Siput murbei atau keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hama sekunder yang sering membuat pusing petani pada saat awal tanam, hama ini sering menggasak bibit padi yang baru ditanam, sehingga petani sering menanam ulang karena dimakan siput murbei. Hama ini menyukai tanaman padi muda sejak mulai tanam sampai umur tanaman 21 HST. Upaya penyulaman sering dilakukan oleh petani untuk menutupi kerusakan yang ditimbulkan oleh siput murbei. Pada populasi yang tinggi bisa mengakibatkan tanam ulang (replanting) sehingga menyebabkan biaya tanam yang tidak sedikit. Seperti apa sih sosok siput murbei ini?
Mari kita urai secara detail, bagaimana ekobiologi siput murbei ini, harapannya setelah mempelajari ekobiologi ini para petani mampu mengendalikan siput murbei dengan tepat.
Mengetahui keberadaan siput murbei sangat mudah, karena seringkali dijumpai kelompok telur siput murbei yang berwarna kontras menempel di batang padi, di pematang sawah maupun di tanggul2 tersier. Warna kelompok telur siput murbei merah jambu sangat kontras diantara rumpun padi yang hijau. Bentuknya sangat menarik namun kerusakan yang ditimbulkannya bikin gondok petani.
Kerusakan yang ditimbulkan dan upaya pengendalian
Siput murbei memakan tanaman padi muda, menyebabkan adanya bibit yang hilang di pertanaman. Bekas potongan batang dan daun terlihat mengambang.
Menurut buku saku "masalah lapang : hama, penyakit, hara pada padi" terbitan Puslitbangtan dan IRRI. Apabila terjadi invasi siput murbei, sawah perlu segera dikeringkan, karena siput murbei menyenangi tempat2 yang digenangi air. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam pindah, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian (Flash flood = intermitten irrigation). Bila padi ditanam dengan sebar langsung, selama 21 hari setelah sebar, sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian. Selain itu perlu dibuat caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah sebelum tanam, baik dimusim hujan maupun kemarau. Ini dimaksudkan agar pada saat dilakukan pengeringan, siput murbei akan menuju caren sehingga memudahkan pengambilan siput murbei dan sebagai salah satu cara pengendaliannya.
Waktu kritis untuk mengendalikan siput murbei adalah pada saat 10 hari setelah tanam pindah, atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Setelah itu laju pertumbuhan tanaman lebih besar daripada laju kerusakan oleh siput murbei.
Pengendalian dengan pestisida nabati menggunakan tanaman lerak, akar tuba (Deris eliptica) , saponin dan tembakau.
Nah, ulasan singkat ini semoga bermanfaat bagi para petani.
.
This entry was posted on 06.50 and is filed under
Pengendalian OPT
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
1 komentar:
Mantap....thx infonya