Obrolan terindah penjaja kulit ketupat
14.38 | Author: Urip SR
"Alhamdulilah, 2 hari ini sudah terjual 2500 kulit ketupat", kata Adit (35) penjual kulit ketupat di bawah fly over Cikampek.Ia berhasil mengumpulkan rupiah hasil jualannya sebesar Rp.1.250.000,- karena per kulitnya ia hargai Rp. 500,-. Demikian hasil obrolan ringan dengan penjual kulit ketupat musiman yang ditemui di fly over Cikampek (Sabtu,18/8).
Adit (35) adalah sosok penjual kulit ketupat musiman yang setiap tahunnya mengadu keberuntungan di kota Cikampek dengan berdagang kulit ketupat. Warga Gununghejo, Darangdan, Purwakarta ini setiap tahun rutin berjualan disini, ia bersama rekan-rekannya sekitar 30-an orang bersaing dengan penjual kulit ketupat lainnya yang memenuhi disudut-sudut kota Cikampek.
Saat diwawancarai senyum mengembang disudut bibirnya, ia bersemangat cerita bahwa dari kampungnya di Gununghejo, bahan baku dari Janur sangat melimpah.
"Di lembur seur pisan tangkal kalapa", katanya dengan logat sunda yang kental.
"Per tangkal daun kalapa dihargai 5 ribu sama pemiliknya, abdi mah tinggal manjat wae, ngan modal tenaga hungkul". serunya polos.
Maksudnya adalah di Desa Gununghejo banyak sekali tumbuh pohon kelapa, sama pemiliknya per tangkai daun janur dihargai 5 ribu rupiah, selanjutnya ia hanya modal tenaga untuk memanjat pohon.
Dari koceknya ia hanya mengeluarkan 100 ribu untuk 20 tangkai janur. Dari tangannya ia rangkai sampai menjadi selongsong kulit ketupat siap jual.
"Pokokna mah sampai sore ini laku tidak laku balik ka lembur, tawanya kembali mengembang sambil menunjukkan lembaran rupiah yang ia dapatkan, 1 juta mah dapat". guraunya dengan diamini rekan-rekannya.
Perjalanan dari Desa Gununghejo, Kec. Darangdan kabupaten Purwakarta ke Cikampek pulang pergi hanya mengeluarkan ongkos sekitar 50 ribu, makan 2 hari di Cikampek sekitar 100 ribu, bahan baku (janur) 100 ribu, total modal yang dikeluarkan 250 ribu.
"Sayah setiap tahun jualan disini, 2 hari sebelum lebaran Idul Fitri, dan Idul Adha, namun yang paling ramai mah lebaran idul fitri". katanya sambil mengkalkulasi pendapatannya.
Itulah potret kehidupan pedagang kulit ketupat musiman, yang pandai mencari peluang disaat jelang lebaran. Dikampungnya ia hanya buruh tani, masih banyak lagi Adit-adit lainnya yang berkompetisi menjajakan kulit ketupat menjelang lebaran.
Jelang lebaran semua wajah kembangkan senyuman, semua disapa dengan ujian masing-masing semoga semua paras tersapu dosa setelah keluar dari ramadhan.
Kita melarat tetapi bukan sekarat istriku, kita masih menyimpan mimpi, kita sangat kaya dengan peristiwa, lihat nih aku pegang lembaran uang hasil jerih payahku.

Cikampek, Sabtu 18/8/2012
.
This entry was posted on 14.38 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: