Kawan Lama dan Secangkir Teh Panas
07.47 | Author: Urip SR
Minggu, 20 Desember 2009
Bertemu kawan lama semasa sekolah sungguh sangat menyenangkan walaupun pertemuan itu hanya terjadi di dunia maya (baca: Facebook).
Betapa tidak, setelah hampir 25 tahun akhirnya secara tidak sengaja add friends masuk menunggu dikonfirmasi, walau sedikit lupa namun ciri-ciri face masa remaja nampak begitu jelas tergurat. Ya sahabat sejati sewaktu masih dibangku sekolah lanjutan atas.
Saya teringat ucapan dia 25 tahun yang lampau bahwa, ”persahabatan yang kekal tidak akan bisa dibeli dengan uang”.
Saya setuju dengan ini, karena memang persahabatan harus seperti itu. Dan kalau boleh saya kasih tingkatan, teman dulu baru persahabatan. Untuk mencari sahabat ini sangat susah, jujur sampai saat ini saya belum menemukan di dunia ini arti sebuah persahabatan. Saya sering kali hanya menemukannya arti dari teman. Karena hanya sebatas teman. Persabahatan hampir sama dengan jodoh, namun kalau di sini bukan isteri atau suami kita. Sahabat biasanya mengerti betul apa yang kita rasakan, baik itu sedih atau duka. Sahabat akan membantu kita jika kita ada masalah, tidak melihat kita ada uang atau tidak, tidak melihat kita pinter atau tidak, tidak melihat kita cakep atau tidak, dan lain sebagainya.

Lalu apa hubungan kawan lama dengan secangkir teh panas???

Wooiii ..... ini dia obrolan hangat akan mengalir laksana bengawan solo begitu secangkir teh panas terhidang, kita doeloe pengagum teh poci gula batu, maklum tinggal didaerah yang mayoritas penduduknya suka ngeteh, tiada hari tanpa ngeteh.
Mungkin sekarang tidak mengenal teh apabila 5000 tahun yang lalu di China, Kaisar Shen Nung tidak mendapati beberapa helai daun jatuh ke dalam air mendidih yang akan diminumnya (Coba kalau yang jatuh helai daun ganja, kan bisa berabe...sakaw terus deh.Hi..hi..hiii). Rasa penasaran Sang Kaisar lalu memutuskan untuk meminum air yang mencurigakan tersebut.
Tahukah kawan? Tak disangka, ternyata air rebusan itu terasa nikmat dan menyegarkan. Daun yang jatuh ke dalam minumannya itulah yang kita ketahui sebagai daun teh (Camillia sinensis atau Camillia assamica).
Minuman teh ini berkembang di Cina setelah kejadian tersebut dan meluas sampai ke Asia (termasuk ke Tegal, Pemalang dan singgah di Petarukan. He..he..he..). Di abad ke-17 atau yang dikenal sebagai abad penjelajahan, bangsa Portugis memperkenalkan teh ke daratan Eropa yang dibawa dengan kapal dari Macau, China. Teh mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika Dr. Andreas Cleyer membawa teh ke Indonesia sebagai tanaman hias. Lalu, bangsa Inggris memperkenalkan teh ke Benua Amerika pada abad ke-18. Teh akhirnya dikenal diseluruh pelosok dunia pada abad 21.
Dan pada siang ini di SaungUrip telah tersaji secangkir teh panas menemani obrolan dengan seorang kawan lama di saung nan teduh dengan semburat mentari yang menelusup disela-sela dedaunan rimbun dengan sinar keemasan berpadu dengan rimbunnya dedaunan. Teduh...!!!
Ya, teduh seteduh hati dua anak manusia yang sedang melepas rasa kangen. Awali obrolan dengan secangkir teh manis...ah. (USR)***

Untuk Sahabatku yang tdk mau disebut namanya, takut terkenal katanya.
.
|
This entry was posted on 07.47 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: