup besar bagi ukuran Endang dan keluarganya.
Senyum mengembang diraut muka yang mulai menua. Obrolan pagi itu cukup berkesan betapa bersahajanya kehidupan rakyat di akar rumput macam Endang.
“Alhamdulilah hari ini semua cangkang terjual.” Katanya lirih.
“Ini pekerjaan sambilan Mas, daripada bengong dirumah.” Katanya lagi.
“Sehari-hari bapak mah cuma petani penggarap, jadi harus pinter cari peluang agar bisa hidup dijaman yang sulit ini”. katanya berfilsafat.
“Maaf, Mas, saya pamit dulu, mau ambil cangkang lagi dirumah”. Katanya berpamitan.
Pagi itu sebuah pelajaran berharga telah menyadarkan kita semua, betapa hidup ini harus pandai membaca peluang.
Yach…, peluang untuk memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengais rezeki demi keluarga. Di penghujung ramadhan banyak sekali sosok macam Endang di sepanjang jalur pantura dengan membuka warung dadakan.
Mereka adalah orang-orang yang pandai membaca peluang dan berjuang demi kelangsungan hidup. Harapan mereka sama seperti anggota masyarakat lainnya ikut serta merayakan hari kemenangan penuh suka cita.(Urip SR)***
.
This entry was posted on 11.18 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: