Menyusuri Tepian Bengawan Solo.
20.46 | Author: Urip SR
Catatan Hasil Surveilans di Kab. Bojonegoro

Jawa Timur (7/1/2009). Kabupaten Bojonegoro adalah kabupaten yang mengalami banjir terparah pada musim hujan tahun lalu (dan diulang lagi pada musim hujan tahun ini) memang kabupaten ini kerap menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Sebanyak 13 dari 27 kecamatan di Bojonegoro tergenang banjir karena luapan Bengawan Solo. Maklum daerah ini dilalui Sungai Bengawan Solo yang apabila curah hujan tinggi mampu membuat sepertiga di daerah ini tergenang banjir. Kerugiannya jangan ditanya lagi tentu mencapai trilyunan rupiah, termasuk kerugian akibat sawah yang gagal panen. Karena lebih dari 20.000 hektar sawah tergenang. Itu semua adalah kejadian setahun yang lalu, musim tanam 2008/2009 sekarang ini trauma akibat banjir itu masih lekat dibenak para petani di pinggiran DAS Bengawan Solo.

Tanggal 5 – 7 Januari 2009, saya menyusuri lokasi bekas kebanjiran di daerah pinggiran DAS Bengawan Solo, bukan untuk monitoring banjir tetapi monitoring OPT (hama dan penyakit tanaman padi) dalam rangka pengawalan musim tanam (MT) 2008/2009 di Kabupaten Bojonegoro. Dari 27 kecamatan yang ada, hanya 3 kecamatan yang diamati yaitu, Kec Kapas, Kec. Balen, dan Kec. Kalitidu.

Dari tiga sampel kecamatan yang diamati, OPT yang ditemukan adalah penggerek batang padi (Scirpophaga sp) dengan intensitas serangan berkisar antara 2,08 % sampai 7,09 % kemudian wereng batang coklat/WBC (Nilaparvata lugens) dengan rata-rata populasi 0,2 sampai 0,7 ekor/rumpun dari 10 rumpun sampel yang diamati, dan tikus sawah (Rattus-rattus argentiventer) dengan intensitas serangan hanya 1,74 % walau masih dibawah ambang tetapi kewaspadaan terhadap ketiga OPT tersebut perlu ditingkatkan mengingat perilaku OPT yang dinamis karena sewaktu-waktu bisa eksplosif. Apalagi WBC, hama yang satu ini merupakan hama “politis” karena diantara sekian puluh hama hanya WBC yang mempunyai inpres (Inpres no.3 tahun 1986). Seringkali serangan WBC pada areal persawahan walaupun serangannya tidak terlalu luas tetapi seringkali di blow-up oleh mass media sehingga membikin gusar para aparat di daerah maupun di pusat. Kita maklum bahwa para kuli tinta itu memang berburu berita yang baginya adalah “Bad News = Good News” sehingga kita perlu menyikapi secara arif, tidak perlu dengan kepanikan, jadikan para kuli tinta (baca: wartawan) sebagai partner kerja karena mereka menjalankan tugasnya sebagai kontrol sosial terhadap kinerja para aparat, baik di daerah maupun di pusat.

Kembali ke inti permasalahan mengenai OPT, bahwa konsepsi pengendalian OPT adalah: 1). GBHN III dan GBHN IV hal 427 dan 429, langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perlindungan tanaman untuk menyelamatkan produksi pangan adalah dengan memperluas dan meningkatkan areal PHT dengan meningkatkan peran serta petani dan masyarakat. 2). Instruksi Presiden nomor 3 tahun 1986 menekankan pengembangan tenaga manusia yang berpendidikan dan trampil melaksanakan PHT.

Kebijakan Pemerintah mengenai PHT

Pengendalian OPT yang pendekatannya berdasarkan ekosistem, yang dalam keadaan lingkungan tertentu mengusahakan pengintegrasian berbagai taktik pengendalian kompatibel satu sama lain sedemikian rupa hingga populasi OPT dapat dipertahankan dibawah jumlah yang secara ekonomis tidak merugikan, serta mempertahankan kelestarian lingkungan dan menguntungkan bagi petani.

Rekomendasi yang diberikan

Untuk daerah yang terserang Tikus di Kab. Bojonegoro, Tuban dan Kab. Lamongan, langkah pengendalian yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

§ Pemantauan dini populasi tikus disekitar tanggul irigasi, pematang, jalan desa, dan batas kampung. Bila ditemukan gejala/tanda adanya tikus segera laporkan kepada kelompok.

§ Lakukan sanitasi dan buru tikus di tempat ditemukannya gejala tersebut dengan gropyokan, jala perangkap, dan emposan belerang.

Untuk daerah yang terserang Penggerek Batang Padi di Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, dan Kab. Lamongan, langkah pengendalian yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

Aplikasi insektisida dilakukan bila keadaan serangan melebihi ambang ekonomi atau jika populasi ngengat meningkat pada saat tanaman fase generatif. Gunakan insektisida yang berbahan aktif karbofuran atau fipronil

Untuk daerah yang terserang WBC di Kab. Bojonegoro, Tuban dan Kab. Lamongan, langkah pengendalian yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

§ Penanaman varietas unggul tahan wereng (VUTW) seperti IR-64, ciherang, Widas, Tukad Balian, Tukad Petanu, cimelati, konawe, cisantana, konde dan angke..

§ Aplikasi pestisida (apabila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif: buprofezin, BPMC, MIPC, tiametoksam, b. Bassiana, dan lain-lain.


Catatan tercecer lainnya adalah : ”Melongok Agribisnis Belimbing di Pinggiran Bengawan Solo”.


Ucapan terima kasih kepada Tim Surveilans hari pertama: Bp.Haryono, Bp. Budiarso dan Bp Parno, Tim Surveilans hari kedua: Ir. Djoko Sunarno, Bp. Marjuki, dan Bp.Haryono

Dan semua staf Laboratorium PHPTPH Kab. Bojonegoro.

Terima kasih atas semua bantuannya..!!!

This entry was posted on 20.46 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 21 Juni 2010 pukul 17.25 , aris mengatakan...

bagaimana penanggulangan banjir tersebut, langkah apa untuk menyelamatkan prtanian di daerah tersebut?