BELALANG KEMBARA
20.10 | Author: Urip SR
Belalang Kembara (Locusta migratoria) diketahui mengalami tiga transformasi (fase), yaitu fase soliter, transient, dan gregaria populasi yang dipicu oleh kepadatan populasi. Fase soliter yaitu ketika belalang kembara berada pada pupulasi rendah disuatu hamparan sehingga mereka cenderung mempunyai perilaku individual. Tahap berikutnya adalah fase transisi (transient) yaitu ketika populasi belalang kembara sudah cukup tinggi dan mulai membentuk kelompok-kelompok kecil. Tahap terakhir adalah fase gregarius, yaitu ketika kelompok-kelompok belalang telah bergabung dan membentuk gerombolan sangat besar yang sangat merusak tanaman.
Secara morfologis, ciri yang khas membedakan antara individu belalang kembara soliter dan gregarius adalah pronotumnya yang cembung pada belalang soliter dan cekung pada belalang gregarius. Perubahan fase dari soliter ke gregaria dan sebaliknya dari gregaria kembali ke soliter dipengaruhi oleh kondisi iklim. Perubahan fase soliter ke fase gregaria biasanya dimulai pada awal musim hujan setelah melewati musim kemarau yang cukup kering (dibawah normal). Pada tersebut biasanya, terjadi peningkatan konsentrasi populasi belalang soliter yang berdatangan dari berbagai lokasi ke suatu lokasi yang secara ekologis sesuai untuk berkembang. Lokasi tersebut biasanya mempunyai lahan yang terbuka atau banyak rerumputan, tanahnya gembur berpasir, dekat sumber air (sungai, danau, rawa) sehingga kondisi tanahnya cukup lembab. Setelah berlangsung 3-4 generasi apabila kondisi lingkungan memungkinkan akan berkembang menjadi fase gregaria, melalui fase transient. Lokasi ini dikenal sebagai lokasi pembiakan awal. Perubahan fase gregaria kembali ke fase soliter biasanya terjadi apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan bagi kehidupannya, terutama karena pengaruh curah hujan, tekanan musuh alami dan atau tindakan manusia melalui usaha pengendalian. Perubahan ini melalui fase transient pula. Belalang kembara fase gregaria aktif terbang pada siang hari dalam kelompok-kelompok besar. Pada senja hari, kelompok belalang hinggap pada suatu lokasi, biasanya untuk bertelur pada lahan-lahan kosong, berpasir, makan tanaman yang dihinggapi dan kawin. Pada pagi harinya, kelompok belalang terbang untuk berputar-putar atau pindah lokasi. Pertanaman yang dihinggapi pada malam hari tersebut biasanya dimakan sampai habis. Sedangkan kelompok besar nimfa (belalang muda) biasanya berpindah tempat dengan berjalan secara berkelompok.
Tanaman yang paling disukai belalang kembali adalah kelompok "graminae" yaitu padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah dan berbagai jenis rumput. Selain itu, belalang dapat memakan daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar dan kapas.

Cara Pengendalian

Pengendalian dengan musuh alami menggunakan jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana.
Kultur teknis/pola tanam dengan cara pengaturan pola tanam dan sanitasi lingkungan.
Fisik/mekanis dengan cara pemusnahan kelompok telur dengan pengolahan tanah langsung dan penangkapan dengan menggunakan jaring kemudian dimusnahkan.
Pengendalian dengan insektisida berbahan aktif BPMC, betasiflutrin, deltametrin, klorprifos, sipermetrin, tiodikarb, MIPC, fipronil, dan karbaril.(USR)***

Sumber: Pedoman Pengendalian OPT Serealia Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan/Ditjentan 2007
Sumber Foto: Harsono Lanya
.
|
This entry was posted on 20.10 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: