Opiniku Diujung Ramadhan
10.22 | Author: Urip SR
Ini adalah catatan pertama di bulan Agustus, karena kesibukan melaksanakan ritual ibadah shaum tetapi sesungguhnya lebih banyak memikirkan duniawi ketimbang khusyu beritikaf di masjid padahal kata pak ustadz tanggal2 ganjil menjelang berakhir ramadhan itulah Lailatul Qadar banyak dinanti. Justru pada saat seperti inilah semakin disibukkan urusan dunia, memikirkan baju lebaran anak plus uang sangunya dan persiapan mudik ke kampung. Lalu kapan kita akan khussyu menyambut Laitul Qadar kalau setiap tahun diujung ramadhan selalu disibukkan hal2 remeh temeh seperti itu.
Keresahan hati atau biasa disebut ke-galau-an kata anak jaman sekarang ini selalu menghinggapi orang kebanyakan seperti saya ini.
Kenapa sih kita dibuat larut dalam ritme seperti ini setiap tahunnya? bekerja selama setahun receh demi receh dikumpulkan hanya untuk dihabiskan dalam waktu 2 hari saat mudik lebaran ke kampung halaman. Apakah kita mau pamer harta? atau menunjukkan keberhasilan kita kaum perantau? Saya tak habis pikir kenapa saya harus latah mengikuti orang2 kaum urban yang selalu hilir mudik pulang kampung menjelang lebaran. Inilah hebatnya Indonesia tradisi seperti ini (baca: mudik lebaran) hanya ada di negeri ini, karena di negeri jiran tetangga yang paling dekat dengan kita tidak ada tradisi seperti ini. Boleh jadi pembangunan di negeri jiran lebih merata sehingga tidak ada urbanisasi seperti halnya di Indonesia. Di negeri yang katanya makmur ini (gemah ripah loh jinawi) putaran uang terkonsentrasi dikota2 besar saja sehingga memicu arus urbanisasi besar2an bahkan lintas negara menjadi buruh migran. Dan pada saat menjelang lebaran mereka berduyun2 bagai gelombang air bah pulang kampung bersamaan seperti yang biasa disebut sebagai "arus mudik" yang selalu menyisakan kemacetan yang luar biasa. Merubah paradigma kebiasaan masyarakat kita sungguh tidaklah gampang, himbauan agar tidak mudik menggunakan sepeda motor lebih dari 3 orang pun hanya sebatas himbauan yang tidak pernah ditaati. Terkadang keselamatan dijalan dianggap angin lalu padahal angka kecelakaan setiap tahunnya meningkat pada saat arus mudik maupun balik.
Bagaimana menyikapi permasalahan ini dengan arif dan bijaksana sehingga mampu menghasilkan solusi yang cerdas. Bagaimana dengan anda, apakah seperti saya selalu galau setiap menjelang lebaran????
Taqobllahu minna waminkum minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin.(USR)***
.
|
This entry was posted on 10.22 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: