Tempo.Co (21/11/10) Ribuan hektar tanaman padi di Kabupaten Wajo diserang hama kepik hitam. Hama ini membuat beras yang dihasilkan akan memerah dan kehitaman, serta rasanya pahit.Tanaman padi di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Belawa, Maniangpajo, dan Majauleng yang diserang kepik hitam. Rusalang Angka, petani Maniangpajo mengatakan akibat serangan kepik hitam, petani merugi. "Karena warna beras hitam atau merah dan sangat pahit sehingga tidak ada yang membeli," kata dia.
Berita di Tempo.Co tanggal 21 November 2010 membuka tulisan ini, yang membahas tentang serangan Kepik Hitam di Kabupaten Wajo. Bagi masyarakat Wajo mungkin hama ini menjadi hama utama yang meresahkan, namun tidak bagi petani di Pulau Jawa. Fenomena hama sekunder yang berubah menjadi hama primer patut diwaspadai, mengenal lebih dekat bioekologi dari kepik hitam merupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana saat yang tepat untuk mengendalikan hama ini.
Kepik hitam (Paraeucosmetus pallicornis (Dallas) (Hemiptera; Lygaeidae) dilaporkan pertama kali menyerang tanaman padi di Desa Toraut, Kec. Dumoga, Sulawesi Utara (Sembel D.T, 1989). Selebumnya penduduk setempat telah mengenalnya dengan nama”Semut Hitam” karena bentuk, ukuran, dan pergerakannya seperti semut hitam. Sekarang hama ini telah menyebar ke Provinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur. (Mangundap, N., 1990). Harsono L dan Aunu Rauf (2008).
BIOEKOLOGI
Kepik hitam aktif pada pagi dan senja hari. Pada siang hari berlindung di pangkal batang/rumpun padi atau pada vegetasi rerumputan di permukaan tanah. Nimfa instar instar-1 dan -2 umumnya berada pada pangkal batang, mengisap cairan tanaman padi dan rerumputan. Nimfa instar berikutnya dan imago merusak bulir padi. Di lapangan lebih banyak ditemukan pada fase matang susu terutama pada kondisi lembab dan cocok bagi kehidupan kepik hitam (Rauf, 2008).
GEJALA SERANGAN
Hama kepik hitam merusak tanaman padi dengan cara menusukkan stiletnya ke dalam bulir padi dan menghisap cairan gabah. Gejala serangan bulir padi menjadi coklat, beras berwarna coklat kehitaman, mudah hancur saat digiling dan apabila dimasak nasinya terasa pahit. Akibat petani merugi dan pedagang padi enggan membeli gabah yang berasal dari lahan terserang.
SIKLUS HIDUP
Hasil pengamatan tim kajian kepik hitam BBPOPT bekerjasama dengan IP3OPT Pinrang, Sulawesi Selatan tahun 2011 sebagai berikut:
Telur
Diletakkan berkelompok atau satu per satu secara acak pada batang padi dan serasah, berbentuk lonjong, berwarna jingga, berukuran panjang 1 mm lebar 0,3 mm dan menetas setelah 4-6 hari.
Nimfa
Berbentuk ramping dan berwarna hitam menyerupai serangga dewasa, kecuali instar ke-1 berwarna merah. Nimfa terdiri dari 5 instar. Lama perkembangan nimfa berkisar 12-21 hari.
Instar-1 berukuran panjang 1 mm, berganti kulit setelah 2-5 hari, ditandai dengan perutnya membesar.
Instar-2 berukuran panjang 2 mm, berganti kulit setelah 2-3 hari dari instar ke-1.
Instar-3 berukuran panjang 3 mm, berganti kulit setelah 2-3 hari dari instar ke-2.
Instar-4 berukuran panjang 5 mm, berganti kulit setelah 2-5 hari dari instar ke-3.
Instar-5 berukuran panjang 7 mm, berganti kulit setelah 4-5 hari dari instar ke-4.
Dewasa
Berukuran panjang 7-7.5 mm, femur tungkai depan membesar dan mempunyai duri sebanyak 8 buah, tungkai tengah berukuran lebih kecil daripada tungkai belakang. Lama hidup dewasa 6-12 hari.
PENGENDALIAN
Potensi kerusakan dan kehilangan hasil produksi padi akibat serangan hama kepik hitam tergolong tinggi. Oleh karena itu rekomendasi pengendalian yang disarankan adalah sebagai berikut:
Teknik bercocok tanam:
Pengolahan tanah dan sanitasi lingkungan untuk menghilangkan sumber serangan, gulma dan mematikan populasi hama yang ada.
Pemupukan yang berimbang dengan dosis spesifik lokasi yang diharapkan dapat memberi ketahanan pada tanaman.
Pola tanam:
Pengaturan jarak tanam dibuat agak lebar untuk menciptakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan hama. Misalnya tanam sistem legowo 2:1. Jarak tanam yang terlalu rapat mempertinggi kelembaban iklim mikro yang menjadi faktor pendorong berkembangan hama.
Melakukan pergiliran varietas padi dan pola tanam padi – palawija.
Melakukan pengaturan air secara berkala untuk mengurangi kelembaban di sekitar pertanaman.
Pemanfaatan agens hayati:
Aplikasi jamur entomopatogen seperti Beauveria bassiana. Merupakan mikroorganisme indigenous yang sangat potensil, mengandung racun beauvericin, yang dapat mengganggu fungsi hemolympha dan nucleus sehingga mengakibatkan pembengkakan yang disertai pengerasan pada serangga hama yang terinfeksi.
Pemanfaatan pestisida nabati:
Aplikasi ekstrak daum mimba yang mengandung azadirachtim (C35H44O16), merupakan racun perut, bersifat penghambat pertumbuhan yaitu menggangu proses fisiologi serangga (Kardiman 2002). (Sukar, Idah Faridah, Dwitya Rizkya Gabriel, Urip SR)***
Daftar Pustaka:
Laporan Hasil Pengamatan Lapangan Klarifikasi Hama Baru Kepik Penghisap Bulir Padi di Provinsi Sulawesi Utara Tanggal 4-5 Desember 2008 oleh Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc. dan
Ir. Harsono Lanya, MS.2008
Laporan Hasil Kajian Dinamika Populasi dan Pengendalian Kepik Hitam oleh Tim Kajian BBPOPT bekerjasama dengan IP3OPT Pinrang, Sulawesi Selatan 2011.
Foto: Idah Faridah dkk, desain grafis Urip SR
Materi ini juga sebagai bahan Leaflet pada TA. 2012
.
OPT
|
This entry was posted on 18.02 and is filed under
OPT
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
2 komentar:
anu daun mimba tuh,mun di indramayu namina daun naon?
good literature :D